Titik Temu
Misi Digitalisasi Kampung Lewat “Internet Komunitas”
cast | 10.06.2021

Internet sudah menjadi salah satu kebutuhan “primer” masyarakat Indonesia saat ini—bukan hanya di perkotaan, tapi juga pedesaan. Terlebih di masa pandemi seperti saat ini, pembatasan aktivitas sosial membuat platform digital makin jadi andalan. Internet pun memegang peranan penting dalam menunjang aktivitas masyarakat.

Sayangnya, kesenjangan digital di Indonesia masih cukup tinggi. Pemanfaatan Internet belum bisa sepenuhnya dirasakan seluruh masyarakat, terutama mereka yang tinggal di wilayah pedesaan dan daerah terpencil.

Padahal, menurut Direktur Common Room, Gustaff Harriman Iskandar, manusia secara global saat ini menghadapi tantangan kompleksitas yang luar biasa. Mulai dari pertumbuhan populasi, kesenjangan di pedesaan dan perkotaan, dampak perubahan iklim, dan terakhir dampak pandemi COVID-19. Common Room merupakan wadah komunitas  untuk berbagai kegiatan seni, budaya, dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

“Internet dan platform digital menjadi salah satu wahana penting supaya kita bisa secara bersama-sama bertahan hidup dalam situasi planet yang baru. Karena dengan Internet dan platform digital, kita tetap bisa melakukan proses komunikasi, berbagi informasi dan pengetahuan, serta melakukan segala sesuatu secara bersama-sama,” tutur Gustaff dalam sesi Kelas Kreatif Mengembangkan Internet Kampung yang digelar INSPIRIT.

Kesenjangan digital di Indonesia

Tantangan kesenjangan digital salah satunya terjadi di Jawa Barat. Menurut proyeksi, Jawa Barat akan memiliki 100 juta jiwa pada 2045. Pertumbuhan manusia akan mendorong kebutuhan sandang, pangan, papan, dan sekolah, tak terkecuali Internet.

“Berdasarkan hot spot-nya, akses Internet Jawa Barat itu banyak di bagian utara. Kalau di bagian selatan itu, sebagian besar blind spot. Dari situ dapat dilihat pula data Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang menyebut di masa pandemi ini, ada 42.000 siswa tidak mendapat layanan Internet untuk mendukung proses pembelajaran jarak jauh,” ujar Gustaff.

Berawal dari tantangan tersebut, Gustaff bersama teman-teman di komunitas pun mengembangkan konsep pembangun infrastruktur Internet yang diberi nama Internet Komunitas. Menurutnya, ini bukanlah konsep baru, melainkan sudah dikembangkan di beberapa komunitas beberapa wilayah Indonesia sejak pertengahan 90-an.

Konsep Internet Komunitas

Tujuan Internet Komunitas, menurut Gustaff, pada intinya untuk mengembangkan infrastruktur Internet berbasis komunitas yang legal, yaitu mengikuti kebijakan dan regulasi pemerintah, aman, dengan pembiayaan yang terjangkau, dan bermakna.

Inisiatif ini pun menjadi bagian dari Digital Access Programme (DAP) yang didukung oleh Foreign, Commonwealth, and Development Office (FCDO) Inggris, serta bersinergi dengan proyek Supporting Community-led Approaches to Addressing the Digital Divide in Indonesia yang dikembangkan bersama oleh Association for Progressive Communications (APC) dan Common Room.

Gustaff menjelaskan, karena inisiatif ini bekerja sama dengan lembaga internasional, akhirnya diinisiasi bersama dengan teman-teman yang tidak hanya dari Indonesia, tapi juga Kenya, Nigeria, Afrika Selatan, Brasil, Myanmar dan India.

Meski demikian, diakui Gustaff, upaya mengatasi kesenjangan digital ini tidak semudah membalik telapak tangan. Karena pada dasarnya, problem ini tidak hanya dihadapi Indonesia, tapi juga dihadapi global, sehingga menjadi pekerjaan jangka panjang.

Karenanya, mereka merilis buku panduan praktis tentang bagaimana cara membangun Internet Komunitas, berikut dengan materi kurikulum pembelajaran agar bisa diakses oleh masyarakat lebih luas. (E04)