Titik Temu
Panen Air Hujan untuk Hadapi Ancaman Kekeringan 
cast | 10.11.2021

Curah hujan yang tinggi ketika musimnya tiba, sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kita akan air. Sayangnya, belum banyak orang yang tahu bahwa air hujan bisa dipanen dan diolah untuk kebutuhan sehari-hari. Banyak pula yang belum menyadari pentingnya memanen air hujan, sehingga sering mengabaikan dan membuangnya begitu saja.

Memanen air hujan sebenarnya bukan suatu hal yang baru. Para orang tua terdahulu sudah banyak melakukannya, bahkan sejak berabad-abad lalu. Seiring perkembangan zaman, kegiatan bermanfaat ini lambat laun ditinggalkan. Padahal manfaatnya sangat besar, terutama untuk menghadapi ancaman kekeringan. 

Bicara tentang masa kini, teknik panen air hujan sudah diterapkan di beberapa daerah di Indonesia. Seperti apa sih memanen air hujan?

Mengutip Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemanenan air hujan adalah teknik pengumpulan dan penampungan air hujan ke dalam tangki atau waduk. Air hujan dialirkan melalui pipa penghubung yang dipasang di atap-atap rumah menuju tempat penampungan di bawahnya. Sebelum masuk ke tangki penampungan, air hujan disaring terlebih dahulu melalui tabung filter untuk menetralisir kotoran.

Ada tiga komponen dasar yang harus ada pada sistem pemanenan air hujan, yaitu permukaan atap untuk penangkapan air hujan, talang untuk alat penyaluran air hujan ke tempat penampungan, serta bak atau kolam untuk tempat penyimpanan air hujan.

Teknik panen air hujan

Cara kerja pemanenan air hujan bisa digambarkan sebagai berikut. Air hujan yang tertangkap di atap rumah dialirkan melalui talang atau pipa menuju bangunan pemanenan air hujan yang dibagi menjadi beberapa partisi. Partisi-partisi ini berisi beragam media untuk menyaring kotoran-kotoran yang ada dalam kandungan air hujan.

Urutan benda-benda yang biasa digunakan sebagai partisi pada media penyaringan biasanya adalah ijuk, pasir, kerikil, arang, batubara merah, kerikil yang dicampur dengan batu gamping, dan pasir.

Air hujan akan melewati setiap partisi. Setelah melewati partisi terakhir, air akan ditampung di bak penampungan dan selanjutnya akan dialirkan ke bak pengambilan air. Bak ini umumnya dilengkapi dengan pompa untuk mendorong air yang telah dibersihkan untuk digunakan.

Kenapa harus memanen air hujan?

Meski 70% permukaan Bumi diselimuti air, persediaan air bersih khususnya air minum tak sebanyak yang kita pikirkan. Totalnya, hanya 3% dari jumlah air di seluruh Bumi yang dapat dikonsumsi.

Menurut proyeksi yang disahkan PBB, permintaan global akan air tawar pada 2030 akan melebihi pasokan yang tersedia. Hal itu terjadi karena perubahan iklim, pertumbuhan populasi, dan akibat perbuatan manusia sendiri.

Meski ancaman kekeringan kian nyata, belum terlambat bagi kita berupaya mengatasi ancaman krisis air bersih. Memanen air hujan merupakan salah satu solusi sederhana yang bisa ditawarkan. Apalagi pada kondisi perubahan iklim, panen air hujan sangat bijak dilakukan karena bisa mengoptimalkan pemanfaatan air hujan yang selama ini terbuang sia-sia.

Teknik ini pun terbilang lebih terjangkau dibanding metode lain, misalnya teknologi desalinasi air laut. Beberapa daerah di Indonesia telah menerapkan teknik pemanenan air hujan untuk mengantisipasi kelangkaan air bersih. 

Salah satunya, Desa Bunder, Klaten, Jawa Tengah. Menjelang musim hujan, warga Bunder biasanya sudah bersiap mengumpulkan air hujan. Desa ini memilih mendisinfeksi air hujan dengan sistem eletrolisis, yaitu mengalirkan arus listrik melewati air hingga menimbulkan reaksi kimia untuk membunuh mikroba dan meningkatkan derajat keasaman air hujan, sehingga aman untuk dikonsumsi. 

Kemauan kita menjaga sumber daya sama pentingnya dengan air bersih untuk menjamin masa depan yang berkelanjutan bagi semua. Mari mulai dengan menghargai air di lingkungan kita dan mengupayakan generasi mendatang bebas dari ancaman kekeringan. (E03)