Titik Temu
Sinyal Internet, Modal Pembangunan Kampung dan Daerah Terpencil
cast | 10.07.2021

Internet Komunitas yang digagas Common Room bersama dengan komunitas lain merupakan sebuah inisiatif untuk mendorong pengembangan infrastruktur Internet berbasis komunitas. Menurut Direktur Common Room, Gustaff Harriman Iskandar, Internet Komunitas hadir untuk membantu masyarakat, terutama di kampung, wilayah pedesaan, dan daerah terpencil, agar dapat mengakses Internet dengan biaya terjangkau.

Menurutnya, pengembangan infrastruktur yang dihadirkan di daerah terpencil juga harus memenuhi sejumlah hal, seperti legalitas, keamanan, pembiayaan yang terjangkau, dan harus bermakna. Bermakna di sini berarti, Internet tidak sekadar dipakai untuk mengonsumsi informasi atau konten saja, tapi juga harus bisa memberikan dampak perbaikan kualitas hidup bagi masyarakat di daerah.

“Salah satu pemanfaatan Internet yang bermakna adalah, sekarang di kota besar sudah ada layanan telemedicine. Kami ingin layanan tersebut juga bisa menjangkau wilayah terpencil, karena buat warga desa yang fasilitas dan tenaga kesehatannya terbatas, layanan telemedicine akan sangat berfungsi,” tutur Gustaff dalam sesi Kelas Kreatif Mengembangkan Internet Kampung yang digelar INSPIRIT.

Selain itu, Internet yang bermakna bisa berarti membantu masyarakat sekitar untuk membangun desa, memberdayakan UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), serta membantu pemulihan ekonomi. Namun, hal lain tidak kalah penting adalah Internet bisa mendukung produksi dan distribusi konten, termasuk pengetahuan lokal bagi masyarakat.

“Karena biasanya untuk masyarakat pedesaan, tidak ada konten yang relevan dengan mereka. Akhirnya, mereka mencari konten yang tidak nyambung dengan realitas kehidupan sehari-hari, sehingga ada ketercerabutan,” ujar Gustaff. Ia menambahkan, dalam lingkup yang lebih besar, pemanfaatan teknologi dapat membantu menjawab tantangan dan kebutuhan sehari-hari masyarakat di daerah.

5L untuk pengembangan Internet Komunitas

Pengembangan Internet Komunitas mengacu pada kerangka 5L, yakni low cost, low tech, low maintenance, low learning curve, dan local support.

Menurut Gustaff, kerangka 5L ini digunakan agar masyarakat desa tidak hanya dapat mengakses Internet dengan biaya terjangkau, tapi juga bisa merawat dan mendukung kehadiran infrastruktur di wilayahnya. Selain itu, terkaitan dengan pembangunan infrastruktur Internet berbasis komunitas di wilayah pedesaan, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan.

“Tiga hal yang penting, yakni brainware, software, dan hardware. Brainware menjadi hal penting, karena kalaupun ada software dan hardware, tapi tidak ada orangnya itu percuma. Untuk itu, kenapa akhirnya pembangunan infrastruktur Internet berbasis komunitas memberdayakan masyarakat pedesaan, supaya (mereka) bisa melek Internet, melek teknologi,” tutur Gustaff.

Hindari ekses negatif

Gustaff tidak menampik bahwa kehadiran Internet selain berdampak positif juga bisa membawa dampak negatif bagi masyarakat desa. Bahkan sempat mengungkapkan, selama pandemi terjadi kekerasan berbasis gender secara online. Di beberapa daerah pun, terjadi peningkatan pornografi anak, termasuk kasus penipuan online.

“Ini menjadi dilema. Kami ingin mendorong percepatan penetrasi Internet di pedesaan, tapi di sisi lain, masyarakat desa kalau tidak disiapkan, yang akan muncul ada ekses negatifnya,” ujarnya.

Untuk itu, pihaknya berupaya terus menghadirkan sejumlah aktivitas yang dapat mendukung pemanfaatan Internet secara baik dan optimal bagi seluruh masyarakat pedesaan.

Lebih lanjut, Ia menuturkan, strategi yang bisa diterapkan untuk menghindari ekses negatif dari Internet adalah dengan membuat masyarakat di pedesaan dan daerah terpencil semakin pintar, tidak sekadar hanya menyarai informasi. Sebab menurutnya, apabila masyarakat semakin pintar, mereka bisa menentukan sendiri informasi dan pengetahuan apa yang mereka butuhkan.

“Jadi, pada saat mereka menggunakan Internet, mereka akan fokus mencari, mengumpulkan, dan memanfaatkan informasi dan pengetahuan yang mereka butuhkan—bukan yang mereka inginkan. Karenanya, tugas terbesarnya juga adalah mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata Gustaff.

“Kalau masyarakatnya sudah cerdas, informasi yang negatif tidak akan dilirik. Ini merupakan pekerjaan sepanjang hayat, dan pekerjaan yang harus dilakukan banyak orang,” pungkasnya. (E04)