Limbah sering kali disepelekan karena dianggap barang kotor dan tidak berguna. Padahal jika limbah bisa dimanfaatkan dengan baik, akan lahir produk baru yang kreatif, contohnya Seazzle.
Seazzle adalah mainan unik dan edukatif berupa puzzle atau building block yang bisa kita buat sendiri. Bahan utama Seazzle adalah limbah kerang.
Adalah Verra Febrianti dan Olivia Aspinall yang punya ide memanfaatkan limbah kerang sebagai bahan baku mainan edukatif. Seazzle merupakan kolaborasi antara Verra dan Olivia dalam Altermatter Project yang diselenggarakan CAST Foundation bersama British Council Indonesia, Playo, dan Applied Arts Scotland.
Verra, dengan latar belakangnya sebagai pendiri Lagi-lagi, sebuah organisasi pendidikan di Bali yang mengajarkan tentang alam dan lingkungan, punya perhatian khusus terhadap limbah organik.
“Kami memanfaatkan limbah produksi furniture seperti serat-serat kayu untuk produk kami berupa mainan anak-anak dan souvenir,” kata Verra saat sesi Final Project Presentation Altermatter.
Sedangkan Olivia, memiliki bisnis yang komoditi utamanya adalah terrazzo. Ini adalah material komposit yang dituangkan di tempat atau pracetak, yang digunakan untuk perawatan lantai dan dinding. Terrazzo terdiri dari serpihan marmer, kuarsa, granit, kaca, atau bahan lain yang sesuai, dituangkan dengan pengikat semen, polimer, atau kombinasi keduanya.
“Kami menemukan masalah limbah dari produksi pembuatan furniture di lingkungan kami, mulai dari serat kayu, sabut kelapa, dan debu dari kerang. Limbah ini melimpah sehingga terbuang sia-sia dan menyebabkan pemborosan,” Verra menceritakan awal mula penemuan ide Seazzle.
“Karena Olivia memproduksi terrazzo, kami terpikir bagaimana jika kita membuat terrazzo yang lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah ini, yaitu limbah kerang?” ujarnya.
Verra pun melakukan bermacam penelitian dan menemukan bahwa kerang sudah digunakan sejak 10 ribu tahun lalu sebagai bahan bangunan bangsa Romawi. Orang Indonesia pun mengubah kerang menjadi kapur sirih yang digunakan untuk makanan dan hal lain dalam kehidupan sehari-hari.
Dijelaskan Verra, kerang mengandung 90% kalsium karbonat yang dapat terurai melalui proses panas dengan suhu 80-150 derajat celcius dan berubah menjadi bahan yang mirip semen.
Bahan ini begitu melimpah di lingkungan sekitar tempat tinggalnya di Bali. Setiap tahunnya, sekitar 1.500 kg limbah kerang dan 900 kg debu kerang dihasilkan di daerahnya.
“Saya menemukan potensi kerang. Kemudian saya mencampurnya dengan glycerin dan gelatin lalu menambahkan pewarna makanan. Hasilnya, saya mendapatkan tekstur yang mirip terrazzo. Bahan ini serbaguna dan bisa kita isi dengan apa saja untuk membuat pola dan warna,” terangnya.
Menurut Verra, bahan ini sangat bagus diperkenalkan kepada anak-anak. Seazzle memungkinkan anak-anak membuat puzzle atau building block hasil kreasi sendiri dengan mencampur sendiri bahan yang ada, lalu mencetak, mewarnai, dan menambahkan bahan yang mereka mau sesuai keinginan.
“Saya pikir, betapa kerennya kalau anak-anak bisa belajar tentang materi di alam lewat terrazzo. Saya ingin meningkatkan kesadaran tentang keindahan materi di alam,” kata Verra.
Jika anak-anak sudah bosan memainkannya, bahan ini bisa digunakan lagi dan menjadi manfaat baru, misalnya ditumpuk hingga tinggi untuk digunakan sebagai meja atau bangku. Kalaupun mau dibuang, kata Verra, material ini mudah terurai dan ramah lingkungan.
“Melalui produk ini saya harap anak-anak bisa mencintai apa yang disediakan oleh alam, lebih berempati dengan alam, dan memahami bahwa apa yang dianggap sampah sebenarnya adalah sumber daya yang bisa digunakan,” tutupnya. (E03)
Artikel ini merupakan bagian dari Seri Altermatter. Ketahui lebih lanjut tentang Project Altermatter.