Titik Temu
Sampah Plastik Hingga Alga, Potensi Material Berkelanjutan untuk Sepatu Olahraga
Editorial Cast | 01.31.2022

Pandemi COVID-19 meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup lebih sehat. Karenanya, produk yang berkaitan dengan olahraga dan kesehatan juga mengalami peningkatan penjualan di masa pandemi. Sepatu dan pakaian olah raga pun tak luput menjadi barang  fesyen yang naik daun. 

Sebelum pandemi pun, banyak orang yang mengoleksi  sepatu olahraga atau sneakers untuk dipadukan dengan beragam jenis pakaian, baik pakaian kasual ataupun formal. Meski begitu, dari setiap produk yang kita beli tentu ada kemasan yang dibuang. Bahkan produk yang kita beli pun ada masa pakainya. 

Ketika suatu barang sudah tidak terpakai, banyak di antara kita akan langsung membuangnya di tempat pembuangan sampah. Karena negara kita belum memiliki sistem dan pusat daur ulang sampah, maka banyak orang merasa wajar untuk membuang sampah begitu saja di tempat sampah atau lahan terbuka, bahkan tanpa memilahnya lebih dulu. 

Tahukah kamu? Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2021, negara kita memproduksi 66 juta ton sampah plastik per tahun. Sementara studi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan sekitar 0,26 juta hingga 0,59 juta ton plastik ini mengalir ke laut dan mengancam ekosistem, baik di darat maupun lautan. 

Sekarang saatnya kita lebih peduli. Terakumulasinya sampah plastik dan sampah anorganik di alam, serta terancamnya kehidupan satwa di darat dan lautan, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih banyak menggunakan produk berkelanjutan. 

Para pelaku industri juga  mencari alternatif material yang lebih ramah lingkungan atau mendukung program daur ulang. Tujuannya untuk ikut berkontribusi melestarikan lingkungan sekaligus meningkatkan nilai produknya.

Proses daur ulang

Plastik PET (Polyethylene terephthalate) merupakan salah satu jenis plastik yang banyak digunakan, sekaligus yang terbanyak menjadi sampah di alam. PET biasanya digunakan sebagai botol minuman kemasan. 

Perlu kita ketahui, sampah botol PET dapat didaur ulang menjadi bahan poliester yang bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakaian dan sepatu olahraga. Bagaimana caranya?

Sampah botol plastik yang telah terkumpul di pusat daur ulang biasanya dihancurkan menjadi serpihan kecil-kecil. Kumpulan serpihan plastik ini kemudian dipilah berdasarkan warna. Botol plastik bening biasannya digunakan untuk keperluan membuat benang poliester, karena dapat menghasilkan benang berwarna putih bersih dan dapat diwarnai jika perlu. 

Sampah tutup botol plastik yang ikut dihancurkan pun bisa dimanfaatkan. Namun, serpihannya perlu disortir dari serpihan botol plastik karena tutup botol terbuat dari plastik yang lebih keras dan tidak cocok untuk benang poliester.

Plastik yang digunakan untuk tutup botol memiliki sifat lebih mudah mengapung. Karenanya, serpihan tutup botol plastik yang tidak diinginkan dapat disaring ketika serpihan plastik dimasukkan ke dalam air. Setelah serpihan-serpihan plastik melewati rendaman air dan bahan kimia, lalu dikeringkan selama 10 jam, yang tersisa adalah potongan plastik yang bersih dan bening yang selanjutnya akan dikirim melalui pipa panas untuk dilelehkan. 

Mencegah bertambahnya sampah plastik

Untuk membuat benang, plastik cair dialirkan melalui lubang kecil untuk membuat filamen, yakni benang yang 5 kali lebih halus dari rambut manusia. Benang poliester inilah yang akan menjadi bahan baku untuk membuat kain sepatu bagian atas, kaos olahraga, celana, dan produk lain.

