Titik Temu
Rumput Laut Tak Sekadar Dikonsumsi, Tapi Banyak Kontribusi
Editorial Cast | 01.18.2022

Penggunaan rumput laut untuk makanan dan obat-obatan sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, terutama di kota-kota pesisir. Bahan ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya terutama dalam masakan Asia di negara-negara seperti Jepang, Korea, dan China. 

Sementara kegunaannya di bidang kuliner dan pengobatan telah dikenal luas, inovasi produk rumput laut sekarang membuktikan bahwa sayuran yang berasal dari laut punya manfaat yang jauh lebih baik. 

Tak sekadar dikonsumsi, rumput laut juga berkontribusi dalam banyak hal, dari mitigasi krisis iklim hingga penggunaannya sebagai sumber energi yang lebih berkelanjutan. Ternyata, rumput laut memiliki potensi untuk meringankan beberapa masalah lingkungan yang paling mendesak di Bumi saat ini. 

Keunggulan rumput laut

Dikutip dari Seaweed Site, ada lebih dari 10.000 spesies rumput laut berbeda. Rumput laut dapat dibagi menjadi tiga kategori utama: ganggang coklat, ganggang merah, dan ganggang hijau. 

Varietas yang paling umum antara lain termasuk kombu, wakame, rumput laut, dan nori. Yang terakhir mungkin yang paling terkenal, karena biasanya digunakan untuk membuat makanan khas Jepang, sushi.

Mengandung vitamin, mineral, serat, protein, dan antioksidan, menjadikan rumput laut pilihan makanan yang bergizi. Rumput laut juga memiliki sifat berkelanjutan dan ramah lingkungan, karena berperan sebagai penyerap karbon utama. 

Sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience menemukan bahwa rumput laut mampu menyerap 175 juta ton karbon dioksida di seluruh dunia setiap tahun. 

Dalam pemanfaatannya untuk pertanian, rumput laut tidak memerlukan pupuk atau air tawar untuk budidaya (tumbuh di laut). Rumput laut juga tumbuh sangat cepat. 

Menurut kelompok konservasi laut Oceana, rumput laut raksasa adalah salah satu tanaman yang tumbuh cepat di Bumi, mampu tumbuh rata-rata 11 inci per hari. Dalam kondisi ideal, ia dapat tumbuh lebih dari dua kali lipat pada ukuran 24 inci per hari.

Inovasi rumput laut 

Karena berbagai keunggulannya, sejumlah perusahaan yang memproduksi protein berkelanjutan beralih ke rumput laut sebagai makanan masa depan. Startup Trophic yang berbasis di California, Amerika Serikat, misalnya, mereka menggunakan rumput laut merah untuk membuat bacon nabati. Contoh lainnya adalah startup asal Spanyol NovaMeat yang menggunakan rumput laut untuk membuat steak cetak 3D. 

Selain itu, merek makanan berkelanjutan Akua memproduksi burger dari rumput laut yang dibudidayakan di laut, jamur, dan makanan super lainnya. 

Apakah cuma makanan saja? Nah, inovasi dalam teknologi kini telah menunjukkan penggunaan rumput laut jauh melampaui kehadirannya tak cuma di piring makan. Setidaknya ada lima inovasi yang memanfaatkan keunggulan rumput laut:

1. Bahan bakar nabati

Tak lama lagi, kita akan melihat mesin yang ditenagai bahan bakar biofuel berbasis rumput laut. Rumput laut dapat diubah menjadi bentuk energi seperti etanol. Meski masih menghasilkan gas rumah kaca saat dibakar, rumput laut menawarkan alternatif rendah emisi yang berkelanjutan untuk bahan bakar fosil.

2. Kemasan

Tumbuhan laut mengandung polimer yang mirip plastik. Namun tak seperti plastik yang sulit terurai dan mencemari lingkungan, polimer dari bahan rumput laut bersifat berkelanjutan. Startup asal Inggris Lucozade dan Notpla mengembangkan makanan vegan dengan kemasan dari rumput laut yang bisa dimakan untuk mengatasi sampah plastik. Selain itu, di Indonesia, ada pula perusahaan lokal Evoware yang mengembangkan gelas dari rumput laut, yang diberi nama Ello Jello. 

3. Bahan bangunan 

Penggunaan tanaman sebagai atap rumah adalah praktik yang sudah ada sejak zaman kuno. Hal ini diterapkan pada bungalo di Provinsi Shandong, China yang memanfaatkan rumput laut sebagai atap. Rumput laut sangat kuat, tahan lama, tana terhadap jamur dan serangga, dan tidak mudah terbakar sehingga cocok menjadi bahan bangunan. 

4. Pakaian

Pakaian dari rumput laut? Kenapa tidak? Ada sebuah startup teknologi asal Israel bernama Algaeing yang membuat pakaian berbahan dasar ganggang. Ada juga perusahaan pakaian bernama Pangaia yang membuat t-shirt dari kombinasi kapas organik dan rumput laut. 

5. Energi

Pada tahun 2013, gedung bertenaga alga pertama di dunia dibuka di Hamburg, Jerman. Selama proses fotosintesis, ganggang menghasilkan energi dari sinar Matahari. Panas yang dihasilkan kemudian ditambah sebagai sumber tenaga dan didistribusikan untuk kebutuhan listrik di gedung tersebut. 

Rumput laut Indonesia, terbesar di dunia

Negara kita dianugerahi melimpahnya komoditas rumput laut. Diketahui luas habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektare atau yang terbesar di dunia. Bahkan, jumlah rumput laut diperkirakan mencapai 8,6% dari total biota laut. 

Berdasarkan data Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, saat ini Indonesia memiliki kekayaan makro-alga sebanyak 89 suku (familia), 268 marga (genus), dan 911 jenis (species). 

Dengan kayanya Indonesia akan berbagai jenis rumput laut, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Artati Widiarti menyebutkan ini adalah berkah yang harus dioptimalkan sebagai penggerak ekonomi nasional, penyedia lapangan pekerjaan, penghasil devisa, serta menjadi sumber pangan, dan gizi nasional. 

KKP sendiri berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi komoditas rumput laut yang dinilai memiliki pasar yang sangat luas baik dometik maupun global, serta mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi. 

Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua dunia setelah China dengan volume ekspor tahun 2020 sebesar 195.574 ton dengan nilai mencapai USD279,58 juta.

Selain terus berimprovisasi mengembangkan bibit hasil kultur jaringan untuk menciptakan bibit rumput laut berkualitas, KKP juga mengembangkan kawasan budi daya rumput laut dengan mengoptimalkan lahan-lahan potensial yang ada di kawasan timur Indonesia, seperti Nusa Tenggara Timur. 

Inovasi rumput laut diarahkan agar bisa digunakan juga untuk mengatasi persoalan global seperti limbah plastik dan menghambat laju perubahan iklim. 

Mengingat multifungsinya komoditas rumput laut tak sekadar untuk pangan, kontribusi rumput laut diharapkan tak hanya membangun ekonomi nasional tetapi juga berkontribusi besar di sektor global. (E03)