Titik Temu
Metaverse dan Virtual Reality pun Rambah Dunia Penerbangan  
Editorial Cast | 02.02.2022

Sejak tahun ini, tren metaverse dan virtual reality (VR) disertakan di segala bidang, termasuk salah satunya di ranah transportasi udara. Dengan metaverse dan VR, maskapai dan bandara dapat meningkatkan pengalaman penumpang, dan mungkin mendukung kinerja bisnis hingga pemulihan pascapandemi COVID-19.  

Sebelum berbicara lebih jauh, kita perlu tahu dulu apa itu metaverse? Sederhananya, metaverse adalah pengalaman VR yang mendalam, di mana orang dapat berinteraksi dengan objek digital dan representasi digital dari diri mereka sendiri dan orang lain. 

Jika mendengar istilah VR, banyak di antara kita yang mungkin hanya mengaitkannya dengan game. Padahal, VR ke depannya juga akan sama seperti metaverse, dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang. 

VR merupakan teknologi yang dibuat manusia untuk dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan dengan disimulasikan menggunakan komputer. Pemahaman lebih mudahnya, VR adalah imajinasi sebuah lingkungan yang ditiru semirip mungkin dan disajikan lewat teknologi. Ketika VR digunakan, otak dan panca indera manusia menghasilkan ilusi yang membuatnya merasa seperti benar-benar berada di lokasi. 

Headset  Oculus VR misalnya, sudah memberikan gambaran yang bagus tentang seperti apa pengalaman ini. Nah, ketika nantinya dikombinasikan dengan metaverse, diharapkan pengalaman VR yang dihadirkan akan berada di level yang sangat berbeda. 

Visualisasi yang terasa nyata 

Sebagian orang masih beranggapan sangat kecil kemungkinan bahwa metaverse akan berdampak pada cara orang bepergian dalam jangka waktu dekat atau menengah. Namun mengingat hype metaverse sedang heboh-hebohnya, penting bagi industri transportasi udara untuk tetap berpikiran terbuka akan peluang yang dapat diciptakannya. Setidaknya, bersiap untuk menerapkan metaverse di masa depan. 

Potensi terbesar dari pengalaman yang begitu mendalam adalah pada tahap “inspirasi” dari perjalanan. Contohnya, sebuah merek layanan perjalanan bisa membujuk calon konsumen dengan menginspirasi mereka lewat pratinjau (preview) pengalaman perjalanan di metaverse, sebelum mereka melakukan pembelian tiket. Untuk memvisualisasikan pratinjau perjalanan ini secara nyata, teknologi seperti VR dan augmented reality (AR) bisa menjadi alat yang ampuh.

Sebenarnya, cikal bakal metaverse sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Sejumlah maskapai besar sudah memanfaatkan teknologi semacam ini. Emirates, misalnya, memperkenalkan tampilan kabin interior 3D dan 360 derajat yang imersif, yang dapat dipratinjau melalui teknologi VR web pada aplikasinya. 

Tujuan Emirates membuat ini adalah untuk menyediakan informasi pra-pembelian (pre-purchase) yang lebih baik kepada pelanggan dan rasa kontrol atas pengalaman terbang mereka sebelum naik ke pesawat.

Platform kolaborasi 

Penggunaan metaverse diprediksi dapat berkembang jauh tak sekadar merangsang permintaan konsumen. Metaverse memungkinkan terciptanya platform kolaborasi untuk pekerja jarak jauh, pelatihan kabin, perawatan pesawat, desain, dan operasional bandara. 

KLM Royal Dutch Airlines meluncurkan uji coba ruang virtual 3D yang disebut Glue. Di sini, para peserta jarak jauh menggunakan VR dan berkolaborasi menggunakan fitur seperti papan tulis, berbagi video, halaman web, dan presentasi layaknya di dunia nyata saja.

Lalu baru-baru ini, Boeing mengungkapkan rencana membangun pesawat di dunia metaverse. Dalam wawancara yang dikutip dari Reuters, Chief Engineer Boeing Greg Hyslop, berbagi visi menarik dalam memanfaatkan metaverse untuk menciptakan pabrik masa depan. 

Dunia metaverse ini nantinya memiliki teknik 3D yang imersif, di mana para insinyur di seluruh dunia masing-masing akan dapat menggunakan headset VR untuk berkolaborasi membuat pesawat. Bayangkan, berkolaborasi dari jarak jauh secara virtual membuat pesawat! 

Kalau dipikir-pikir, cara kita bekerja dan berkolaborasi telah berubah secara drastis dalam beberapa tahun terakhir sejak pandemi melanda. Jadi, tidak mengherankan jika metaverse nantinya bakal seperti Zoom, diterima dan digunakan oleh banyak orang. 

Coba diingat-ingat. Sebelum pandemi, kita tidak umum menggunakan Zoom atau aplikasi video conference lainnya. Namun kini, kita terbiasa melakukan pertemuan online menggunakan aplikasi tersebut. Kira-kira akan seperti itu juga yang terjadi dengan metaverse, termasuk salah satunya di dunia penerbangan? 

Jadi, mari kita bersiap menghadapinya. Metaverse dalam potensi penuhnya mungkin memang masih jauh. Tapi, jelas ada beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan dalam waktu dekat. (E03)