Titik Temu
Emergent Futures: “Khayalan-khayalan” Manusia yang Jadi Kenyataan
cast | 09.29.2021

“Beberapa tahun lalu, ide tentang sebuah komputer yang bisa disimpan di kantongmu hanyalah sebuah sains fiksi.” – Isaac Asimov.

Isaac Asimov, seorang penulis sains fiksi populer yang juga ahli biokimia, banyak ‘meramal’ tentang dunia masa depan melalui karya-karya tulisnya. ‘Ramalannya’ yang dimuat di The New Yorker pada tahun 1964, misalnya, mendeskripsikan bayangan akan masa depan di tahun 2014. 

Ia antara lain memprediksi kemunculan gadget dan perangkat-perangkat elektronik yang akan meringankan pekerjaan manusia, yang belum terbayangkan di tahun 1960-an. Di dapur, akan ada alat yang bisa dipakai untuk memanaskan air dan ‘menyulapnya’ menjadi kopi. Ada juga pemanggang roti dan alat untuk mengolah makanan cepat saji. 

Semasa hidupnya, selain menulis dan menjadi profesor biokimia di Boston University, Asimov juga terdaftar sebagai anggota Mensa, kelompok eksklusif yang beranggotakan orang-orang dengan tingkat kecerdasan tinggi. Dianggap sebagai salah seorang yang berjasa dalam dunia sains dan teknologi, nama Asimov digunakan sebagai nama sebuah asteroid.

Kita ada di “masa depan”

Asimov yang terobsesi dengan robot juga banyak menulis khayalannya akan robot masa depan. Salah satunya dalam buku berjudul I, Robot yang mengisahkan dunia di tahun 2035, ketika robot humanoid sudah menjadi teman hidup dan partner kerja manusia. 

Satu per satu prediksi Asimov sudah terwujud dan bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Visinya tentang robot yang bisa membantu manusia, terwujud pada tahun 1961 ketika General Motors memperkenalkan robot industrial pertama, Unimate, di pabriknya untuk meringankan pekerjaan manusia. 

Sekarang, kita tak lagi merasa asing saat mendengar kata “robot humanoid” karena banyak peneliti dan pakar robotika sudah mengembangkannya. Kita juga sudah bisa melihat peran robot di berbagai bidang. Ada yang dirancang untuk menjinakkan bom, menjelajah Mars, ada juga yang diprogram untuk membantu manusia di bidang kedokteran, manufaktur, pertanian, transportasi, dan banyak lagi. 

Ya, kita sudah ada di “masa depan” yang dulu diprediksi oleh Asimov atau ingin diciptakan oleh ilmuwan-ilmuwan lainnya yang pernah ada. Kita, saat ini, hidup di dunia penuh teknologi modern.

Dampak revolusi industri

Revolusi industri yang telah terjadi sudah mendorong perubahan-perubahan di masyarakat. Bukan hanya mempengaruhi gaya hidup manusia, tapi juga cara industri bekerja–di bidang pertanian, transportasi, manufaktur, teknologi, pertambangan, dan lainnya. Perubahan-perubahan itu pun membawa dampak terhadap beragam aspek, termasuk sosial, ekonomi, dan budaya dunia. 

Sayangnya, tidak semua dampak perubahan itu positif. Ada pula masalah-masalah kompleks saat ini, merupakan imbas dari revolusi yang terjadi. Misalnya, eksploitasi sumber daya alam, deforestasi, perubahan iklim, monopoli perdagangan, dan kesenjangan ekonomi.

Jika diabaikan, masalah-masalah ini akan meledak dan menghancurkan kehidupan banyak manusia dan makhluk hidup lainnya di dunia. Karenanya, penting bagi masyarakat untuk menegaskan perannya, sekaligus mengupayakan terciptanya masa depan yang menjanjikan serta layak bagi kehidupan manusia untuk berkembang dan bertahan hidup. 

Merancang “emergent futures”

Sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan alam dengan batasan-batasan tertentu, manusia bisa menjadi penyelamat atau agen perubahan untuk untuk “memperbaiki” dunia dan mendorong terciptanya iklim, ekosistem, dan infrastruktur yang ideal bagi masa depan, dengan caranya masing-masing.  

CAST (culture, arts, science, technology) atau budaya, seni, sains, dan teknologi, bisa menjadi titik temu yang memberi kita kekuatan untuk merancang dan menciptakan “emergent futures”. 

Secara singkat, emergent futures adalah sebuah masa depan baru yang muncul akibat perkembangan dunia dan dorongan kebutuhan manusia untuk menemukan solusi dari permasalahan pelik saat ini.

Contoh emergent futures misalnya, penemuan vaksin COVID-19 untuk mengatasi pandemi yang berlangsung sejak 2020 lalu. Contoh lain, inovasi robot untuk mengefisiensikan pekerjaan manusia di berbagai industri: kesehatan, pertanian, manufakstur, dan lainnya. 

Ada pula sistem pembayaran digital yang dikembangkan untuk memudahkan manusia untuk bertransaksi sekaligus mengurangi produksi uang kartal berbentuk logam atau kertas. Selain itu, beragam inovasi ramah lingkungan juga dikembangkan untuk meminimalisir dampak buruk perubahan iklim, seperti green building, mobil listrik, ecopaving (paving block dari plastik), dan banyak pula inisiatif untuk menciptakan material-material masa depan dari material alam/biomaterial. 

Kolaborasi untuk masa depan 

Dunia tengah menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan, utamanya di bidang kesehatan, sosial, ekonomi, dan lingkungan. 

Pada 2015, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah menetapkan Sustainable Development Goals (SDGs) yang menyasar pada lima aspek, yaitu prosperity, people, planet, partnership, dan peace (5P). SDGs tersebut terasa makin relevan dengan berbagai problem yang dihadapi oleh masyarakat saat ini. 

Dalam konteks merancang masa depan dunia yang lebih baik, menyasar pembangunan pada kelima aspek tersebut membutuhkan proses serta kolaborasi dan aksi nyata berbagai pihak: seluruh lapisan masyarakat, pemangku kepentingan dari berbagai sektor, serta pemerintah lintasnegara. 

Kita, sebagai bagian dari masyarakat, bisa mendukung terciptanya masa depan dunia yang berkelanjutan dengan melakukan perubahan mulai dari lingkungan terkecil kita: lingkungan tempat tinggal, komunitas, dan pekerjaan kita sehari-hari. (E02)