Proses pembuatan tempe, makanan sederhana khas Indonesia berbahan dasar kedelai, rupanya bisa menginspirasi orang untuk melakukan hal rumit dan futuristis seperti mengembangkan material bangunan menggunakan jamur. Bagaimana caranya?
Pengembangan material yang dilakukan oleh Mycotech Lab, salah satu perusahaan rintisan asal Bandung, terinspirasi dari proses fermentasi yang terjadi pada tempe. Seperti diketahui, tempe menggunakan jamur yang ditumbuhkan di atas kedelai.
Dengan metode yang hampir serupa, Mycotech Lab menggunakan jamur mycelium sebagai material komposit dan mengganti bahan kedelainya dengan substrat yang berasal dari limbah pertanian yang mengandung selulosa, seperti serbuk kayu, tandan kosong, kelapa sawit, ampas serta tebu untuk menghasilkan material bangunan yang kuat.
Perekat yang aman dan ramah lingkungan
Mycotech Lab menggunakan jamur mycelium sebagai medium perekat untuk material bahan bangunan seperti papan kayu. Sebelumnya, produk papan kayu seperti particle board dan medium density board (MDF) menggunakan resin sintetis yang mengandung formaldehyde atau formalin.
Adanya kandungan formaldehyde membuat partikel produk kurang baik untuk kesehatan jika dihirup dalam jangka waktu panjang. Karena itu, penggunaannya perlu dibatasi. Dari situ, Mycotech Lab berupaya menghasilkan medium perekat yang lebih aman dan ramah lingkungan.
Jamur sendiri dipilih karena para pendiri Mycotech Lab yang merupakan lulusan ITB sempat membuat bisnis media tanam dari jamur, yaitu Growbox. Dari situ, mereka mulai meneliti media tanam jamur untuk dikembangkan menjadi material bangunan.
Saat ini, Mycotech memiliki dua jenis produk, yakni Biobo dan Mylea. Biobo adalah panel dekoratif untuk elemen dinding interior, sedangkan Mylea adalah material kulit yang bisa dijadikan jurnal, sepatu, dompet, tas, hingga tali jam tangan.
Dengan pengembangan yang sudah dilakukan, Mycotech berhasil mendulang sukses di platform crowdfunding global, Kickstarter. Ketika itu, mereka membuka penggalangan dana untuk produk jam tangan yang terbuat dari kayu dan menggunakan bahan kulit yang berasal dari jamur.
Tidak hanya itu, Mycotech juga bekerja sama dengan salah merek sepatu lokal kenamaan Brodo. Lewat kerja sama ini, mereka membuat sejumlah produk, termasuk sepatu yang menggunakan Mylea sebagai bahannya.
Lewat produknya, Mycotech Lab sekaligus ingin mengajak masyarakat mengerti dampak dari pemakaian produk. Pasalnya, banyak orang tak sadar bahwa produk-produk yang mereka gunakan dapat merusak lingkungan. Karenanya, dalam proses pengembangan produknya, Mycotech Lab sangat menekankan keberlanjutan, agar tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan. (E04)