Pandemi COVID-19 telah mendorong makin luasnya pemanfaatan teknologi dalam membantu adaptasi manusia agar bisa tetap menjalankan beragam aktivitasnya. Sekarang, hampir semua aktivitas kita lakukan dengan teknologi, seperti sekolah, bekerja, bahkan berbelanja kebutuhan sehar-hari.
Pemanfaatan teknologi dipandang lebih aman dan efisien karena bisa mengurangi aktivitas tatap muka selama pandemi. Selain mendukung aktivitas masyarakat sehari-hari, teknologi digital pun dimanfaatkan oleh sejumlah industri, termasuk industri penerbangan.
Sejumlah bandara dan maskapai penerbangan kini sudah memanfaatkan teknologi yang dapat mengurangi interaksi manusia, tapi tetap bisa mengoptimalkan layanan dan kenyamanan pelanggan. Berikut ini beberapa teknologi yang dimaksud.
Teknologi biometrik sebenarnya bukan barang baru di industri penerbangan. Pemanfaatan teknologi pengenalan diri ini sudah mulai diterapkan sejak beberapa tahun lalu. Namun di masa pandemi, teknologi biometrik mendapat porsi lebih besar dari sebelumnya.
Dengan pengenalan biometrik, pertemuan tatap muka untuk identifikasi penumpang dapat dikurangi sehingga lebih aman. Sejumlah otoritas penerbang sudah memanfaatkan teknologi biometrik dan terus meningkatkan penerapannya di bandara. Hal ini selaras dengan hasil survei penumpang oleh International Air Transport Association (IATA) yang menunjukkan penerimaan penumpang terhadap teknologi makin baik dari tahun ke tahun.
Survei IATA pada 2021 menunjukkan 73% responden setuju untuk berbagi data biometrik mereka untuk meningkatkan proses keberangkatan di bandara, dibandingkan pada 2019 yang hanya sebanyak 46%.
Salah satu bandara yang sudah menerapkan teknologi biometrik adalah John F. Kennedy International Airport di Amerika Serikat. Pemanfaatan teknologi ini sudah dilakukan sejak 2019 melalui kemitraan bersama Terminal One Group Association dan US Custom and Border Protection.
Secara garis besar, begini cara kerja teknologi biometrik dalam industri penerbangan. Kamera biometrik yang terintegrasi di gerbang keberangkatan akan menangkap wajah penumpang. Gambar tersebut akan dikirimkan ke platform Traveler Verification Service untuk dilakukan pencocokan silang dengan token wajah digital yang diambil oleh pihak imigrasi atau dari paspor penumpang. Setelah identitas dikonfirmasi, maka gerbang akan terbuka dan penumpang dapat melewatinya.
Selain di Amerika Serikat, Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Indonesia juga berencana menerapkan teknologi pengenalan wajah. Menurut PT Angkasa Pura II, sistem pengenalan wajah tahap awal akan tersedia di Security Check Point 2 (SCP 2) Terminal 3 Keberangkat Domestik Bandara Soekarno-Hatta. SCP 2 adalah titik pemeriksaan keamanan sebelum penumpang menuju boarding lounge saat menunggu naik ke pesawat.
Selain teknologi biometrik, identitas digital juga menjadi salah satu bentuk pemanfaatan teknologi yang akan berkembang di industri penerbangan. Sesuai namanya, identitas digital memungkinkan penumpang untuk melakukan verifikasi tanpa perlu mengeluarkan bukti identitas fisik.
Apple merupakan salah satu perusahaan teknologi yang disebut akan mendukung pemanfaatan identitas digital untuk kebutuhan penerbangan. Jadi, di sejumlah bandara Amerika Serikat yang mendukung, penumpang dapat memanfaatkan aplikasi dompet digital mereka untuk menunjukkan identitas dirinya.
Namun sebelum teknologi biometrik dan identitas digital diadopsi lebih luas di dunia penerbangan, sejumlah penyempurnaan masih perlu dilakukan. Terlebih di masa pandemi seperti sekarang, teknologi pengenalan biometrik perlu ditingkatkan kemampuannya untuk dapat mengenali wajah yang menggunakan masker.
Teknologi dan pengalaman nirsentuh yang kini banyak diterapkan di dunia transaksi digital dengan memanfaatkan QR Code juga diprediksi akan banyak diadopsi di industri penerbangan komersial. Salah satu yang sudah melakukannya adalah Qatar Airways untuk meningkatkan pengalaman penumpang saat mengakses hiburan.
Jadi, berbekal QR Code yang sudah disediakan, Qatar Airways memungkinkan penumpang untuk mengakses hiburan dari perangkatnya sendiri. Penumpang cukup menghubungkan perangkatnya dengan WiFi di pesawat dan memindai QR Code yang tersedia untuk menikmati sekitar 4.000 jenis hiburan lewat sistem Oryx One.
Tidak hanya maskapai penerbangan, sejumlah bandara juga mulai menerapkan teknologi nirsentuh, termasuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Beberapa teknologi nirsentuh yang sudah diterapkan di sana untuk meningkatkan keamanan penumpang adalah penyesuaian tombol lift di Terminal 2 dan Terminal 3 yang dapat ditekan menggunakan kaki, tidak harus tangan.
Bandara Soekarno-Hatta juga menyediakan Virtual Customer Assistant (VICA) sebagai penyedia informasi bagi masyarakat yang membutuhkan informasi dan layanan di bandara secara virtual. Lalu, ada pula penerapan teknologi body scanner untuk pemeriksaan penumpang tanpa bersentuhan. Menarik, ya? (E04)
Apple, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, biometrik, digital wallet, dompet digital, IATA, identitas digital, industri penerbangan, Inovasi, International Air Transport Association, John F. Kennedy International Airport, Oryx One, Pandemi COVID-19, Qatar Airways, QR Code, Traveler Verification Service, VICA, Virtual Customer Assistant,