Titik Temu
Taksi Terbang Hingga Antrean Virtual, Tren Penerbangan di 2022 
Editorial Cast | 01.27.2022

Tahun 2020 dan 2021 menjadi tahun sulit bagi maskapai penerbangan, karena penurunan perjalanan udara terus terjadi sebagai dampak dari pandemi COVID-19 yang belum usai. Namun dengan sejumlah teknologi yang diprediksi akan jadi tren di dunia penerbangan, maskapai dan bandara bisa membuat inovasi yang membantu industri ini cepat pulih. 

Yang jelas, dengan adanya pandemi, potret penerbangan di tahun-tahun berikutnya akan sangat berbeda dengan saat ini. Setidaknya, hal-hal berikut ini diprediksi akan menjadi inovasi dan tren perjalanan udara di masa yang akan datang. 

Taksi terbang di perkotaan

Mobilitas udara perkotaan memperoleh momentum nyata tahun lalu dengan adanya suntikan investasi yang signifikan dari beberapa pemain industri penerbangan terbesar. United Airlines misalnya, memesan pesawat eVTOL Archer senilai USD1 miliar. Lalu ada maskapai penerbangan asal Brasil Azul yang menandatangani kesepakatan komersial dengan startup penerbangan berteknologi listrik asal Jerman, Lilium, senilai USD1 miliar, serta Japan Airlines dan GOL yang bermitra dengan Avolon untuk menciptakan bisnis berbagi perjalanan eVTOL di Jepang dan Brasil. 

eVTOL merupakan singkatan dari electric Vertical Take Off and Landing, yaitu pesawat yang dapat lepas landas, melayang, dan mendarat secara vertikal berkat sistem propulsi listrik. Belakangan, istilah ini menjadi sangat populer, dan sering merujuk pada “taksi terbang”, “mobil udara” atau “Passenger Air Vehicle (PAV)”. 

Beberapa eVTOL memiliki arsitektur daya yang sepenuhnya listrik, tapi ada pula desain hibrida yang menggunakan mesin pembakaran tradisional atau sel bahan bakar untuk menghasilkan tenaga listrik yang dibutuhkan. eVTOL menjadi sangat populer karena potensi dampak besar pada gaya hidup kita yang diwakili oleh inovasi ini. Teknologi eVTOL merupakan solusi atas kebutuhan transportasi udara perkotaan. Teknologi ini bermaksud merevolusi cara kita bepergian di daerah perkotaan.

Sejumlah bandara dan operator bandara di seluruh dunia mengakselerasi tren ini. Groupe ADP dan Skyports mengumumkan akhir tahun lalu bahwa mereka akan mengembangkan vertiport (vertical airport) uji pertama Eropa di Prancis. Hal ini dilakukan sebagai langkah signifikan menuju peluncuran layanan Advanced Air Mobility (AAM) komersial yang dipersiapkan untuk Olimpiade Paris 2024. 

Tak cuma itu, Bandara Munich, Jerman dan Bandara SEA Mila, Italia bermitra dengan Skyports untuk mengeksplorasi penyebaran infrastruktur darat eVTOL. Di tempat lain, bandara di Roma, Nice, dan Venesia meluncurkan perusahaan baru bernama Urban Blue. Perusahaan baru ini diluncurkan dengan tujuan mempercepat pembangunan infrastruktur mobilitas udara perkotaan secara internasional.

Robot dan kendaraan otonom 

Robot otonom menjadi pemandangan yang semakin umum di bandara negara-negara maju. Salah satu contohnya di Bandara Internasional Cincinnati/Northern Kentucky (CVG), AS bulan lalu. Bandara ini meluncurkan armada robot pengiriman (delivery robot) yang sepenuhnya otonom untuk keperluan pengantaran makanan dan ritel. 

Ottobots, nama robot tersebut, yang dioperasikan oleh perusahaan bernama Ottonomy, diluncurkan belum lama ini di pameran teknologi CES 2022. Robot tersebut memungkinkan penumpang memesan barang tanpa kontak langsung. Barang akan dikirimkan oleh Ottobots ke lokasi khusus pengantara di bandara. 

Bandara CVG juga telah menguji coba robot baru lainnya bernama Gita. Robot ini dikembangkan oleh AtYourGate bekerja sama dengan Piaggio Fast Forward. Gita telah diadopsi oleh sejumlah bandara lain di AS, termasuk JFK, Philadelphia, Minneapolis-Saint Paul, San Francisco, Salt Lake City dan Seattle-Tacoma. 

Robot droid ini berjalan menggunakan teknologi penginderaan visual untuk mengikuti anggota staf pengiriman AtYourGate untuk menjangkau pelanggan mereka di gerbang. 

