Titik Temu
Kabar Gembira untuk Fan Harry Potter, Teknologi Jubah Tembus Pandang Sedang Dikembangkan!
Editorial Cast | 05.10.2022

Bagi penggemar kisah Harry Potter, jubah tembus pandang atau yang dikenal sebagai cloak of invisibility sudah tentu bukan hal asing. Jubah itu merupakan warisan sang ayah yang diteruskan kepada Harry. 

Sesuai namanya, jubah tersebut memungkinkan pemakainya tidak terlihat oleh orang lain alias tembus pandang. Karenanya, jubah ini beberapa kali digunakan Harry dalam petualangannya, melakukan hal-hal yang rahasia, seperti menyelinap atau bersembunyi. 

Dengan fungsi seperti itu, wajar jika banyak orang di dunia nyata menginginkannya, meski benda hanya ada di dunia fiksi. Namun tanpa disadari, ternyata penelitian untuk menghasilkan material tembus pandang sudah banyak dilakukan. 

Yang terbaru, sebuah startup asal Britania Raya bernama Shield Co. mengumumkan tengah mengembangkan sebuah perisai tembus pandang alias invisibility shield. Meski tidak sepenuhnya mirip dengan jubah gaib milik Harry Potter, secara umum, pengalaman yang ingin ditawarkan benda ini sama, yakni menyembunyikan pemakainya. 

Fenomena lenticular lens

Dalam pengembangan teknologi tembus pandang ini, Shield Co. memanfaatkan fenomena optik yang dikenal sebagai lenticular lensing, yakni ketika serangkaian lensa silinder tipis disusun sejajar pada satu permukaan. Dengan cara itu, subjek bisa melihat objek berbeda tergantung pada sudut pandangnya. 

Fenomena ini biasanya dapat dilihat pada kartu yang terlihat memiliki banyak gambar. Biasanya, kartu dengan banyak gambar bisa menampilkan gambar-gambar yang berbeda tergantung dari sudut pandang orang yang melihatnya. 

Nah, dalam hal ini, Shield Co. menerapkan prinsip yang sama dalam membuat perisai tembus pandang, tapi dengan pengembangan yang lebih rumit. Mereka mengatur lensa secara presisi untuk mengarahkan sebagian besar cahaya yang dipantulkan dari subjek yang berada di belakang perisai, menjauh dari pengamat. 

Lensa bagian dalam perisai berfungsi mirip dengan guratan horizontal yang ada pada kartu seperti yang disebutkan dalam contoh di atas. Yang membedakan, pada kartu, cahaya yang masuk dan keluar berasal dari sudut yang berbeda di bagian depan. 

Sementara pada perisai ini, cahaya berasal dari bagian belakangnya. Untuk itu, perisai ini memanfaatkan dua arah cahaya untuk menyembunyikan penggunanya. 

Pertama, cahaya yang datang dari bagian depan larik (array) akan direntangkan untuk menutupi seluruh permukaan perisai, sehingga memberikan efek buram. Lalu, sumber cahaya pusat yang berasal dari balik perisai akan dipantulkan ke belakang dan ke masing-masing sisi. 

Saat ini, Shield Co. sedang melakukan penggalangan dana untuk riset dan pengembangan lebih lanjut produk besutannya laman Kickstarter. Berdasarkan informasi yang diberikan, produk ini ditujukan untuk kebutuhan konsumen dan hiburan sehari-hari, sehingga fungsinya tidak berkaitan dengan aksi-aksi tingkat tinggi. 

Kebutuhan pertahanan

Selain untuk hiburan, kebutuhan akan teknologi tembus pandang juga menjadi perhatian di bidang pertahanan. Karenanya, teknologi serupa pernah diperkenalkan oleh perusahaan militer Hyperstealth pada 2019. 

Ketika itu, mereka memamerkan teknologi tembus pandang untuk menyembunyikan perangkat militer, seperti tank atau pesawat terbang. Tidak hanya itu, baru-baru ini, Departemen Pertahanan Amerika Serikat juga diketahui memiliki studi pengembangan teknologi tembus pandang. 

Bahkan, dari dokumen yang beredar, DIA (Defense Intelligence Agency) Amerika Serikat mengambil referensi kemampuan tembus pandang atau menghilang dari karakter komik Marvel Fantastic Four, Susan Storm dan karakter The Invisible Man, sebuah karya novel fiksi ilmiah HG Wells. 

Untuk diketahui, laporan itu merupakan salah satu bagian dari keterbukaan informasi yang dirilis oleh DIA pada 2022. Dalam laporan tersebut, studi menyebutkan ada tiga hal yang penting untuk menghasilkan perangkat tembus pandang, yakni kamuflase, transparansi, serta terselubung. 

Kemungkinan di masa depan 

Meski dari sejumlah penelitian dimungkinan, pengembangan perangkat tembus pandang yang sesuai dengan ukuran manusia atau lebih besar, sebenarnya sangat sulit. Alasannya, menurut Andrea Alù, seorang ilmuwan sekaligus Direktur di Pusat Penelitian Sains Lanjutan, di City University of New York (CUNY), semakin besar ukuran sebuah objek, akan semakin sulit untuk menekan hamburan cahayanya. 

Terlebih, jika perangkat itu pasif. Maksudnya, perangkat tembus pandang itu hanya benar-benar memanfaatkan hamburan cahaya untuk menyamarkan sebuah objek, sehingga hal itu akan semakin sulit dilakukan. Karena itu, Andrea bersama timnya tengah mengembangkan sebuah teknik penyelubungan objek yang aktif dan non-linier. 

Namun, pengembangan ini masih dalam eksplorasi, mengingat ada tantangan yang masih harus dihadapi, yakni teori relativitas Einstein yang disebut sebenarnya membatasi konsep tembus pandang. Karenanya, saat ini, para peneliti masih berupaya untuk bisa mengembangkan sebuah sistem tembus pandang yang lebih baik. (E04)