Titik Temu
Green Design, Sustainable Design, Eco-Design, Apa Bedanya?
Editorial Cast | 04.27.2022

Istilah green design, eco-design, dan sustainable design mungkin tak asing bagi sebagian orang. Dalam beberapa tahun terakhir, istilah-istilah tersebut mulai banyak digunakan dalam beberapa kesempatan, dan merujuk pada tindakan atau aktivitas yang ramah lingkungan. 

Seperti diketahui, belakangan ini kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan mulai meningkat. Kesadaran itu dituangkan ke dalam berbagai aspek, mulai dari kebijakan, kebiasaan, termasuk cara pandang. Nah, ketiga istilah–atau konsep–tersebut juga bisa dikatakan sebagai cara pandang baru manusia dalam menjalani kehidupannya. 

Meski sama-sama merujuk pada cara pandang yang berujung pada tindakan yang lebih ramah lingkungan, ketiga hal tersebut tidak sepenuhnya sama. Meski sama-sama mengutamakan lingkungan, masing-masing memiliki konsep dan penerapan yang sedikit berbeda. 

Green design 

Sekilas, kedua konsep ini tampak sama. Keduanya sama-sama mengusung desain yang lebih ramah lingkungan, tapi ada perbedaan mendasar dari keduanya. 

Green design–sesuai namanya–merupakan konsep atau cara pandang desain yang menitikberatkan pada aspek lingkungan. Maksudnya, konsep ini diterapkan dengan saat memperhatikan aspek-aspek lingkungan, seperti memanfaatkan material yang ramah lingkungan atau mengoptimalkan sumber energi terbarukan.  

Sebagai contoh, dalam penerapan di bidang desain arsitektur, penerapan green design berarti menggunakan material yang aman dan lebih ramah lingkungan. Ketika ingin membeli lantai kayu, misalnya, dipastikan kayu tersebut memiliki kandungan VOC (volatile organic compound) atau formaldehida yang terukur. 

Contoh lain dalam penerapan green design adalah penggunaan sumber energi terbarukan, seperti panel surya atau sumber energi lain. Selain itu, green design juga memperhatikan penggunaan sumber daya dan air agar lebih efisien. 

Penerapan konsep green design dapat berbeda di satu wilayah dengan wilayah lainnya, tergantung pada budaya, lingkungan, kondisi iklim, termasuk sumber daya. Namun yang pasti, secara garis besar, green design sangat memperhatikan penerapan desain yang lebih ramah terhadap lingkungan sekitar. 

Sustainable design

Sementara itu, sustainable design merupakan konsep yang memperhatikan lebih banyak unsur– tidak sekadar aspek lingkungan saja. Jadi, desain yang berkelanjutan ini turut mempertimbangkan aspek sosial, lingkungan, performa, hingga dampak finansialnya. 

Desain ini juga akan sangat memperhatikan soal perencanaan, eksekusi, pemilihan material, hingga penerapannya. Penerapan konsep sustainable design juga terbilang lebih luas, mulai dari mikrokosmos (objek kecil yang digunakan sehari-hari) hingga makrokosmos (bangunan atau perancangan kota). 

Dengan banyaknya aspek tersebut, sustainable design memiliki tiga pilar utama, yakni people, planet, dan profit. Maksudnya, sebuah perancangan itu mempertimbangkan faktor pekerja atau buruh yang melakukannya, apakah selaras dengan alam, serta memperhitungkan keuntungan finansial yang sejalan dengan dua pilar lain, yakni people dan planet

Mengambil contoh pemilihan kayu, apabila sustainable design diterapkan, maka pertimbangannya tidak hanya mengenai kandungan yang dimiliki kayu tersebut, tapi juga mempertimbangkan apakah kayu tersebut berasal dari proses yang keberlanjutan. 

Semisal, perusahaan yang menghasilkan kayu mematuhi proses yang sangat selektif, di mana hanya menggunakan kayu yang memang sudah dewasa. Selain itu, pertimbangan lain apakah perusahaan penghasil kayu tersebut juga menanam kembali pohon, jika ada pohon yang ditebang.

Dengan kata lain, penerapan sustainable design bersifat lebih menyeluruh ke beberapa aspek, meskipun memang unsur-unsur green design juga diterapkan di sini, seperti menggunakan material yang ramah lingkungan dan mendukung efisiensi energi. 

Selain itu, kata kunci penting dari sustainable design adalah keberlanjutan, sehingga desain yang digunakan diharapkan bisa menyelesaikan masalah saat ini dan tidak berdampak di masa depan. Sementara green design lebih fokus pada meminimalkan kerusakan lingkungan.  

Eco-design

Bagaimana dengan konsep eco-design? Eco-design merupakan sebuah cara pandang untuk memproduksi barang atau layanan yang tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan, sambil tetap memenuhi kebutuhan konsumen. 

Konsep ini sebenarnya mirip dengan sustainable design, dan memang cukup banyak mempertimbangkan banyak aspek selain lingkungan, tapi juga proses produksi dan distribusi. Karenanya, eco-design kerap disebut sebagai kunci ekonomi sirkular. 

Namun yang sedikit membedakan, eco-design juga mempertimbangkan sifat produk yang tahan lama. Oleh sebab itu, salah satu faktor yang penting dari eco-design adalah menggunakan material yang tahan lama, sehingga bisa mengoptimalkan daya guna. 

Selain itu, eco-design ini juga sangat memperhatikan sejumlah faktor, seperti penggunaan material yang lebih sedikit, produk yang mudah didaur ulang, hingga produk yang bisa dimanfaatkan kembali, termasuk didaur ulang. 

Nah, beberapa produk yang memenuhi konsep eco-design adalah cangkir kopi yang bisa dimakan, furniture yang memanfaatkan produk daur ulang, sikat gigi dari bambu, termasuk pakaian atau sepatu yang berasal dari limbah plastik. 

Sebagai kesimpulan, ketiga konsep yang dibahas di atas sama-sama memiliki tujuan untuk mendukung masa depan lingkungan yang lebih baik. Hanya, masing-masing memiliki perbedaan dari segi cakupannya. 

Green design dan eco-design erat kaitannya dengan konsep desain yang ramah lingkungan, serta memanfaatkan material yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Sementara sustainable design juga memasukkan unsur tersebut, tapi ditambah pertimbangan lain, yakni manusia dan nilai ekonomisnya, termasuk dampaknya bagi masa depan. (E04)