Pemakaian kertas daur ulang dianggap sebagai salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak lingkungan. Cara ini dinilai lebih ramah lingkungan, karena kertas diproduksi dari serat kayu yang dalam prosesnya membutuhkan penebangan pohon, mendorong deforestasi, dan berdampak buruk bagi lingkungan.
Namun, apakah penggunaan kertas daur ulang benar-benar ramah lingkungan dan berdampak pada keutuhan lingkungan? Sebelum menjawab pertanyaaan itu, kita perlu mengetahui lebih dulu bagaimana kertas putih dibuat. Perlu diketahui, kertas putih di sini, bisa merupakan kertas baru ataupun kertas daur ulang.
Kertas putih dibuat dari serat yang biasanya diambil dari pohon. Selain bisa ditemukan di pohon, serat itu sebenarnya juga bisa diperoleh dari tebu dan jerami, tapi jumlahnya sangat kecil. Dalam beberapa tahun terakhir, serat untuk kertas itu pun dihasilkan dari limbah kertas.
Serat dari limbah kertas biasanya akan diproses lebih dulu sebelum dapat digunakan untuk memroduksi kertas yang serupa dengan kertas non-daur ulang yang terbuat dari serat kayu asli. Namun dalam praktiknya, proses untuk menghasilkan serat dari limbah kertas tidak semudah yang dibayangkan, karena limbah kertas biasanya memiliki kualitas serat yang lebih rendah.
Untuk membuat kertas daur ulang, umumnya manufaktur harus memilih sumber sampah kertas dengan kualitas yang serupa dengan kualitas kertas daur ulang yang ingin dihasilkannya. Sebagai contoh, manufaktur ingin membuat kertas daur ulang yang dapat digunakan di mesin fotokopi kantor, maka sampah kertas yang dibutuhkan umumnya juga harus berasal dari kantor.
Kertas lain, seperti kertas bekas koran atau majalah, jelas tidak sesuai dengan standar yang dibutuhkan untuk membuat kertas daur ulang untuk penggunaan di kantor. Sebabnya, warna kertas koran atau majalah bekas, sekalipun awalnya berwarna putih seringkali mengandung lapisan bubuk dan serat yang mudah berubah warna. Karena itu, pihak manufaktur masih perlu mengumpulkan dan menyortir limbah kertas putih yang berkualitas tinggi untuk bisa menghasilkan kertas daur ulang yang juga berkualitas tinggi. Tak jarang, manufaktur perlu mencari sumber daya limbah kertas putih dari negara lain.
Kondisi tersebut mendorong tingginya jejak karbon yang dihasilkan khususnya dari proses logistik, meskipun proses produksi kertas bekasnya sendiri mampu mengurangi emisi karbon. Namun yang perlu diingat juga, proses daur ulang kertas juga membutuhkan air dalam jumlah banyak. Sebagai perbandingan, dibutuhkan 24.000 galon air per ton produksi kertas baru, sedangkan untuk per ton produksi kertas daur ulang dibutuhkan 12.000 galon air.
Lantas, apakah penggunaan kertas daur ulang kurang berdampak pada lingkungan? Menggunakan kertas daur ulang itu lebih baik, tapi ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dalam prosesnya, seperti bahan baku dan konsumsi air yag dibutuhkan untuk memroduksinya.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, proses pembuatan kertas daur ulang kertas masih menghasilkan emisi gas, yang utamanya berasal dari transportasi dan logistik, meski tidak sebanyak emisi yang dihasilkan dari proses produksi kertas baru yang memanfaatkan serat pohon.
Namun ada hal yang lebih penting untuk kita ingat. Selain mendaur ulang, kita pun perlu mengurangi konsumsi kertas untuk mengurangi konsumsi energi dan sumber daya alam lainnnya. Jika perlu, gunakan kembali kertas yang masih dapat dipakai, sebelum memanfaatkannya untuk daur ulang. Ingat prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Ayo kita mulai dari diri kita sendiri! (E04)