Luar angkasa masih banyak menyimpan misteri yang mengulik rasa penasaran manusia. Satelit Bumi alias Bulan salah satunya. Meski manusia sudah berhasil menjejakkan kaki di Bulan, tapi belum banyak rahasia tentang Bulan yang berhasil diungkap. Karenanya, sejumlah penelitian dan misi ruang angkasa terus digencarkan untuk mengenal Bulan lebih dekat. Selain Amerika Serikat, negara lain yang melakukan misi penjelajahan Bulan adalah Uni Soviet dan Tiongkok dengan misi Chang’e 5-nya.
Selain meluncurkan misi penjelajahan ke Bulan, masih banyak ilmuwan yang juga memikirkan cara lain agar manusia bisa “terbang” ke Bulan. Salah satunya upaya untuk melakukan perjalanan ke Bulan menggunakan elevator.
Misi membangun elevator ke Bulan memang terdengar tak masuk akal, tapi ide tentang elevator ruang angkasa bukanlah hal baru. Salah satu peneliti asal Rusia, Konstantin Tsiolkovsky, pada 1895 pernah merencanakan sebuah kastil yang menjulang tinggi hingga ke Bulan. Meski rencana itu tak pernah terwujud, dua peneliti dari Columbia University, Zephyr Penoyre dan Emily Sandford kembali mengajukan gagasan tentang elevator ke Bulan pada 2019.
Penoyre dan Sandford menyebut konsep elevator ke Bulan ini sebagai Spaceline. Mereka menyebut elevator ini dikembangkan tidak hanya untuk membawa manusia atau kargo ke Bulan, melainkan menjadikannya sebagai sarana transportasi dari Bumi ke Bulan dan sebaliknya.
Dalam penelitiannya, mereka menyebut elemen utama dari elevator ini adalah kabel yang membentang sekitar 321.000 km dari Bulan ke orbit Bumi. Menurut perkiraan, titik awal kabel yang berada di orbit Bumi itu berada di ketinggian 43.000 km dari permukaan Bumi. Kabel tersebut dibentangkan hanya sampai orbit Bumi karena gerak relatif Bulan dan Bumi berbeda, sehingga tidak mungkin menancapkan titik awal kabel di permukaan Bumi.
“Perjalanan dengan jarak sekitar 321.000 km akan ditempuh dalam waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan,” tulis Penoyre dalam penelitiannya. Lebih lanjut dijelaskan, kabel Spaceline versi sederhana mungkin tidak lebih tebal dari ujung pencil dan mampu menopang bobot hingga sekitar 39.000 kilogram.
Material yang digunakan pun bisa berasal dari kevlar atau material lain yang sudah ada, alih-alih menggunakan material berbasis karbon yang sulit dibuat. Penoyre dan Sandford membayangkan perjalan dari permukaan Bumi akan dilakukan dengan pesawat ruang angkasa untuk mencapai titik awal kabel tersebut di orbit Bumi. Setelahnya, manusia akan dibawa ke Bulan melalui kendaraan robotik bertenaga solar yang naik melalui kabel tersebut.
Mengingat elevator ini akan menjadi teknologi baru yang dikembangkan sebagai upaya perjalanan mencapai ke Bulan, maka biaya yang diperlukan untuk persiapannya pun terbilang tinggi. Meski begitu, Penoyre dan Sandford mengatakan bahwa teknologi elevator ke Bulan ini sebenarnya akan lebih ekonomis di masa depan. Pasalnya, elevator ini akan mampu memenuhi kebutuhan manusia di masa depan, termasuk kebutuhan untuk penambangan material Bulan.
Meski menjanjikan, konsep elevator ke Bulan ini masih dianggap belum memungkinkan bagi sejumlah peneliti lain. Salah satunya adalah fisikawan Marshall Eubanks, Kepala Peneliti di Space Initiatives Inc. Menurut Eubanks, perhitungan yang dilakukan untuk membuat elevator ke Bulan memang masuk akal, tapi penelitian tersebut juga perlu memperhitungkan kemungkinan satelit yang mengorbit Bumi dapat menabrak kabel tersebut. (E04)