Formula 1 (F1) tahun mengusung banyak perubahan, membuat ajang balap mobil ini menjadi lebih menarik dari sebelumnya. Teknologi yang diadopsinya tak hanya memberikan kesempatan kepada tim-tim kecil untuk bersaing dengan nama-nama besar, tetapi juga diklaim lebih “hijau” alias ramah lingkungan.
Terlepas dari apakah kalian ingin Sir Lewis Hamilton meraih gelar kedelapan, menjagokan juara bertahan Max Verstappen, atau memimpikan satu momen ajaib terakhir dari Fernando Alonso, yang jelas, mobil balap F1 tahun ini dipenuhi dengan ide-ide cerdas yang juga membantu menyelamatkan Bumi kita.
Lalu, apa saja sebenarnya ubahan besar pada mobil F1 2022 dibanding musim 2021 lalu? Berikut ulasan singkat tujuh komponen besar yang berubah pada mobil F1 2022.
Federasi Automobil Internasional (FIA) memperkenalkan bahan bakar berkelanjutan ke balapan F1 dan berkomitmen untuk menjadi netral karbon mulai tahun 2021 dan nol bersih pada tahun 2030.
“FIA bertanggung jawab dalam memimpin motor sport dan mobilitas menuju masa depan rendah karbon untuk mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas kami, dan berkontribusi pada planet yang lebih hijau,” kata Presiden FIA Jean Todt, dikutip dari Formula1.com.
“Dengan mengembangkan bahan bakar yang terbuat dari limbah bio yang dapat menggerakkan F1, kami mengambil langkah maju yang baru. Dengan dukungan perusahaan energi terkemuka dunia, kami dapat menggabungkan kinerja teknologi dan lingkungan terbaik,” sambungnya.
Sebelumnya, tim-tim F1 memakai bahan bakar yang terbuat dengan kadar komponen bio hanya 5,75%. Mulai tahun ini, mereka akan memakai bahan bakar E10.
Huruf E berarti etanol, yang dihasilkan dari tanaman dan harus dipakai semua tim. Sedangkan angka 10 mengacu ke persentase. Jadi, bahan bakar E10 berarti mengandung 10% etanol.
Etanol menjadi bahan bakar generasi kedua dan menjadi salah satu bagian dari dari awal pemakaian bahan bakar dengan bahan yang sepenuhnya bisa diperbarui untuk menjaga keberlangsungan F1.
Namun begitu, pemakaian bahan bakar E10 bukan tanpa risiko. Sejumlah pabrikan menilai kinerja power unit (PU) dipastikan bakal berubah seiring dipakainya E10 ini, utamanya dalam hal performa.
F1 berinvestasi lebih banyak dalam aerodinamika dibandingkan olahraga lain. Namun tahun ini, fokus pada aerodinamika sedang bergeser. Hal ini salah satunya terlihat dari desain sayap depan.
Untuk diketahui, sayap depan menjadi salah satu elemen krusial di mobil F1. Pasalnya, peranti inilah yang pertama bersenggolan dengan udara dan mengarahkannya ke seluruh bagian mobil hingga mempengaruhi kinerja komponen aerodinamika lain. Tentunya, perubahan pada sayap depan akan berdampak besar.
Bentuk sayap depan mobil F1 2022 didesain jauh lebih simpel dibanding musim sebelumnya, dengan posisi lebih tinggi tetapi lebih sedikit elemen. Tujuan utama perubahan ini adalah menghilangkan jarak antara hidung dengan elemen sayap sehingga menghilangkan apa yang disebut vortex Y250.
Vortex Y250 adalah rangkaian pusaran udara berputar yang diciptakan oleh ujung bagian dalam dari elemen sebelumnya (terdekat hidung) yang kemudian akan mengarahkan udara ini ke bargeboard dan menjauh dari lantai.
Situasi itu akan menjaga aliran udara ke lantai tetap bersih, tetapi pebalap menciptakan udara yang sangat mengganggu untuk mobil di belakang, yang harus berusaha menahan pusaran itu sehingga mengurangi kinerja mobil.
Dengan mengubah desain dan posisi sayap depan menjadi lebih simpel, efek vortex Y250 akan hilang sehingga memudahkan mobil di belakang untuk melewati lawan.
Ubahan pada sayap depan otomatis mengubah bentuk dan posisi sayap belakang. Dua elemen membentuk garis dengan pelat ujung/endplate. Elemen utama sayap dibuat menyatu dengan endplate dan didesain melengkung di ujung.
Desain seperti ini akan mengurangi jumlah udara yang berputar di sudut sayap dan menciptakan gelombang udara kotor yang melebar.
Dengan desain seperti ini, gaya tekan (downforce) yang dihasilkan sayap belakang akan jauh mengecil. Itulah mengapa untuk kali pertama sejak 2013, FIA mengizinkan dipakainya beam wing.
Beam wing terdiri dari satu elemen sayap di bawah sayap belakang yang mengatur aliran udara dari bawah lantai mobil ke sayap belakang dan membantu kerja diffuser. Beam wing diizinkan dipakai sebagai kompensasi hilangnya downforce dari sayap belakang.
Dengan ubahan pada sayap belakang ini, FIA berharap aliran udara akan mengarah ke atas sehingga hanya udara bersih yang akan ditemui mobil di belakang.
Dengan aturan baru F1 2022, lantai mobil kini akan berperan jauh lebih besar untuk membantu menyalurkan udara sekaligus meningkatkan downforce.
Para desainer dan teknisi tim-tim F1 kini memasang dua terowongan udara di lantai untuk menambah gaya tekan mobil dengan mengacu teori ground-effect.
Terowongan ini menciptakan area kecil namun spesifik yang mempercepat aliran udara di bawah mobil dan membuat tekanan yang bisa menarik mobil lebih dekat ke permukaan trek.
Desain ini membuat kinerja lantai mobil jauh lebih signifikan dibanding mobil-mobil 2021 (yang memilik lantai sangat datar) serta membuat udara di belakang mobil jauh lebih bersih.
Intinya, jika ubahan pada sayap depan dan belakang, serta jumlah peranti aerodinamika pada mobil F1 2022 mengurangi downforce, maka lantai mobil kini memberikan pengaruh sangat besar untuk mendapatkan gaya tekan mobil.
Jika menengok daftar bahan yang digunakan untuk membuat mobil F1, kita akan menemukan berbagai jenis logam menempati urutan teratas. Namun sejak 2021, peraturan telah mengizinkan rami, linen, katun, dan bambu digunakan sebagai material mobil.
McLaren telah menguji coba material tumbuhan untuk kursi pengemudi mereka. Sejak Grand Prix Inggris 2021, kursi yang diduduki Lando Norris seluruhnya terbuat dari serat rami yang dimodifikasi dan diperkuat.
Tidak ada alasan teknologi tidak dapat digunakan di tempat lain, demikian juga dengan bermacam material alami ini. Diperkuat dengan tulang seperti pada daun, material alami telah digunakan sebagai pengganti serat karbon oleh Porsche dan Extreme E.
Mobil F1 2022 harus mampu menahan 50% lebih banyak energi dari depan dan sekitar dua kali lipat benturan dari samping dibandingkan versi tahun lalu.
Desain hidung juga dibuat lebih panjang agar ikut membantu meredam energi saat hantaman terjadi. Ini mengacu pada kecelakaan mengerikan yang dialami Romain Grosjean di Bahrain pada tahun 2020.
Kecelakaan itu juga mewajibkan tim-tim untuk menggeser posisi power unit agar tidak menempel pada sasis tanpa mengorbankan kekuatan tangki bahan bakar. (E03)