Titik Temu
Simulasi Kehidupan di Mars akan Hadir di Indonesia, Tertarik Mencoba? 
Editorial Cast | 10.28.2021

Mars disebut-sebut sebagai planet yang akan menjadi tempat tinggal manusia setelah Bumi. Sejumlah misi eksplorasi pun telah diluncurkan untuk mengumpulkan informasi maupun mengetahui kondisi Planet Merah tersebut. 

Meski belum sepenuhnya terungkap, setidaknya untuk saat ini kondisi Mars diketahui masih terbilang ekstrim bagi manusia. Karena itu, sejumlah lembaga antariksa di dunia membuat simulasi kehidupan di Mars sebagai pembelajaran bagi manusia jika di masa depan nanti benar-benar akan ‘terbang’ ke planet tersebut. 

Salah satu simulasi kehidupan di Mars kini sedang dikembangkan di Indonesia. Adalah Venzha Christ, seorang pegiat space art asal Yogyakarta yang berencana membuat analog Mars atau pusat simulasi kehidupan di Planet Mars di Indonesia. Analog Mars tersebut bernama v.u.f.o.c Mars Analog Research Station dan berlokasi di Yogyakarta. 

“Mungkin tidak persis sama dengan kondisi Mars, tapi yang lebih penting adalah penggambaran sistem isolasi di sana. Jadi, nanti ada beberapa orang yang ditempatkan di sana, hidup bersama di kubah berdiameter kecil dengan protokol komunikasi sangat ketat. Itu yang ingin dicapai di tahap pertama,” tutur Venzha. Analog Mars di Yogyakarta ini disebut akan menjadi yang pertama di Asia Tenggara. 

Kehidupan di analog Mars

Venzha menuturkan, simulasi jangka pendek kehidupan di Mars tidak membutuhkan habitat dengan volume besar atau perlindungan lengkap dari radiasi. Namun, situasinya akan lebih mirip dengan stasiun luar angkasa internasional (International Space Station/ISS). 

Menurutnya analog Mars di setiap negara memiliki ciri berbeda, tergantung kebutuhan. Di Indonesia, analog Mars yang dia bangun akan lebih fokus pada riset radio astronomi, pengenalan radiasi benda langit, kreasi alternatif space food, inovasi teknologi space farming, serta penelitian kehidupan extra-terrestrial. 

Di sana, para peserta simulasi akan terisolasi dari dunia luar, belajar bertahan hidup dengan perhitungan makanan yang hemat dan efektif, serta melakukan eksperimen lapangan mengenakan pelindung luar angkasa. 

“Sebenarnya kita (Indonesia) memiliki kekayaan mineral dan bahan makanan yang sangat kuat. Cita-citanya lebih pada bagaimana kita bisa berpartisipasi dalam kemajuan space exploration secara internasional,” tutur Venzha yang juga merupakan Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS). 

Dari pengalaman pribadi

Inisiatif Venzha membangun analog Mars tidak lepas dari pengalaman pribadinya. Ia merupakan orang Indonesia pertama dan satu-satunya yang pernah mengikuti pelatihan simulasi hidup di Mars bersama NASA di Amerika Serikat pada 2018 dan Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering (SHIRASE) di Jepang pada 2019. 

Peletakan baru pertama untuk pembangunan analog Mars di Yogyakarta ini sebenarnya sudah dilakukan pada awal 2021, tapi karena pandemi pembangunannya tertunda. Venzha menuturkan, pembangunan simulasi ini baru akan kembali dilakukan pada Desember 2021, dengan harapan pada saat itu kondisi pandemi di Indonesia sudah mulai menurun. 

Pembangunan analog Mars ini juga masih menggunakan biaya mandiri. Karenanya, ia berharap pembiayaan ini bisa dilakukan kolaboratif, mulai dari sektor Pendidikan seperti universitas, pemerintah untuk keperluan izin, serta komunitas. 

“Tiga unsur itu paling ideal untuk bisa membangun sebuah proyek yang mendukung kemajuan astronomi dan space science di Indonesia,” ujar Venzha. (E04)