“Kita akan melihat lebih banyak otomatisasi. Generasi berikutnya tidak hanya mendambakan otomatisasi, tetapi mereka berharap itu menjadi hal yang biasa. Bahkan robot kecil yang hilir mudik ini pada akhirnya dapat mengarah pada adopsi mobil self-driving dan banyak lagi,” kata Manajer Senior Inovasi Strategis CVG, Naashom Marx. 

Sebagai bagian dari ambisi untuk menciptakan proses penanganan darat yang lebih cerdas di masa depan, banyak bandara beralih ke penggunaan teknologi otonom. Contoh lainnya adalah Royal Schiphol Group di Belanda, yang meluncurkan program ambisius untuk menciptakan bandara yang sepenuhnya otonom pada tahun 2050. 

Sejalan dengan ambisi ini, tahun lalu mereka meluncurkan program Autonomous Airside Operations, yang akan membuat semua kendaraan di area sisi udara (airside) digantikan oleh armada kendaraan otonom bebas emisi yang saling terhubung dan semua proses terkait akan diotomatisasi. 

Kembaran digital

Bandara menghadapi sejumlah tantangan: infrastruktur yang menua, permintaan yang berfluktuasi, kebutuhan akan keamanan yang canggih, dan sekarang, krisis kesehatan global. Teknologi lama tidak mampu mengatasinya. Diperlukan inovasi radikal, dan teknologi baru seperti Digital Twin (DT) atau kembaran digital bisa menjadi jawabannya. 

Kembaran digital adalah representasi 3D dari dunia fisik. Ini memungkinkan pengembang untuk memvisualisasikan produk dan ruang, serta menjalankan simulasi untuk menunjukkan bagaimana mereka berperilaku dalam kondisi yang berbeda.

Teknologi ini sangat menarik untuk diterapkan pada operasional bandara yang kompleks. Sejumlah bandara sudah mulai menerapkan alat DT, termasuk Bandara Internasional Hong Kong (HKIA) dan Bandara Internasional Vancouver (YVR). 

Sistem ini mengumpulkan data real-time yang dikumpulkan dari perangkat Internet of Things (IoT) yang disebarkan di seluruh bandara dan mengubahnya menjadi format yang mudah dibaca. Dengan penggunaan analitik prediktif, sistem ini mempermudah pemahaman sistem bandara yang kompleks, mengeksplorasi perubahan, dan memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan lebih baik. 

Banyak industri, seperti manufaktur maju, arsitektur, teknik dan konstruksi sudah akrab dengan manfaat DT, sementara bandara masih tertinggal dalam adopsi teknologi ini. Jadi, sepertinya kita akan melihat lebih banyak bandara yang menyadari manfaat DT dan menerapkannya. 

Antrean virtual

Sejak pandemi, kita jadi terbiasa menjaga jarak fisik dan menghindari kerumunan untuk menekan penularan virus. Jadi, jangan heran jika teknologi seperti antrean virtual juga akan menjadi tren di industri perjalanan udara. 

Antrean virtual memungkinkan penumpang memesan slot untuk mengantre di titik tertentu di bandara, alih-alih berada di kerumunan antrean secara fisik. Teknologi ini dapat membantu menghilangkan antrean panjang, sehingga meningkatkan pengalaman pelanggan bepergian secara aman.

Bandara Internasional Seattle-Tacoma (SEA) di AS, menjadi salah satu bandara pertama yang menguji coba sistem antrean virtual sebagai solusi menghindari kerumunan calon penumpang. Menggunakan sistem yang disebut SEA Spot Saver, reservasi digital ini juga bertujuan mengurangi waktu tunggu di bandara dan mencegah terjadinya keramaian. 

Uji coba pertama SEA Spot Saver dirancang untuk penumpang Alaska Airlines di TSA Checkpoint 5, dan didukung oleh Whyline dan Copenhagen Optimization. Uji coba kedua, yang dirancang oleh VHT, tersedia untuk Delta Air Lines dan semua penumpang lainnya di TSA Checkpoint 2. 

Setelah uji coba, VHT melaporkan bahwa sistem ini ternyata melebihi ekspektasi karena berhasil membuat waktu tunggu keseluruhan bisa berkurang menjadi hanya 10 menit! Alhasil, calon penumpang pun bisa lebih nyaman dan aman karena lebih sedikit terpapar keramaian saat mengantre di bandara. 

Teknologi memegang peranan penting untuk sebuah bandara, karena penumpang ditangani beragam pihak, mulai  dari karyawan bandara dan maskapai penerbangan, personel keamanan, otoritas penerbangan nasional dan vendor dari luar. Karenanya, mengadopsi teknologi baru akan membantu sebuah bandara beroperasi lebih efisien dan berkelanjutan. (E03)