Titik Temu
Eksplorasi Para Desainer dan Seniman Soal Konsep Makanan
Editorial Cast | 03.15.2022

Makanan merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang kehidupan manusia. Namun, tidak banyak orang menyadari ada proses panjang terbentuknya makanan, sebelum akhirnya tersaji di piring dan dapat dinikmati. Begitu pula dengan sisa makanan, tidak banyak yang sadar bahwa sisa makanan merupakan limbah yang dapat mencemari lingkungan. 

Berangkat dari ide tersebut, seorang pendidik dan penulis asal Inggris, May Rosenthal Sloan membuka eksibisi tentang makanan di Victoria and Albert Museum, London. Dalam eksibisi yang bertajuk FOOD: Bigger than the Plate ini, May menjadi kurator bersama Catherine Flood. 

Eksibisi ini berangkat dari titik awal dan asumsi bahwa sistem pangan yang kita miliki ini tidak sesuai dengan tujuan awalnya dan tidak melayani orang-orang sebagaimana seharusnya, mulai dari awal hingga akhir,” tuturnya dalam sesi webinar Altermatter yang digelar oleh CAST Foundation dan British Council Indonesia. 

4 Bagian eksibisi

Menurut May, eksibisi FOOD: Bigger than the Plate menampilkan pendekatan yang menarik dari para seniman dan desainer terhadap siklus makanan saat ini. Eksibisi ini dibagi dalam empat bagian, yakni Compost, Farming, Trading, dan Eating.  

“Kami memulai eksibisi ini dengan limbah dan gagasan bahwa sebenarnya apabila Anda merupakan konsumen, Anda juga merupakan produsen limbah. Dalam hal ini, limbah makanan,” May menjelaskan. Karenanya, Compost menampilkan beragam proyek yang bertujuan menciptakan sistem pangan lebih tangguh sekaligus mengubah persepsi manusia saat ini mengenai limbah. 

Salah satu proyek yang ditampilkan dalam bagian ini merupakan hasil karya desain Fernando Laposse. Ia memanfatkan sekam yang dibuang dari varietas jagung warna-warni Meksiko menjadi sebuah material marquetry baru bernama Totomoxtle

Marquetry adalah teknik menyatukan warna-warna yang berbeda, yang terbuat dari bahan alami dan terdiri dari potongan-potongan kecil, yang kemudian dipasangkan dengan sempurna antara satu dengan lainnya menjadi sebuah pola atau desain.

Lalu, ada instalasi dari GroCycle Urban Mushroom Farm yang menggambarkan gagasan ekonomi sirkular menggunakan limbah kopi, termasuk limbah yang berasal dari kafe di Victoria and Albert Museum. Limbah tersebut lantas digunakan untuk menanam jarum tiram yang dapat dimakan. Setelah dewasa, jamur itu dapat dipanen dan dimanfaatkan kembali oleh kafe menjadi hidangan makanan. 

Sementara pada bagian Farming, proyek di sini menjelajahi ide-ide berani untuk menemukan kembali hubungan manusia dengan lanskap, organisme, termasuk orang-orang yang menghasilkan makanan. Jadi, bagian ini memperlihatkan sejumlah proyek dari desainer dan komunitas yang mencakup pertanian perkotaan, pertanian sosial yang inovatif, hingga eksplorasi teknologi yang dapat mengubah cara bertani manusia saat ini. 

Salah satunya adalah Bicitractor atau traktor bertenaga pedal yang dikembangkan oleh Farming Soul untuk mendukung pertanian skala kecil. Selain itu, ada pula Food Computer MIT sebuah platform open-source yang mereplikasi kondisi alam untuk bercocok tanam di wilayah tidak terduga. 

Beralih ke Trading. Eksibisi di bagian ini menyoroti cara yang lebih transparan dan beragam dalam proses pembelian, penjualan, serta pengangkutan makanan. Salah satu yang ditampilkan di sini adalah dari karya Björn Steinar Blumenstein dan Johanna Seelemann berjudul Banana Story. Karya berupa riset ini mengajak kita untuk merenungkan asal usul sebuah makanan, yang direpresentasikan dengan pisang. 

Terakhir, bagian Eating menampilkan bagaimana makanan menghubungkan manusia secara budaya, sosial, serta politik. Tema ini lantas dijabarkan oleh beberapa proyek, seperti The Sausage of the Future dari Carolien Niebling yang mengangkat sosis sebagai salah satu makanan pertama yang dibuat manusia. Jadi, proyek ini menyoroti perjalanan sebuah sosis sebagai makanan. (E04)

Artikel ini merupakan bagian dari Seri Altermatter. Ketahui lebih lanjut tentang Project Altermatter.