Titik Temu
Membayangkan Seperti Apa Mobilitas Manusia di Masa Depan 
Editorial Cast | 09.28.2022

Semua ahli setidaknya setuju pada satu hal: mobilitas di tahun ini, tidak bisa lagi menjadi masa depan mobilitas perkotaan tahun 2030. Seperti apa ya, transportasi dan mobilitas di masa depan? 

Sektor transportasi bertanggung jawab atas proporsi tertinggi emisi CO2 di seluruh dunia, yaitu 24%. Data ini lebih dari cukup untuk menunjukkan bahwa segala sesuatunya tidak dapat terus seperti sekarang. 

Sebenarnya solusi untuk masalah ini sudah ada di depan mata. Para ahli memprediksi tren mobilitas masa depan akan lebih beragam, lebih cerdas, lebih berbagi, dan lebih bersih. 

Tren mobilitas perkotaan masa depan 

ISPO.com mengungkapkan lima tren mobilitas perkotaan utama di masa depan. Mereka menunjukkan bagaimana kita akan bergerak di kota-kota kita dalam beberapa tahun mendatang.

1. Lebih sedikit orang mengemudi

Di masa depan, mobil masih akan memainkan peran utama, tetapi tidak lagi sepenting sekarang ini. Menurut studi “Mobility Futures” oleh perusahaan riset pasar Inggris Kantar, 51% mobilitas di kota-kota besar di seluruh dunia masih dilakukan dengan mobil. 

Pada tahun 2030, angka ini diprediksi menjadi 46%, tetapi kemudian meningkat dengan mobil yang digunakan bersama, kendaraan listrik, dan kendaraan otonom.

2. Banyak orang bersepeda 

Para ahli memperkirakan akan ada lompatan besar dalam penggunaan sepeda di perkotaan dalam beberapa tahun ke depan. Hal berkat kehadiran e-bike atau sepeda listrik yang makin diminati, dan didukung oleh infrastruktur jalur sepeda yang makin nyaman. 

Studi Kantar memprediksi bahwa lalu lintas sepeda di kota-kota besar di seluruh dunia akan meningkat sebesar 18% pada tahun 2030. Tidak ada sektor lain yang tumbuh lebih cepat dari transportasi sepeda.

3. Mobilitas bersama 

Orang-orang di masa depan semakin menyadari bahwa memiliki mobil namun jarang digunakan bukanlah ide yang cerdas. Apalagi jika mengingat mereka harus membayar pajak, memikirkan biaya pemeliharaan, dan lain-lain. 

Kesadaran ini kemudian membuat mereka mencari alternatif transportasi yang lebih praktis, murah, dan ramah lingkungan. Alat transportasi yang mereka pilih akan beragam, mulai dari mobil yang dipakai bersama (car pooling), sepeda, angkutan umum, shuttle bus otonom, atau e-skuter.

4. Banyak kendaraan otonom 

Teknologi mobil otonom akan makin canggih, aman, sehingga bisa diandalkan. Orang-orang tidak lagi merasa was was dalam berlalu lintas. 

Para ahli memprediksi, kendaraan otonom akan biasa ditemui di masa depan, dan orang-orang terbiasa menggunakannya. Dan karena mobil otonom tidak lagi menyebabkan kecelakaan (setidaknya secara teori), pengeluaran kota untuk infrastruktur lalu lintas pun diprediksi akan berkurang.

5. Internet of Things 

Internet of Things (IoT) akan menghubungkan miliaran perangkat dari smartphone, sistem perabotan di rumah, hingga mobil. Karenanya IoT memainkan peran sentral dalam mobilitas masa depan. 

Di masa depan, siapa pun yang ingin pergi dari tempat A ke tempat B akan masuk ke aplikasi mobilitas, untuk mengatur tujuan mana yang ingin mereka capai dan kapan. Kemudian, software yang terhubung dengan semua sistem dan penyedia transportasi akan memberikan pilihan alat transportasi yang ideal berdasarkan hari, waktu, kondisi jalan, dan lain-lain sesuai kebutuhan si pengguna. 

Minimobilitas

Minimobility menjadi hal besar lainnya yang akan terjadi di perkotaan masa depan. Lanskap mobilitas mikro saat ini terutama ditentukan oleh kehadiran sepeda listrik, moped, dan e-kickscooter

Di luar itu, segmen mobilitas lain dengan tingkat pertumbuhan yang sama mengesankannya, baru-baru ini mencuri perhatian: minimobilitas roda tiga dan empat. Segmen ini, yang berada di antara mobil dan sepeda, mencakup energi listrik kendaraan listrik (EV atau electronic vehicle) roda tiga atau empat yang muat satu hingga dua orang. 

Kendaraan ini memiliki berat rata-rata antara 100 dan 500 kilogram saat kosong, tergantung pada jenis kendaraan dan peraturan setempat. Kecepatan maksimum jenis kendaraan ini bervariasi dari 25 hingga 90 kilometer per jam.

Karena ukurannya yang lebih kecil, kendaraan minimobility lebih murah daripada EV standar, mengkonsumsi lebih sedikit ruang, dan memiliki lebih banyak pilihan parkir. Tentunya karakteristik ini sangat berguna di daerah perkotaan yang padat.

Dibandingkan dengan pilihan micromobility lainnya, seperti e-kickscooter, sepeda, dan moped, kendaraan minimobility menawarkan kemudahan dan kenyamanan yang lebih besar, termasuk kemampuan untuk duduk dan perlindungan yang lebih baik dari cuaca jika hujan misalnya. Kendaraan ini juga menawarkan ruang penyimpanan yang lebih luas dan kapasitas dua penumpang.

Jika minat terhadap minimobilitas meningkat, dan jika regulator mendorong opsi mobilitas ini, segmen ini dapat mencapai total pasar yang dapat mencapai USD100 miliar per tahun di seluruh China, Eropa, dan Amerika Utara pada tahun 2030.

Nah, kira-kira sudah terbayang seperti apa transportasi dan mobilitas kita di masa depan? Cepat atau lambat, kita segera menuju ke zaman itu dan harus siap beradaptasi. (E03)