Gelaran Olimpiade Tokyo 2020 memang telah berakhir, tapi kisah dan hal yang berkaitan dengan pesta olahraga akbar tersebut masih menarik perhatian banyak orang. Pasalnya, banyak yang melihat Olimpiade Tokyo 2020 sebagai contoh perhelatan ramah lingkungan yang mengusung konsep berkelanjutan (sustainability).
Jepang sebagai panitia diketahui banyak memasukkan unsur tradisional yang dipadukan dengan teknologi modern ramah lingkungan. Selain memukau dunia dengan menghadirkan medali Olimpiade dari logam hasil daur ulang limbah elektronik, Olimpiade Tokyo 2020 juga menghadirkan athlete village alias desa atlet tempat para kontingen dari ratusan negara berkumpul selama ajang olahraga berlangsung.
Desa atlet ini merupakan salah satu fasilitas utama untuk ajang Olimpiade dan Paralimpik Tokyo 2020. Berlokasi di tepi laut Harumi, Tokyo, bangunan yang diberi nama Athlete Village Plaza ini dibangun dari 40.000 potongan kayu cemara, cedar, dan larch asli Jepang dan dibuat sebagai gedung temporer.
Sebagai pusat pertemuan para atlet, bangunan ini juga dilengkapi sejumlah fasilitas umum, seperti kafe, bank, ruang medis, lounge, salon, bahkan toko ritel dan pusat media. Desa atlet ini dirancang oleh perusahaan arsitektur Jepang, Niken Sekkei.
Mengusung konsep berkelanjutan, bahan dasar bangunan ini merupakan sumbangan dari pemerintah daerah di seluruh Jepang. Menurut penyelenggara, pemakaian kayu dari beragam wilayah berbeda di Jepang menggambarkan keberagaman dan harmoni. Selain itu, penggunaan bahan baku kayu yang berkelanjutan merupakan bentuk merevitalisasi industri perkayuan dan berkontribusi pada konservasi hutan.
Pembangunan desa atlet ini merupakan bagian dari proyek operasi BATON, singkatan dari “Building Athlete’s Village with Timber of the Nation”. Sesuai dengan namanya, kayu-kayu yang digunakan untuk membangun desa atlet berasal dari daerah-daerah yang berbeda di seluruh Jepang.
Setelah Olimpiade Tokyo 2020 selesai, struktur bangunan akan dibongkar dan kayu-kayu yang digunakan akan dikembalikan ke daerahnya masing-masing, untuk digunakan pada proyek pembangunan di setiap daerah.
Panitia Olimpiade Tokyo 2020 sengaja memasukkan inisiatif berkelanjutan dalam gelaran olahraga ini, sekaligus menjadikannya ajang untuk mempromosikan banyak wilayah di negeri tersebut.
Adapun bangunan ini disusun dengan mengacu pada estetika desain bangunan tradisional Jepang. Desain tersebut dapat dilihat dari struktur bangunan satu lantai yang rendah, dan disusun dari balok panjang yang disusun secara vertikal maupun horizontal. Sementara di bagian atas, ada atap metal bergelombang.
Selain diterapkan pada bangunan utama, inisiatif berkelanjutan juga diperlihatkan pada beragam fasilitas, seperti kasur atlet yang dibuat dari kardus, podium yang terbuat dari limbah plastik, dan medali yang dibuat dengan mendaur ulang limbah elektronik.
Menurut pihak penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020, penggunaan kayu Jepang mencerminkan tujuan untuk mengurangi dampak lingkungan dan mewujudkan keberlanjutan. Selain itu, ada nilai warisan dari inisiatif ini, yang membuktikan partisipasi semua daerah dalam Olimpiade. (E04)