Teknologi digital sudah mengubah berbagai aspek dalam kehidupan manusia, tak terkecuali aspek ekonomi masyarakat. Salah satu yang bisa kita rasakan saat ini adalah manfaat teknologi digital dalam membuka akses terhadap platform informasi dan perekonomian.
Sebelumnya, dunia masih tersekat-sekat. Akses informasi untuk mendorong kolaborasi untuk pengembangan kewirausahaan masih bersifat eksklusif–hanya bisa diakses oleh kelompok orang tertentu.
Di era digital, teknologi memudahkan siapapun untuk mengakses informasi, menjalin relasi dan bertemu, serta berkolaborasi. Ya, teknologi digital membuka ruang kolaborasi yang lebih besar. Berawal dari situ, lahirkan komunitas yang dikenal sebagai Fab Lab alias digital fabrication laboratory.
Laboratorium fabrikasi digital ini menjadi ruang bagi para kreator untuk bermain, berkreasi, belajar, berlatih, hingga berkarya. Para kreator tersebut juga dapat mengembangkan inovasi dari ide-ide mereka, karena Fab Lab biasanya juga menyediakan akses untuk material maupun teknologi yang dibutuhkan untuk mereka berkreasi.
Mengingat Fab Lab mengusung konsep kolaborasi, para kreator yang bergabung di dalamnya pun bisa berasal dari beragam disiplin ilmu dan keahlian. Sebagai contoh, kreator yang memiliki latar belakang teknik dapat bertukar ilmu dengan kreator lain yang memiliki latar belakang ekonomi.
Sejarah Fab Lab
Fab Lab dikenal lahir di Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada awal 2000-an. Ide awal pembentukannya adalah gagasan untuk menghadirkan akses ke perangkat fabrikasi dasar yang dikendalikan komputer, seperti printer digital, pemotong laser, dan mesin penggiling yang memungkinkan orang-orang membuat apapun.
Setelahnya, Fab Lab menjadi populer di kalangan mahasiswa MIT. Begitu pula konsepnya yang dengan cepat menyebar ke banyak negara dan diadopsi oleh sejumlah komunitas. Saat ini, The Fab Lab Network memperkirakan ada lebih dari 1.750 Fab Lab di seluruh dunia yang terletak di lebih dari 100 negara.
Sejumlah universitas pun mulai mendirikan Fab Lab yang ditujukan bagi para mahasiswa mengerjakan proyek akademik mereka, tapi lab ini pun terbuka bagi komunitas yang lebih luas, termasuk para inovator.
Meski lebih dikenal untuk para pegiat hobi tertentu, Fab Lab di universitas juga kerap dimanfaatkan oleh para pendiri startup yang serius mengembangkan ide-idenya.
Fab Lab dan Makerspace
Kehadiran Fab Lab juga erat kaitannya dengan makerspace. Meski kerap dianggap sama, tapi sebenarnya ada perbedaan dari keduanya.
Makerspace merupakan ruang kerja kolaboratif yang dilengkapi berbagai peralatan untuk membuat purwarupa dan fabrikasi digital. Ruang kolaboratif ini tidak hanya menawarkan tempat, tapi juga sosialisasi pembuatan produk tertentu, termasuk praktiknya.
Sementara Fab Lab biasanya ditujukan bagi makerspace yang telah bergabung dengan Fab Charter dari Fab Foundation atau mereka yang sudah mengikuti ketentuan maupun aturan yayasan tertentu.
Untuk diketahui, Fab Foundation merupakan organisasi yang memfasilitasi dan mendukung pertumbuhan jaringan Fab Lab internasional, sekaligus mengembangkan organisasi tersebut secara regional. Oleh sebab itu, baik makerspace yang sudah bergabung dengan Fab Charter atau belum, tetap menyediakan sejumlah peralatan seperti alat elektronik, printer 3D, pemodelan 3D, serta dukungan dari sisi ide, baik soal kreativitas, rencana desain, hingga pembuatan purwarupa,
Selain itu, beberapa dari mereka juga memiliki fungsi sebagai lingkungan inkubasi yang bisa membantu mengembangkan keterampilan wirausaha para kreator. Meski gerakan ini terbilang masih awal, konsep Fab Lab dan makerspace disebut telah membantu meningkatkan kreativitas dan inovasi para kreator yang bergabung dengan mereka.
Mendorong lahirnya entrepreneur masa depan
Berdasarkan studi yang dilakukan Thierry Rayna dan Ludmila Striukova, Fab Lab dan makerspace dapat mendorong lahirnya para entrepreneur dan kreator di masa depan. Bahkan, keduanya disebut bisa menghadirkan inovasi-inovasi baru yang sebelumnya tidak dianggap penting di masa depan.
Studi ini juga menunjukkan kemampuan Fab Lab dan makerspace dari sisi digital, yaitu untuk mengembangkan keterampilan digital para makers atau kreator untuk menghasilkan karya di masa depan. Pasalnya, banyak di antara mereka tidak hanya membahas tentang teknologi digital, tapi juga menciptakan teknologi itu sendiri.
Di Indonesia, beberapa Fab Lab sudah mulai dikembangkan dan bisa ditemukan. Salah satunya adalah Fab Lab yang ada di kawasan Medical Science Center, Kota Jababeka Cikarang.
Fab Lab hasil kolaborasi antara anak perusahaan PT Jababeka, yakni PT Jababeka Infrastruktur dengan President University ini menjadi lab pertama di Indonesia yang berlokasi di kawasan industri. Fab Lab Jababeka yang dibuka pada 2021 ini fokus pada pengembangan kompetensi serta pengembangan purwarupa manufaktur untuk tenant industri.
Selain itu, ada pula Fab Lab yang dibuka di UGM. Fasilitas ini hadir untuk membantu masyarakat terutama pengusaha UMKM membuat purwarupa produknya dengan biaya lebih rendah dan mendapat pendampingan dari tim ahli.
Kendati demikian, pengembangan kemampuan tersebut secara lebih luas tidak lepas dari kebijakan pendidikan yang diterapkan. Karenanya, meski banyak wadah yang mampu berkembang, program dan kebijakan pendidikan tetap dibutuhkan untuk mengasah keterampilan para kreator ini menjadi lebih cemerlang. (E04)