Titik Temu
Kulit Buatan dari Limbah Buah, Material Fesyen Berkelanjutan
Editorial Cast | 12.28.2021

Kulit merupakan salah satu material favorit yang kerap digunakan dalam beragam produksi fesyen. Sebut saja dompet, ikat pinggang, sepatu, dan jaket sebagai contohnya. 

Seiring perkembangan zaman, sejumlah inovasi hadir untuk membuat material alternatif kulit. Contoh yang sedang populer saat ini adalah vegan leather (kulit vegan). Kulit vegan mulai mendapat perhatian, salah satunya karena gaya hidup vegan berarti tidak menggunakan produk dari bahan baku unsur hewani. Kulit vegan juga dianggap lebih ramah lingkungan. 

Pembuatan bahan kulit hewani diketahui memakan biaya sangat besar. Produksinya pun disebut menghasilkan banyak limbah. Karenanya, kulit vegan mulai populer sebagai opsi material alternatif dan berkelanjutan (biomaterial). 

Misel dari Bell Society 

Salah satu inovasi kulit vegan dikembangkan Bell Society, perusahaan biomaterial yang melakukan daur ulang limbah untuk menghasilkan produk berkelanjutan. Perusahaan asal Bandung ini sudah memiliki dua produk biomaterial yang diberi nama Misel

Misel merupakan bahan tekstil biosintesis yang memiliki tekstur seperti kulit. Bahan baku ini diproduksi memanfaatkan mikroba yang dapat mengubah gula menjadi lapisan selulosa. Lapisan tersebut yang lantas digunakan sebagai bahan baku tekstil. 

Adapun gula yang digunakan sebenarnya bisa berasal dari berbagai sumber, tapi Bell Society memanfaatkan limbah hasil olahan ubi jalar dan tebu yang dihasilkan dengan mengekstrasi gula dari limbah tersebut. Kemudian, hasilnya dikumpulkan dan disterilkan menggunakan panas. 

Limbah buah yang telah disterilisasi kemudian ditempatkan dalam  biorektor sederhana untuk diinokulasi (proses pemindahan bakteri dari media lama ke media baru) dan menjalani proses fermentasi selama sekitar 2 – 3 minggu. Baru setelahnya, lapisan Misel dapat dipanen. 

Meski terbuat dari limbah buah, uji coba menunjukkan bahwa Misel memiliki kekuatan yang tidak kalah dengan kulit buatan lainnya. Bell Society menyebut material ini dapat menahan gaya hingga 500N, sehingga dapat dijahit dan dibentuk sesuai kebutuhan. Proses pembuatannya pun diklaim lebih ramah lingkungan. Sebagai perbandingan, untuk setiap pembuatan material kulit sapi dibutuhkan sekitar 16 liter air, sementara Misel hanya membutuhkan air sekitar 1,5 liter per kaki persegi. 

Hasil penerapan Misel 

Sebagai biomaterial, Misel dapat diolah untuk berbagai produk fesyen, seperti dompet, sepatu, tas, hingga topi. Bahkan untuk yang terbaru, Bell Society berkolaborasi dengan desainer fesyen Jenny Yohanna Kansil (JYK) dalam pameran fesyen Milan Fashion Week. Melalui line-up bertajuk Revolutionary Hope, JYK memadukan batik Lubuklinggau dengan bahan alami yang salah satunya adalah Misel. 

Dalam kolaborasi ini, Bell Society yang merupakan startup binaan LPIK-ITB (Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan ITB) turut bekerja sama dengan Kopi Gunung Tilu. Jadi, Misel dalam kolaborasi ini diolah dari hasil kupasan kulit kopi yang tidak terpakai dan dikumpulkan. Pewarnaan Misel pun menggunakan bahan alami sehingga menghasilkan warna yang unik. (E04)