Indonesia memiliki sosok-sosok hebat dan berprestasi di bidang ilmu dan pengetahuan. Beberapa di antaranya bahkan menjadi bagian dari pengembangan ilmu dan teknologi secara global.
Bukan hanya ilmuwan pria, kontribusi ilmuwan wanita Tanah Air pun tidak boleh dikesampingkan. Sebelumnya kita telah membahas 5 ilmuwan Indonesia yang berpengaruh dan prestasinya diakui di dunia. Kali ini, ada 5 ilmuwan lain yang tak kalah hebat dan juga telah mendunia, yang akan kita bahas.
Inovasi dan temuan para ilmuwan ini pun diharapkan bisa mendorong sekaligus menginspirasi generasi muda untuk ikut berkontribusi dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Berikut beberapa ilmuwan Indonesia yang prestasinya telah diakui di dunia:
1. Prof. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo
Profesor Josaphat adalah sebagai sosok yang menemukan radar tiga dimensi. Teknologi ini membantu dalam mengirim informasi untuk keperluan navigasi pesawat dan sudah digunakan di banyak negara.
Memiliki orangtua berlatar TNI-AU dan besar di lingkungan sekolah pendidikan TNI-AU membuat Josaphat bercita-cita ingin membuat radar untuk Indonesia. Cita-cita itu muncul karena ia melihat saat itu tidak ada radar buatan Indonesia–semua buatan luar negeri.
Salah satu radar buatannya sudah dipasang pada pesawat CN 235 MPA. Ada pula radar buatannya yang dipasang di pesawat Boeing 737-200 yang digunakan Skuadron V TNI-AU. Selain itu masih ada beberapa penemuannya yang lain, termasuk pesawat tanpa awak yang dikhususnya untuk membawa radar. Beberapa negara seperti Jepang, Korea dan Eropa pun telah menggunakan teknologi yang ia kembangkan.
2. Dr. Johny Setiawan
Dr. Johny Setiawan merupakan astronom lulusan termuda di Albert Ludwigs University of Freiburg, Jerman. Kini ia bekerja sebagai peneliti di Departemen Pembentukan Bintang dan Planet, Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman. Di sana, ia juga menjadi satu-satunya ilmuwan non-Jerman yang menjadi ketua tim proyek.
Kiprah Johny terbilang mengagumkan, ia sudah menemukan 15 planet di luar Tata Surya. Salah satu planet temuannya, yakni HIP 13044b pernah dinobatkan sebagai 10 penemuan sains terbaik pada 2010 versi majalah Time. Ketertarikan Johny pada dunia astronomi tidak lepas dari film Star Trek yang menemani masa kecilnya. Selain film itu, buku Alam Semesta dan Cuaca juga turut menumbuhkan ketertarikannya pada dunia karirnya saat ini.
3. Prof. Mezak Arnold Ratag
Sama seperti Prof. Johny Setiawan, Prof. Mezak Arnold Ratag juga menjadi sosok ilmuwan yang diakui dunia di bidang astronomi. Ia telah mempublikasikan lebih dari 100 karya ilmiah nasional dan internasional.
Prof. Mezak dikenal sebagai sosok yang menemukan ratusan Planetary Nebulae Cluster, yaitu cangkang indah yang dilontarkan Matahari ketika berevolusi miliaran tahun lalu. Untuk menghormatinya, nama sang profesor diabadikan pada sekitar 120 gugus Planetary Nebulae, termasuk di antaranya Ratag-Ziljstra-Pottasch-Menzies dan Ratag-Pottasch.
4. Mulyoto Pangestu, Ph.D
Mulyoto Pangestu dikenal sebagai ilmuwan yang mengembangkan teknik pengeringan sperma sederhana dan terbilang murah. Berkat temuan tersebeut, ia berhasil meraih penghargaan Young Investors Awards dari The Far Eastern Economic Review.
Dengan teknik yang dikembangkannya, Mulyoto berhasil membuat penyimpanan sperma dalam suhu ruang dan dapat disimpan selama bertahun-tahun. Jadi, teknik ini bisa menjadi alternatif penyimpanan dengan alat pendingin.
Berbekal temuannya tersebut, ia pun beberapa kali ditawari pindah kewarganegaraan ke Australia oleh kampus tempatnya mengajar, yakni Monash University, Melbourne. Namun, ia menolak tawaran tersebut.
5. Prof. dr. Adi Utarini
Sosok Prof. dr. Adi Utarini menjadi perhatian setelah ia berhasil masuk sebagai salah satu tokoh berpengaruh di dunia pada 2021 versi majalah Time. Namun tidak hanya itu, ia juga masuk dalam daftar Nature’s 10: Ten People Who Helped Shape Science in 2020.
Masuknya dr. Adi dalam daftar tersebut karena ia merupakan pionir pengembangan metode Wolbachia untuk mengontrol nyamuk penyebab demam berdarah. Metode yang dikembangkan dr. Adi disebut berhasil mencegah penularan demam berdarah yang menyerang hampir 400 juta orang di seluruh dunia setiap tahun.
Adapun metode yang dikembangkan dr. Adi adalah mengembangbiakkan nyamuk yang telah diberi bakteri Wolbachia. Jadi, nyamuk yang telah diberi bakteri ini ternyata aman bagi manusia karena tidak bisa menularkan virus dan menghambat replikasi virus dengue. (E04)