Pertumbuhan pasar digital Indonesia diperkirakan mencapai 146 miliar dolar AS atau sekitar Rp2.093 triliun di tahun 2025. Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung selama dua tahun terakhir turut menjadi salah satu faktor yang mendorong pemanfaatan teknologi dan mengakselerasi pasar digital di Tanah Air. Digitalisasi telah mengubah kebiasaan hidup masyarakat serta lanskap bisnis, baik di skala lokal maupun global.
Berdasarkan data Internetworldstats, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 212,35 juta jiwa pada Juni 2021 atau sebanyak 76,8% dari total penduduk. Dengan jumlah tersebut, Indonesia berada di urutan ketiga negara di Asia dengan jumlah pengguna internet terbanyak, setelah China dan India.
Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan perusahaan rintisan atau startup digital terpesat. Menurut data Startup Ranking di awal 2022, Indonesia berada di urutan kelima negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia, yakni sebanyak 2.327. Dengan pertumbuhan pasar digital yang sangat besar, Indonesia berpotensi menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) pada Maret 2021, jumlah UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) di Indonesia mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 61,07% atau senilai Rp8.573,89 triliun. Dari jumlah tersebut, baru 25% atau sebanyak 16,4 juta UMKM yang telah go digital. Marketplace dan e-commerce menjadi kanal pemasaran digital yang banyak dimanfaatkan oleh pelaku UMKM untuk go digital dan menjangkau pasar yang lebih luas, bahkan hingga mancanegara.
Menilik fakta tersebut ditambah dengan terus meningkatnya penetrasi internet dan jumlah startup digital di Tanah Air, bukan tak mungkin bagi Indonesia mewujudkan visinya untuk menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia pada 2025, dengan nilai transaksi ekonomi digital ratusan miliar dolar AS.
Kehadiran perusahaan teknologi finansial atau fintech (financial technology) yang mampu menyediakan infrastruktur pembayaran digital yang aman dan mudah menjadi salah satu harapan sekaligus akselerator dalam mengejar pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dan mencapai visi tersebut.
Melakukan transaksi keuangan secara digital kini sudah menjadi hal yang umum di masyarakat, mulai dari berbelanja bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari, berlangganan musik dan film, hingga berinvestasi. Semua melibatkan sistem pembayaran digital dalam prosesnya.
Pertumbuhan sektor e-commerce dan industri kreatif, termasuk sektor baru seperti ekonomi kreator, juga melibatkan transaksi dan membutuhkan dukungan dari sisi teknologi finansial. Kelancaran, kemudahan, dan keamanan bertransaksi menjadi syarat yang mutlak untuk memberikan pengalaman terbaik bagi konsumen.
Bayangkan besarnya potensi e-commerce di Indonesia, jika tidak ditopang oleh infrastruktur pembayaran digital yang mumpuni. Bank Indonesia mencatat nilai transaksi e-commerce di sepanjang 2021 sebesar Rp401 triliun. Tahun 2022 ini, transaksi e-commerce diperkirakan naik lebih tinggi hingga Rp526 triliun.
Makin meningkatnya penetrasi internet, adopsi teknologi digital, dan jumlah pelaku usaha yang go digital, juga meningkatkan kepercayaan dan preferensi masyarakat untuk melakukan transaksi secara digital, termasuk berbelanja online.
Selain pertumbuhan transaksi e-commerce, ada fenomena menarik lainnya yang berpotensi mendongkrak perekonomian digital Indonesia, yaitu kemunculan ekonomi kreator. Pandemi COVID-19 menjadi salah satu faktor pendorong kemunculan jenis “ekonomi baru” ini, khususnya dalam menggugah makin banyak orang menciptakan berbagai konten kreatif melalui ragam platform digital.
Contoh dukungan sistem pembayaran digital bagi pertumbuhan ekonomi kreator dapat kita lihat pada platform media dan audio streaming, Spotify, yang belum lama ini meluncurkan Podcast Subscription, sebuah layanan yang memungkinkan para podcaster menawarkan konten bulanan berbayar kepada penikmat karya podcast mereka. Untuk mengembangkan fitur yang mendukung transaksi pembayaran bagi ribuan kreator konten di lebih dari 30 negara ini, Spotify bekerja sama dengan penyedia infrastruktur pembayaran digital, Stripe.
Bentuk ekonomi kreator lainnya dapat dilihat pada TikTok Creator Next. Inisiatif yang dihadirkan oleh platform media sosial TikTok ini memungkinkan para pencipta konten di TikTok mendapatkan tip dari para pengikut dan penikmat konten mereka. Kehadiran ekonomi baru ini bukan hanya mengapresiasi para kreator konten kreatif, tetapi juga berpotensi melahirkan lebih banyak kreator dan mendongkrak ekonomi digital di masa depan.
Bisa dilihat, infrastruktur pembayaran digital yang mumpuni merupakan kunci pertumbuhan bisnis dan pendorong pertumbuhan ekonomi digital di setiap negara, termasuk Indonesia. Sistem pembayaran digital yang mudah dan aman tak hanya memberikan kenyamanan dan pengalaman berkesan bagi konsumen, tapi juga menghadirkan efisiensi dan produktivitas bagi para pelaku bisnis.
Meski begitu, bisnis di era digital yang tak mengenal ruang dan waktu tidak hanya menuntut kemudahan dan keamanan dalam bertransaksi. Dari sisi bisnis, masih ada aspek-aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pengimplementasian sistem pembayaran digital, seperti efisiensi, solusi yang terintegrasi, serta dukungan ke jaringan global, tanpa melupakan sisi lokalitas dan nasionalisme.
Singkat kata, dukungan infrastruktur pembayaran digital yang menawarkan lebih dari sekadar solusi pembayaran bisa membantu berbagai skala bisnis di Indonesia untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan membawa perekonomian Indonesia semakin maju. (E02-RES)