Titik Temu
Unik! Ketika Sambal dan Ulekan Menjelma Jadi Karya Seni
Editorial Cast | 11.01.2021

Bagi kebanyakan orang Indonesia, makan tak lengkap rasanya jika tidak pakai sambal. Nah, kalau Utami Atasia Ishii, bukan hanya suka mencocol makanannya dengan sambal, dia sampai mendedikasikan diri membuat karya seni dengan medium sambal. 

“Bagi saya, sambal merupakan makanan tradisional Indonesia yang wajib ada setiap saya makan makanan Indonesia khususnya. Karena memang pada dasarnya saya suka makanan pedas,” kata Tami, demikian ia akrab disapa. 

Utami Atasia Ishii (Dok. MAG21)

Tami selalu bersemangat jika membicarakan sambal. Apalagi lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Seni Rupa Murni ini gemar memasak. Karenanya, dia juga senang bereksperimen membuat sambal di dapur, atau mencari tahu tempat makan yang menyediakan sambal khas dan enak. 

“Sambal merupakan makanan tradisional Indonesia yang diketahui jenisnya sebanyak 322 macam, dibedakan berdasarkan bahan, cara membuat, dan rasa,” sebutnya. 

Begitu banyaknya ragam jenis sambal, membuat Tami tertarik mencari tahu apa saja jenis sambal yang belum pernah dia temui dan coba. Kegemarannya ini makin menambah wawasannya terhadap masakan tradisional Indonesia.  

Hal itu juga yang mengilhami Tami menjadikan sambal sebagai medium berkarya. Menurutnya, warisan budaya Indonesia sangat beragam dan perlu dilestarikan serta diperkenalkan secara luas ke berbagai kalangan bahkan dunia. Salah satu cara termudah baginya adalah memperkenalkan sebuah kebudayaan melalui makanan.

“Saya rasa sambal pun mungkin masih kurang dikenal oleh dunia, karena Indonesia seringnya dikenal dengan hidangan nasi goreng atau rendang,” ujarnya. 

Memperkenalkan sambal ke dunia  

Kesempatan memperkenalkan sambal ke khalayak yang lebih luas ia dapatkan ketika ikut ambil bagian dalam pameran karya seni Media Art Globale 2021 (MAG21) September lalu. Tami menjadi salah satu seniman yang karya seninya disorot dalam pameran seni bertema “Garden Indonesia” itu. 

Mona Liem selaku Direktur Program dan Artistik MAG21, sangat mengapresiasi karya Tami. Dia mengatakan karya-karya Tami yang berbasis teknologi sangat cocok untuk dikembangkan. 

“Kami memiliki kecocokan dalam bertukar ide kreatif kami. Saya dan Mbak Mona Liem menyepakati untuk membawakan tema sambal pada karya saya, agar makanan tradisional Indonesia ini dapat lebih dikenal oleh dunia,” kenangnya. 

Dara kelahiran Magelang ini bersyukur mendapat kesempatan untuk menampilkan karyanya di MAG21. Dia juga berterima kasih kepada Mona yang pertama kali memberikan respons baik atas karyanya, dan mendukung segala prosesnya. 

“Beberapa seniman senior dan kurator memberikan kesempatan kepada saya untuk berpameran bersama. Dan hal ini tentunya membuat saya lebih bersemangat untuk terus mengembangkan karya-karya saya,” tutur Tami semringah. 

Sambal diracik dengan apik 

Pada karyanya yang dipamerkan di MAG21, Tami meracik dengan apik 10 jenis sambal menjadi karya seni yang memanjakan visual dan indra pendengaran. Kesepuluh jenis sambal itu terdiri dari: sambal mentah, sambal ijo, sambal colo-colo, sambal bajak, sambal terasi, sambal matah, sambal terong, sambal Tomat, sambal teri, dan sambal bawang. 

“(Sambal) kemudian saya letakkan pada kaca preparat untuk diteliti melalui mikroskop yang hasil videonya saya jadikan video art. Untuk sound art yang menjadi latar suara pada video, saya rekam suara-suara saat proses pembuatan sambal, seperti suara memotong bahan-bahan sambal, suara uleg, suara saat menggoreng terasi,” Tami menjelaskan. 

Dalam melahirkan karya ini, Tami menggunakan instalasi mikroskop, kaca preparat untuk meneliti sambal, serta software musik untuk membuat sound art. Alat-alat yang digunakan tidak sulit didapatkan, sehingga Tami makin menikmati proses pengerjaannya. 

Selain memperkenalkan sambal kepada dunia, melalui karyanya, perempuan berdarah Indonesia-Jepang itu ingin menyampaikan pada para apresiator bahwa hubungan antara apa yang kita lihat, rasakan, dan ketahui, tidak akan pernah pasti. Menurutnya, cara pandang kita dipengaruhi oleh apa yang kita ketahui atau percaya. 

“Saya memiliki ketertarikan terhadap ilmu sains beserta materialnya, kemudian saya integrasikan penelitian ilmiah dan alat-alatnya dengan karya seni saya untuk menghasilkan sebuah perspektif yang berbeda dalam mewujudkan cara pandang terhadap sesuatu. Karena dengan melihat apa yang dilihat, kita dapat mengetahui bagaimana cara kita melihat juga,” jelasnya. 

Tami ingin menggunakan beragam media pada karyanya, mulai dari elektronik, musik, video art, dan instalasi yang dipadukan menjadi sebuah karya new media art. Karya-karya Tami bisa dinikmati di channel YouTube Connected Art Platform, Instagram @atasiaishii dan SoundCloud atasiaishii. (E03)