Titik Temu
Sepatu dari Kantong dan Botol Plastik Bekas, Seperti Apa?
Editorial Cast | 07.14.2022

Sampah plastik masih menjadi salah satu masalah lingkungan terbesar yang terus dicari solusinya. Pasalnya, jumlah sampah plastik sudah teramat banyak dan mengancam lingkungan hidup, terutama lautan. 

Sampah plastik yang tersebar di lautan berdampak buruk pada biota laut. Kandungan mikroplastik hingga sampah plastik yang sulit terurai bisa menimbulkan masalah kesehatan pada ikan di laut, hingga berdampak pada kesehatan manusia pula. Selain itu, kandungan sampah plastik yang sulit terurai juga berpotensi merusak rantai makanan, mulai dari organisme terkecil seperti plankton. 

Kepedulian masyarakat untuk melakukan perubahahan perlu ditingkatkan, mulai dari lingkungan terkecil sepertio individu dan keluarga, hingga industri.  Di antaranya dengan menerapkan 3R (reduce, reuse, recycle) untuk menjaga nilai ekonomi suatu produk dan mengurangi jumlah sampah yang terbuang di tempat pembuangan akhir (TPA). 

Banyak pihak sudah mulai mendorong kampanye daur ulang sampah plastik untuk dijadikan produk atau benda yang bermanfaat dan bernilai ekonomi. Salah satu contohnya, wirausahawan muda asal India, Ashay Bhave. Pria berusia 23 tahun ini mengembangkan startup (perusahaan rintisan) yang diberi nama Thaely. Mereka mendaur ulang sampah plastik menjadi sepatu. 

Limbah sepatu

Tidak berbeda dari sampah plastik, sepatu juga memiliki masalahnya sendiri. Menurut sebuah laporan yang dipublikasikan pada 2014, rata-rata sepasang sepatu membutuhkan waktu sekitar 50 tahun untuk benar-benar dapat terurai. 

Selain itu, sebuah jurnal ilmiah yang dipublikasikan pada 2020 menyebutkan, proses produksi sepatu menghasilkan limbah yang sangat besar. Menurut perkiraan secara global, ada sekitar 21 juta sepatu yang dihasilkan setiap tahunnya. 

Karena itu, Ashay yang merasa terusik dengan hal tersebut akhirnya mengembangkan Thaely. Menurutnya, sudah sejak lama ia tertarik dengan sistem keberlanjutan dan dunia sepatu. Itulah yang mendorongnya untuk mengembangkan bisnis yang berangkat dari ketertarikannya. 

Kisah Thaely

Thaely yang berarti “tas plastik” dalam Bahasa Hindi berdiri pada 2021. Sejak Juli 2021, perusahaan ini disebut telah berhasil melakukan daur ulang dari lebih dari 50.000 kantong plastik dan 35.000 botol plastik bekas. 

Awalnya, Ashay mengembangkan Thaely sebagai salah satu proyek desain yang dikerjakannya semasa kuliah untuk mengejar gelar Bachelor of Business Administration (BBA) pada 2017. Namun akhirnya, ia sukses  mengembangkan proyek itu menjadi kenyataan dan kini sudah memiliki model bisnis yang berkelanjutan. 

Dalam proses produksinya, Thaely bekerja sama dengan perusahaan pengelolaan limbah untuk mendapatkan bahan mentah. Setelahnya, bahan mentah berupa kantong plastik diubah menjadi bahan yang diberi nama ThaelyTex dengan pengolahan yang memanfaatkan panas dan tekanan. 

Bahan tersebut lantas dipotong untuk dibentuk menjadi pola sepatu. Sementara untuk botol plastik didaur ulang menjadi bahan yang diberi nama RPET (recycled polyethylene terephthalate). Bahan ini digunakan untuk produksi tali sepatu, pelapis, kotak kemasan, dan bagian lainnya dari sepatu. 

Untuk sol sepatu, Thaely membuatnya dari karet daur ulang sisa industri ban, termasuk ban yang tidak berakhir di tempat pembuangan sampah. Setiap pasang sepatu Thaely disebut mampu mendaur ulang 12 botol plastik dan 10 kantong plastik. 

Meski produknya menjanjikan, proses pembuatan sepatu Thaely tidak semudah kelihatannya. Menurut pemilik pabrik yang memproduksi sepatu Thaely, Nitish Chaddha, proses pembuatan sepatu ini sebenarnya cukup rumit. 

Sepatu pada umumnya hanya memiliki sekitar lima atau enam komponen, mulai dari bagian atas, alas, serta cara penjahitan. Namun, sepatu Thaely memiliki sekitar 13 komponen, sehingga dibutuhkan waktu dua kali lipat untuk membuat sepatu Thaely jika dibandingkan dengan sepatu biasa.  

Produk Thaely

Saat ini, Thaely baru memiliki satu model sepatu yang diberi nama Y2K, singkatan dari Year 2000. Sesuai namanya, desain sepatu ini memang mengambil nostalgia tahun 2000-an. Desainnya mengingatkan pada fashion di era tersebut dan terinspirasi dari tampilan sepatu kanvas sederhana. 

Thaely menargetkan bisa menjual sekitar 25.000 pasang sepatu hingga akhir tahun ini, yang berarti bisa mendaur ulang lebih dari 200.000 kantong plastik. Selain itu, Thaely juga berencana memperluas jangkauan pasarnya ke beberapa wilayah, seperti Dubai, Eropa, Amerika, serta Australia. (E04)