Titik Temu
Produk Unik Ramah Lingkungan, Mulai dari Kemasan Berbahan Rumput Laut Hingga Papan Seluncur Berbahan Wol
Editorial Cast | 05.25.2022

Material alternatif identik dengan produk-produk yang lebih ramah lingkungan atau dikenal eco-friendly. Sebab, dalam proses pengembangannya, material ini dikembangkan dari bahan baku dan sistem kerja yang tidak berbahaya bagi lingkungan. 

Kesadaran akan produk-produk yang lebih ramah lingkungan pun tumbuh subur dalam beberapa tahun terakhir. Pentingnya gaya hidup yang ramah lingkungan dan memanfaatkan produk eco-friendly tidak hanya penting untuk menjaga kelangsungan alam di masa kini, tapi juga di masa depan. 

Belakangan ini, mulai banyak pengembang dan perusahaan rintisan, baik global maupun lokal, mulai menggarap material alternatif lini produk utama mereka. Lewat produk yang ditawarkan, mereka tidak hanya menjalankan bisnis, tapi sekaligus berupaya menjaga lingkungan dan memberikan alternatif bagi konsumen untuk menjalani gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. 

Untuk mengetahui seperti apa pengembangan dan produk material alternatif yang ada saat ini, berikut beberapa penerapan material alternatif yang dikembangkan menjadi produk siap pakai. 

1. Biomaterial dari bunga matahari

Siapa sangka, limbah bunga matahari ternyata bisa diolah sebagai material alternatif dan dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. Hal itu dilakukan oleh seorang desainer asal Belanda, Thomas Vailly yang berkolaborasi dengan para peneliti dari Ecole Nationale Supérieure des Ingénieurs en Arts Chimiques Et Technologiques

Lewat kolaborasi itu, ia memanfaatkan limbah pertanian tanaman bunga matahari. Seperti diketahui, bunga matahari yang ditanam memiliki banyak fungsi, mulai dari menghasilkan minyak hingga bahan bakar nabati. Namun, proses tersebut jelas juga menghasilkan limbah. 

Oleh sebab itu, Thomas berpikir untuk memanfaatkan setiap bagian dari bunga matahari, terutama sisa hasil panen untuk menciptakan bahan yang berkelanjutan, serta dimanfaatkan sebagai lem non-sintetis dan pernis yang tidak beracun. 

Keduanya lantas dimanfaatkan untuk merakit beragam produk yang juga berbasis biomaterial. Beberapa contoh produk yang dihasilkan dari pengembangan ini adalah panel insulasi hingga casing ponsel. 

Untuk di Indonesia sendiri, pemanfaatan limbah bunga matahari memang belum signifikan, mengingat industrinya tidak terlalu besar. Berbeda dari beberapa negara Eropa yang memang mengandalkan minyak bunga matahari untuk berbagai kebutuhan. 

Kendati demikian, bukan berarti pemanfaatan limbah bunga di Indonesia tidak ada sama sekali. Sejumlah pengrajin di Tanah Air banyak pula yang memanfaatkan limbah bunga untuk dijadikan kerajinan yang indah dipandang mata. 

Bahkan, sejumlah pelaku UMKM di Indonesia sudah menjadikan limbah tanaman, termasuk bunga untuk dibuat menjadi kerajinan yang bernilai jual. Pelatihan untuk membuat limbah bunga menjadi kreasi pun kini sudah banyak ditemukan. 

2. Papan seluncur dari bioresin dan wol

Papan seluncur yang dikenal saat ini umumnya menggunakan fiberglass yang dilapisi dengan resin untuk membuatnya tetap kokoh. Namun, pemanfaatan fiberglass ternyata memiliki dampak lingkungan karena tidak dapat didaur ulang. 

Berangkat dari persoalan itu, sebuah perusahaan asal Selandia Baru bernama Barron Surfboard lantas mengembangkan papan seluncur yang dibuat dari material baru. Material tersebut adalah bioresin yang diperkuat dengan wol. 

Tidak sendirian, Barron Surfboard bekerja sama NZ Merino dan Firewire Surfboards. Mereka mengembangkan kain wol baru untuk menggantikan fiberglass tradisional. Wol dengan ketebalan 7,5 cm divakum dengan tekanan tinggi sehingga menjadi tipis, lalu dicampur dengan bioresin. 

Material baru yang diberi nama Woolight ini disebut memiliki kemampuan setara dengan papan seluncur yang dibuat dari bahan resin Epoxy. Bahkan, papan ini diklaim lebih fleksibel dibandingkan fibreglass, serta dapat mengurangi getaran dari ombak. 

Produk serupa dengan yang dikembangkan Barron Surfboard memang belum ada di Indonesia. Namun dalam beberapa tahun terakhir, produk kemasan yang dikembangkan dari bahan plastik ramah lingkungan banyak ditemukan di Indonesia. 

Salah satunya dikembangkan oleh perusahaan rintisan bernama Evani Eco. Perusahaan ini memproduksi sejumlah kemasan makanan dan minuman yang dibuat dari bahan alami, seperti singkong, rambut jagung, kedelai, hingga ampas tebu. 

3. Bungkus makanan dari rumput laut

Rumput laut dikenal sebagai salah hasil budidaya laut yang banyak dimanfaatkan manusia, mulai dari kebutuhan pangan hingga kecantikan. Namun, selain yang dikenal saat ini, rumput laut ternyata bisa diubah menjadi kemasan makanan yang ramah lingkungan. 

Adalah perusahaan rintisan Evoware yang memproduksi kemasan makanan dengan bahan dasar rumput laut. Kemasan berbasis rumput laut tersebut dapat dimanfaatkan untuk beragam produk makanan, seperti kopi, mi instan, termasuk saos. 

Hadir sebagai alternatif plastik sekali pakai, produk ini dapat dengan mudah terurai. Cukup dilarutkan dengan air atau diurai secara di alam, bahkan bisa dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman. 

Selain menghasilkan kemasan makanan dari rumput laut, Evoware juga memanfaatkan rumput laut untuk membuat gelas. Uniknya, produk bernama Ello Jello ini merupakan gelas plastik sekali pakai yang bisa dimakan karena memang dikembangkan dari rumput laut. 

4. Material baru bernama “Metallic Wood”

Selain memanfaatkan material yang telah ada, sejumlah insinyur dari University of Pennsylvania telah mengembangkan material baru yang diberi nama Metallic Wood. Material ini dikembangkan dengan mengubah lembaran nikel menjadi material yang sangat kuat, tapi tetap ringan. 

Para insinyur tersebut mengaku terinspirasi dari alam saat pengembangan material ini. Dalam pengembangannya, mereka membuat pori-pori dalam skala nano di dalam nikel, sehingga membuatnya kurang padat. 

Dari situ, mereka bisa menghasilkan sekitar 70% ruang kosong dari material nikel tersebut, sehingga kepadatannya berkurang dan cukup ringan untuk bisa mengapung di air. Lalu, mereka memperkuat keseluruhan material dalam nikel tersebut dengan titanium. 

Hasilnya, mereka bisa membuat sebuah material dengan stabilitas kimia logam yang tinggi serta dibarengi kepadatan yang mendekati bahan alam, seperti kayu. Oleh sebab itu, material ini diberi nama Metallic Wood. 

Untuk sekarang, material ini masih terus dalam tahap pengembangan dan belum tersedia secara komersial. Namun secara teoritis, dengan kemampuan yang dimilikinya, material ini dapat digunakan untuk banyak produk, mulai dari pesawat hingga raket tenis. (E04)