Titik Temu
Monkeypox Menyebar di Sejumlah Negara, Episode Baru Pandemi? 
Editorial Cast | 06.07.2022

Dalam beberapa bulan terakhir, penyakit monkeypox atau yang dikenal sebagai cacar monyet tengah menjadi sorotan publik. Sebabnya, data WHO menunjukkan ada peningkatan kasus monkeypox yang signifikan terjadi secara global. Padahal, monkeypox merupakan menjadi penyakit endemi di sejumlah negara, seperti Nigeria, Republik Demokratik Kongo, dan Republik Afrika Tengah. Namun di Mei 2022, penyakit ini telah menjangkit sekitar 18 negara. 

Memang belum ada data yang menunjukkan kasus meninggal dari monkeypox, tapi penyakit ini menjadi sorotan karena penyakit ini muncul di negara non-endemi terakhir kali pada 2003. Ketika itu, tercatat 47 kasus monkeypox di Amerika Serikat. 

Dengan kondisi tersebut, monkeypox pun sempat bikin geger sejumlah pihak, mengingat pandemi COVID-19 baru berangsur menurun di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Karenanya, ada kekhawatiran monkeypox dapat meluas, bahkan menjadi episode baru pandemi global. 

Apa itu monkeypox

Sebelum membahas soal penyebarannya, perlu diketahui apa sebenarnya monkeypox. Sesuai namanya, monkeypox merupakan penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis). 

Virus monkeypox merupakan anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae dan termasuk dalam genus yang menyebabkan smallpox.  Disebut cacar monyet, karena kasus pertama yang ditemukan pada 1958 di Denmark terjadi pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian. 

Sementara, kasus monkeypox pertama pada manusia yang tercatat diketahui terjadi pada 1970 di Republik Demokratik Kongo. Sejak itu, monkeypox menyebar di negara-negara Afrika tengah dan barat, sebelum akhirnya menjadi endemi di sejumlah negara. 

Sebagai penyakit zoonosis, monkeypox ditularkan dari hewan seperti monyet dan hewan pengerat melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau luka kulit hewan yang terkontaminasi. Penyakit ini juga dapat menular lewat konsumsi daging hewan liar yang terkontaminasi. 

Antar manusia, penularan monkeypox dapat terjadi lewat kontak dengan sekresi pernapasan, luka pada kulit orang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi. Tenaga kesehatan, orang yang tinggal serumah, serta kontak erat menjadi orang yang berisiko tinggi tertular. 

Tanda dan gejala monkeypox

Masa inkubasi monkeypox biasanya terjadi sekitar 6–16 hari, tapi ada pula yang mengalaminya dalam waktu 5–21 hari. Gejalanya diawali dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, serta lemas. 

Limfadenopati yang terjadi dapat dirasakan pada leher, ketiak, atau selangkangan. Lalu, dalam 1–3 hari setelah gejala awal, penderita akan memasuki fase erupsi berupa munculnya ruam yang biasanya dimulai dari wajah, kemudian menyebar ke bagian tubuh lain secara bertahap. 

Ruam tersebut berkembang dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah yang kemudian mengeras, lalu rontok. Berdasarkan catatan, periode yang diperlukan mulai dari tahap awal hingga rontok mencapai 3 minggu. 

Pandemi selanjutnya? 

Di awal kemunculannya tahun 2022 ini, sempat ada kekhawatiran mengenai monkeypox akan menjadi pandemi selanjutnya. Namun ahli virologi asal Inggris, Dr. Jeremy Rossman, menuturkan kemungkinan monkeypox menjadi epidemi atau pandemi baru terbilang kecil. 

Alasannya, berbeda dari COVID-19, transmisi virus monkeypox tidak terlalu menular. Selain itu, saat ini sudah ditemukan vaksin untuk monkeypox dan perawatan maupun tindakan bagi penderita penyakit ini pun sudah diketahui. 

Perlu kita ketahui, vaksin yang digunakan dalam program pemberantasan smallpox juga memberikan perlindungan terhadap monkeypox. Selain itu, vaksin baru yang dikembangkan untuk smallpox juga dapat digunakan untuk mencegah monkeypox. Hanya saja untuk saat ini, para ilmuwan belum bisa menemukan penyebab pasti adanya penyebaran baru wabah monkeypox di sejumlah negara. 

Ada beberapa teori yang saat ini tengah diteliti, termasuk kemungkinan virus monkeypox telah bermutasi menjadi lebih mudah menular, meski data awal menunjukkan strain virusnya mirip dengan yang ada di Afrikat Barat dalam beberapa tahun terakhir. 

Sementara, ahli epidemologi penyakit menular Prof. Raina MacIntyre dalam wawancara terbarunya di Nature menyebut kemungkinan penyebaran ini terjadi karena penghentian vaksinasi cacar yang terjadi di sejumlah wilayah. Akibatnya, kekebalan komunitas secara keseluruhan terhadap monkeypox dan virus lain di genus yang sama melemah. 

Pencegahan

Meski terbilang dapat dikendalikan, pencegahan untuk monkeypox tetap penting dilakukan. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan dengan air dan sabun, termasuk menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol atau hand sanitizer

Lalu, cara lain yang perlu dilakukan adalah menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata, termasuk membatasi paparan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik. Selain itu, hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi. (E04)