Istilah metaverse menjadi begitu menonjol dan terdengar di mana-mana. Teknologi ini digadang-gadang akan mengubah dunia virtual naik ke level yang lebih tinggi. Berbagai bidang disebut bisa menerapkan metaverse, termasuk pendidikan.
Metaverse adalah sebuah seperangkat ruang virtual yang bisa menjadi tempat seseorang menciptakan sesuatu, menjelajah, serta melakukan kegiatan dengan pengguna internet lainnya yang tidak berada pada ruang fisik yang sama dengan orang tersebut.
Di masa depan, metaverse mungkin bisa membuat internet tampak kuno. Saat ini, orang berbelanja, melakukan transaksi perbankan, membaca berita, dan banyak lagi secara online. Internet memang efektif, tapi tetap berbeda dengan pengalaman melakukan aktivitas tersebut secara langsung.
Seseorang yang berbelanja pakaian online misalnya, tidak berinteraksi langsung dengan penjual atau menelusuri rak pakaian. Nah, berbeda dengan sekadar belanja secara online, interaksi di metaverse bisa memberikan kesan bahwa kita memiliki pengalaman virtual yang seolah nyata seperti berada di toko pakaian secara langsung.
Pandemi COVID-19 berdampak besar pada metode belajar di dunia pendidikan. Siswa di berbagai negara, termasuk Indonesia, mengalami disrupsi pada proses belajar-mengajar mereka. Kegiatan belajar yang tadinya dilakukan secara tatap muka antara pengajar dan siswa, kini harus dilakukan secara online dengan berbagai macam platform.
Interaksi lewat platform online, salah satunya konferensi video, memiliki kelemahan membatasi akses untuk melakukan tugas-tugas yang bersifat praktik secara fisik. Karenanya, beberapa sekolah mulai menerapkan pembelajaran menggunakan perangkat headset virtual reality (VR). Teknologi membawa interaksi belajar mengajar secara online selangkah lebih maju.
Studi PricewaterhouseCoopers (PwC) menemukan bahwa pelajar yang dilatih dengan VR, memiliki tingkat percaya diri lebih tinggi sebesar 275% untuk bertindak berdasarkan apa yang mereka pelajari setelah pelatihan.
Angka ini mengalami peningkatan 40% dibandingkan pembelajaran di kelas secara langsung, dan peningkatan 35% dibandingkan e-learning yang hanya mengandalkan konferensi video. Pengalaman belajar menggunakan headset VR ini, boleh dibilang adalah cikal bakal menuju metaverse yang lebih menyeluruh.
Dengan konsep dunia virtual yang diusung oleh metaverse, pembelajaran secara online dapat dilakukan dengan lebih interaktif. Metaverse menyediakan dukungan pada pembelajaran online dengan tidak menghilangkan pengalaman belajar di sekolah atau kampus.
Beberapa universitas di dunia, telah memulai konsep pembelajaran ini. Mereka menyebut hal ini dengan istilah metaverse university. Kampus-kampus berlomba untuk berinovasi dan menjadi pionir dalam pembelajaran metaverse.
Pakar teknologi asal Universitas Airlangga (Unair), Yutika Amelia Effendi, mengatakan metaverse memiliki potensi besar, khususnya di Indonesia.
“Karena sifatnya yang merupakan dunia virtual, metaverse dapat diterapkan di banyak bidang, salah satunya bidang pendidikan berpotensi dieksplorasi lebih lanjut pada platform ini,” ujarnya seperti dikutip dari Kompas.com.
Namun Yutika menekankan, penerapan teknologi metaverse di Indonesia memang membutuhkan banyak persiapan. Selain diperlukan keamanan dan landasan hukum siber dan data, Indonesia juga harus memiliki tingkat literasi digital dan kualitas infrastruktur mumpuni untuk menyambut metaverse.
“Kalau mau menerapkan metaverse, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama meningkatkan literasi digital, agar semua lapisan masyarakat tidak tertinggal dengan teknologi yang ada,” imbuhnya.
Percepatan teknologi di Indonesia bisa meningkat tajam karena pandemi COVID-19. Masyarakat mau tidak mau harus pindah ke digital. Namun, itu saja belum cukup. Menurut Yutika, Indonesia butuh 3-5 tahun untuk menerapkan metaverse. Peran dan kebijakan pemerintah dinilai penting dalam menyiapkan fasilitas internet yang mumpuni untuk mendukung teknologi baru ini. Tidak hanya di kota, tapi juga pemerataan hingga ke daerah-daerah. Selain itu, dibutuhkan juga infrastruktur yang mendukung teknologi virtual reality dan augmented reality.
Untuk menyambut metaverse dengan segala potensinya, Yutika menyarankan adanya kolaborasi pemerintah, masyarakat dan juga perusahaan teknologi agar turut mendukung adanya literasi digital dan kesiapan lainnya. (E03)