Titik Temu
Dibuang Sayang, Limbah Kulit Buah Jadi Material Kulit Alternatif
Editorial Cast | 01.26.2022

Limbah buah, seperti kulit dan bijinya, sering dianggap sebagai sisa makanan yang tidak berguna. Karenanya, banyak orang pada umumnya membuang limbah buah begitu saja, tanpa mengolahnya lebih lanjut. Padahal, proses dari pembusukannya bisa mengotori lingkungan dan menimbulkan bau tak sedap. 

Tahukah kamu? Limbah buah yang dipandang tak berguna ternyata menyimpan potensi ekonomi. Seorang desainer tekstil yang tinggal di Jerman, Youyang Song, memanfaatkan limbah kulit buah dan ganggang untuk menghasilkan biomaterial tekstil yang ia beri nama Peelsphere, untuk menciptakan bahan kulit alternatif untuk fesyen. 

Seperti material kulit asli

Menurut Youyang, Peelsphere berawal dari ketertarikannya pada riset biomaterial dan pengembangan berkelanjutan, yang lantas ia coba tuangkan ke dalam karyanya sebagai seorang desainer tekstil. Namun ternyata, menemukan material yang benar-benar dapat terurai untuk mendukung pembuatan karyanya bukan hal yang mudah. 

Dari situ, ia mencoba membuat sebuah material fesyen ramah lingkungan untuk menggantikan kulit binatang, tapi tetap punya nilai lebih dari sisi fungsi dan kekuatan bahan layaknya material kulit asli. 

Youyang memilih limbah buah-buahan, terutama kulit pisang dan kulit jeruk. Bersama timnya, ia menghubungi sejumlah pemasok buah lokal untuk meminta sisa kulit pisang dan jeruk. Selanjutnya, memotong dan menggiling limbah tersebut menjadi halus, lalu dicampur dengan bio-binder.  

Hasil pencampuran itu kemudian dicetak menjadi lembaran Peelsphere yang memiliki tekstur seperti kulit binatang. Material tersebut bisa diwarnai dengan pewarna alami dan dipotong-potong menjadi lembaran dalam ukuran berbeda. 

Kelebihan lainnya, material Peelsphere bersifat waterproof, sekaligus kuat sehingga bisa ditenun, dijahit, ataupun disulam. Karenanya, Peelsphere dapat dikembangkan menjadi beragam produk fesyen, seperti tote bag, handbag, kancing, vas bunga, aksesoris meja makan, bahkan topi dan pakaian. 

Dapat didaur ulang lagi

Menurut Youyang, Peelsphere dapat didaur ulang kembali setelah digunakan. Pasalnya, dalam seluruh proses pembuatannya, Peelsphere menggunakan material yang 100% dapat terurai secara alami. 

“Lewat daur ulang, desain ulang, dan penggunaan kembali, proses desain berkelanjutan secara sirkular dapat benar-benar dicapai,” tuturnya. Terlebih, material ini fokus pada potensi limbah buah, sehingga bisa mendefisinikan kembali hubungan antara bahan produksi dengan sistem yang berkelanjutan. 

Berkat inovasi yang ditawarkan, Peelsphere mendapatkan penghargaan German Sustainability Award, All Innovate Award dari Oxford Foundry dan K-Generation Award dari Kering Group. 

Meski Peelsphere sudah mendapatkan respons yang positif, Youyang belum berpuas diri. Sekarang ia mengaku ingin mencoba mengembangkan lagi bahan biodegradable yang bisa mempertahankan bau, tekstur, serta kualitas sentuhan dari buah.   

Dengan pemanfaatan material alternatif sebagai bahan baku produk fesyen dan aksesoris penunjang gaya hidup lainnya, bukan tidak mungkin adopsinya akan semakin besar di masa depan. Apalagi ditunjang dengan riset lebih lanjut, material alternatif yang bisa dimanfaatkan akan semakin beragam dan kian fungsional, sehingga mendorong terciptanya gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. (E04)