Minyak jelantah merupakan salah satu limbah rumah tangga yang sering tidak disadari bahayanya. Limbah ini berasal dari minyak bekas pemakaian kebutuhan dapur dan rumah tangga. Asalnya dari beragam jenis minyak goreng, termasuk minyak kelapa sawit dan minyak sayur.
Minyak jelantah mengandung senyawa yang bersifat karsinogenik yang dihasilkan dari proses penggorengan. Jika digunakan untuk memasak terus-menerus, minyak jelantah bisa mengancam kesehatan dan menyebabkan berbagai penyakit berbahaya, seperti penyakit jantung, kanker, atau penyakit degeneratif lainnya yang mempengaruhi fungsi dan jaringan organ. Sementara, jika dibuang sembarangan, limbah ini bisa mencemari lingkungan.
Banyak rumah tangga belum menyadari bahaya minyak jelantah. Karena itu, masih banyak yang membuang minyak jelantah sembarangan, misalnya ke tanah atau saluran air. Selain dapat menimbulkan bau tidak sedap, perilaku ini bisa mencemari air dan tanah, bahkan merusak tanah hingga tidak dapat berfungsi lagi sebagai salah satu bagian dari ekosistem.
Di balik bahayanya, ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari minyak jelantah. Tahukah Anda? Jika ditangani dengan tepat, minyak jelantah dapat didaur ulang menjadi barang-barang bernilai ekonomi. Contohnya, lilin, pupuk tanaman, sabun cuci dan cairan pembersih lantai, dan aromaterapi.
Selain itu, minyak jelantah juga dapat diolah menjadi biodiesel. Selain baik untuk lingkungan, pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel juga bagus dari segi bisnis.
Mengutip situs web ESDM, kajian awal Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan Traction Energi Asia tentang Potensi Minyak Jelantah untuk Biodiesel dan Penurunan Kemiskinan di Indonesia (2020) mencatat bahwa pada 2019, konsumsi minyak goreng sawit nasional mencapai 16,2 juta kilo liter (KL).
Dari konsumsi itu, rata-rata minyak jelantah yang dihasilkan sekitar 40% hingga 60% atau berada di kisaran 6,46-9,72 KL. Sayangnya, minyak jelantah yang bisa dikumpulkan di Indonesia baru mencapai 3 juta KL atau hanya 18,5% dari total konsumsi minyak goreng sawit nasional, dan hanya sebagian kecil minyak jelantah di Indonesia yang dimanfaatkan menjadi biodiesel.
Padahal, pemanfaatan minyak jelantah untuk biodiesel, terutama yang dilakukan masyarakat, bisa sangat bermanfaat. Contohnya, seperti yang dilakukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di Tarakan Timur, yang bisa menghasilkan produksi biodiesel beromzet hingga Rp2 juta per hari.
Mengingat bahayanya terhadap lingkungan, masyarakat diharapkan dapat membangun kesadaran dalam memperlakukan minyak jelantah sebagai limbah. Alih-alih membuangnya ke lingkungan di sekitar rumah, kita bisa ikut berkontribusi dalam daur ulang minyak jelantah.
Kita tak harus mendaur ulangnya sendiri, karena butuh keterampilan dan peralatan khusus untuk mendaur ulang minyak jelantah. Kita bisa mulai dengan memisahkan limbah minyak jelantah dari sampah rumah tangga lainnya. Tempatkan minyak jelantah di suatu wadah, lalu buang ke tempat khusus atau menyerahkannya ke pihak pengelola sampah yang terpercaya untuk didaur ulang. (E04)