Titik Temu
Ragam Material Alternatif Ramah Lingkungan yang Bisa Jadi Inspirasi 
Editorial Cast | 05.27.2022

Memilih produk yang ramah lingkungan menjadi salah satu upaya kita untuk menjaga Bumi. Bukan hanya desainnya yang perlu diperhatikan, kita pun harus teliti memilih produk yang terbuat dari material ramah lingkungan. 

Pasalnya, selain bisa menekan limbah, penggunaan material ramah lingkungan juga bisa membantu mengurangi pemanasan global. Berikut ini adalah lima material ramah lingkungan yang bisa jadi inspirasi kalian. 

Bangku ramah lingkungan 

Desainer Spanyol Andreu Carulla bekerja sama dengan restoran tanpa limbah El Celler de Can Roca, mengembangkan bangku heksagonal yang ramah lingkungan. 

Para kolaborator ini menantang diri mereka untuk menciptakan sesuatu yang menyenangkan dan estetis dengan salah satu bahan yang paling sulit untuk didaur ulang.

Mereka menggunakan polystyrene, bahan yang digunakan restoran untuk transportasi dan penyimpanan makanan, sebagai komponen utama untuk desain yang terinspirasi geometri, dengan warna warna memukau dari lilac, hijau mint, hingga abu-abu. 

Ini adalah perkembangan baru dari kebijakan restoran tanpa limbah El Celler de Can Roca, yang mengusung nama Roca Recicla. Sebelumnya mereka sudah berpengalaman menangani daur ulang skala kecil. 

Pasir rendah karbon 

Ilmuwan penelitian dari Imperial College London, Inggris, bereksperimen dengan bahan konstruksi yang dapat terurai secara hayati. Zat padat ini terbuat dari pasir gurun dan dikabarkan menjadi alternatif rendah karbon untuk beton. 

Bahan inovatif ini menjawab kekhawatiran yang terus meningkat terhadap kondisi ekologi, serta menipisnya pasir untuk konstruksi yang merupakan bahan penting untuk beton.

Sebaliknya, alternatif konstruksi biodegradable ini menggunakan sumber daya yang melimpah. Sementara resep bahan-bahan penyusunnya dirahasiakan untuk saat ini, penciptanya yakin bahwa bahan inovatif yang dikembangkannya mengungguli beton dalam beberapa hal, termasuk untuk pengurangan jejak karbon. 

Selain itu, bahan konstruksi yang dapat terurai secara hayati ini tidak beracun dan dapat didaur ulang, karena dapat dibiarkan terurai secara alami. Kelebihan ini menjadikannya optimal untuk proyek infrastruktur jangka pendek.

Bahan konstruksi dari rajutan tekstil 

Bastian Beyer adalah arsitek dan desainer yang berbasis di London, Inggris yang tertarik mengembangkan bahan konstruksi inovatif dan berkelanjutan. Masih dalam tahap prototyping, proyek yang dikerjakannya berupaya mengeksplorasi manfaat dan efek positif dari penggunaan tekstil rajutan sebagai sumber daya bangunan yang fungsional.

Bekerja sama dengan Daniel Suarez, Bastian Beyer memantapkan prototipe tekstil rajutan tradisional yang dibuat melalui proses biologis, yaitu dengan menempatkan kumpulan mikro-organisme (sporosarcina pasteurii, menjadi beton) dalam sebuah wadah untuk bekerja sendiri. Kemudian para desainer dapat membentuk lapisan kalsit pada serat.

Fungsi penggunaan bahan konstruksi berkelanjutan buatan Bayer dan Suarez adalah memberikan penguatan struktural untuk proyek arsitektur, pembagi spasial, atau digunakan sebagai sistem atap atau dinding struktural.

Bumper dari jamur

Mycelium adalah bagian vegetatif penyusun jamur, yang terdiri dari benang-benang halus bernama hyphae. Material ini mengilhami desainer Diaz Adisastomo dan Adam Davies membuat Soft Edges, aksesoris bumper untuk ujung furnitur. 

Mycelium menjadi material alternatif ramah lingkungan pengganti busa atau styrofoam. Soft Edges yang terbuat dari mycelium punya bentuk unik saat menempel di meja atau kursi, Soft Edges dirancang untuk fungsi keamanan di rumah, terutama untuk anak-anak dan lansia agar tidak mengenai ujung furnitur yang tajam. 

Penggunaan bumper dari mycelium juga sangat sederhana karena material ini mudah dibentuk. Kita bisa langsung mencetaknya dengan menempelkannya ke ujung meja.

Keuntungan lainnya, ketika sudah tidak digunakan lagi, kata Diaz, kita bisa tinggal mencopot lalu membuangnya tanpa khawatir menimbulkan sampah yang sulit terurai. Bumper Soft Edges akan terdaur ulang dengan sendirinya karena terbuat dari material alami. 

Kap lampu dari pelepah pisang

Tiga peneliti dari Universitas Trilogi, Jakarta, Rani Rufaidah, Oki Kurniawan, dan Dedy Rachmad Setiawardhana menggali potensi limbah pelepah pisang. Dalam penelitian mereka, limbah pelepah pisang dieksplorasi untuk dijadikan produk interior, yaitu kap lampu yang estetik. 

Salah satu kelebihan dari karakteristik pelepah pohon pisang ialah mempunyai serat sebagai bahan pengisi dalam komposit, yang berfungsi sebagai penguat dari matriks. 

Untuk membuat kap lampu dari limbah pelepah pisang, mereka melakukan penghancuran atau penggilingan pelepah pisang. Kemudian, pelepah pisang melewati proses oven dan press untuk dijadikan sebuah komposit dengan campuran dari bahan-bahan alami yang dapat terurai.  

Selanjutnya, hasil komposit tersebut dipilih berdasarkan analisis dari karakteristik yang didapatkan pada hasil komposit, berdasarkan hasil eksplorasi yang sudah sesuai dengan karakteristik yang diinginkan yaitu kuat, tahan lama, alami dan tahan panas, kemudian diaplikasikan menjadi produk armatur lampu.

Setelah itu, dilakukan proses produksi prototip lampu berdasarkan desain yang disukai. Proses pengerjaan prototip ini melalui beberapa tahapan yaitu: pembuatan rangka lampu, pembuatan armature lampu dengan proses pembuatan mess composit dan fiber composit, perakitan komposit menjadi armature, perakitan lampu, lalu perakitan semua komponen. (E03)