Parley for the Ocean merupakan salah satu LSM (lembaga swadaya masyarakat) di bidang lingkungan yang berusaha mengurangi sampah plastik di lautan. Upaya yang mereka lakukan antara lain mendaur ulang sampah plastik PET menjadi benang poliester. 

Bekerja sama dengan lembaga  lain, mereka mengumpulkan sampah plastik dan sampah lain yang ada di pantai, di sungai, lautan, dan seluruh perairan di wilayah Amerika dan Eropa. Produk benang poliester mereka dengan merek Parley Ocean Plastic™ telah digunakan untuk membuat bagian atas sepatu Adidas. Pada akhir 2020, Adidas telah memproduksi lebih dari 30 juta pasang sepatu dari Parley Ocean Plastic™.   

Tujuan dari daur ulang sampah PET adalah agar sampah plastik yang mencemari alam tidak bertambah. Sementara itu, berbagai penelitian dikembangkan untuk membuat bio-PET atau bioplastik sebagai pengganti bahan plastik yang lebih mudah terurai secara alami, baik oleh mikroba ataupun cuaca.

Sol sepatu dari alga

Selain mendaur ulang sampah plastik sebagai salah satu bahan baku pembuatan sepatu, ada pula inovasi material ramah lingkungan untuk pembuatan bagian sol sepatu. Salah satunya dilakukan oleh Bloom

Pada tahun 2016, Bloom meluncurkan EVA (Etil Vinil Asetat) campuran alga pertama di dunia untuk industri alas kaki. EVA adalah salah satu material sol sepatu yang bersifat lembut dan fleksibel. 

EVA merupakan material yang dibuat dari poliuretan (PU), lalu dipadatkan menjadi busa lembut dan dicetak. Namun, busa fleksibel ini biasanya diproduksi menggunakan bahan baku minyak bumi. Sedangkan Bloom menggunakan alga untuk membuat biofoam, yang dikombinasikan dengan senyawa EVA.

Biomassa dari alga mengandung protein tinggi dan memiliki kualitas termoplastik alami. Dengan begitu, alga bisa menjadi material pengisi dengan karakteristik seperti polimer. Hal ini memungkinkan alga untuk meniru sifat-sifat busa fleksibel konvensional jika diproses dengan benar. 

Upaya ramah lingkungan dan berkelanjutan

Alga adalah tanaman yang bisa tumbuh paling cepat di Bumi dan merupakan komponen penting dari pengelolaan nutrisi ekosistem perairan. Namun ketika suhu naik, alga tumbuh subur dan mengurangi kadar oksigen terlarut dalam air, sehingga ‘mencekik’ kehidupan biota air lainnya. 

Dengan memanen alga dan memanfaatkannya untuk kebutuhan industri fesyen, Bloom berusaha menjaga keseimbangan ekologi air. Selain itu, upaya yang mereka lakukan bersifat ramah lingkungan: menggunakan lebih sedikit sumber daya minyak yang tidak dapat diperbarui, serta menggunakan bahan baku yang bebas transgenik dan bebas pestisida.

Produsen sepatu ultra-tipis Vivobarefoot bekerja sama dengan Bloom meluncurkan produk sepatu air Vivobarefoot Bloom Ultra III. Produk ini menggunakan busa alga sebagai bagian atas sekaligus sol yang dicetak dengan injeksi untuk menampilkan bahan Bloom seutuhnya. Busa berbasis alga ini kokoh tetapi ringan, sehingga cocok untuk digunakan sebagai bahan alas kaki. 

Beragam metode, inovasi, dan penelitian terus dikembangkan agar masalah sampah yang telah mengubah wajah Bumi dapat dikendalikan di masa depan. Dengan begitu, ketika kita berolahraga di manapun, udara yang segar serta pemandangan yang asri masih dapat kita nikmati, bukan udara dengan polusi dan pemandangan gunung sampah. (E05)