Resah melihat tumpukan sampah plastik dari bubble wrap bekas kemasan, empat sekawan punya ide membuat bahan alternatif bubble wrap yang lebih ramah lingkungan—dari kulit pisang.
Bianca P. Ramadhani, Tafia Sabila K., Adithya Yusuf, dan Eunike Fersa, dipertemukan dalam ajang Circular Innovation Jam. Meski awalnya belum saling mengenal, mereka berhasil menjadi pemenang tiga besar dan berhasil mendapatkan pendanaan untuk pengembangan produk mereka.
Growing Plastic, demikian inovasi yang mereka kembangkan, merupakan sebuah wadah makers yang berfokus dalam pembuatan material alternatif berbahan dasar limbah kulit pisang.
Situasi pandemi COVID-19 membuat perilaku berbelanja konsumen beralih ke online. Salah satu dampaknya, penggunaan bubble wrap sebagai pelapis keamanan untuk paket belanja online yang dikirimkan pun meningkat.
“Kami terinspirasi dari bagaimana penggunaan bubble wrap saat pandemi COVID-19. Kami pun akhirnya berfokus menemukan solusi alternatif dari penggunaan bubble wrap, dengan melakukan riset mengenai material apa yang bisa digunakan untuk menggantikan plastik,” ujar Bianca.
Mereka kemudian terpikir untuk memanfaatkan limbah kulit pisang. Hal ini juga sekaligus menjawab isu zero waste, agar limbah kulit pisang tidak dibuang begitu saja.
Bagaimana sampah kulit pisang bisa disulap menjadi bahan plastik untuk bubble wrap? Pertama, limbah kulit pisang tersebut mereka olah menjadi berbentuk bubuk. Setelah itu, bubuk kulit pisang dicampur dengan beberapa zat lainnya, yang hasil akhirnya adalah produk prototipe bahan plastik alternatif.
Dalam proses pengolahan ini, Growing Plastic menghadapi beberapa tantangan teknis saat ingin memperbesar skala produksi. Pasalnya, dibutuhkan pula investasi untuk bisa terus mengembangkan produk ini.
“Kami juga membutuhkan ekosistem yang bisa membantu untuk bisa lebih berkembang ke depannya,” sebut mereka.
Meski demikian, Growing Plastic sangat optimistis dengan potensi limbah kulit pisang, karena Indonesia sendiri merupakan salah satu penghasil pisang terbesar.
Dengan konsumsi yang banyak, bahan dasar pun tersedia. Selanjutnya, diperlukan kerja sama dengan pihak lokal untuk terus mengembangkan produk melalui pemanfaatan limbah ini.
“Bisnis ini juga mudah diduplikasi, karena pisang sendiri tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kesadaran terhadap penggunaan plastik juga sudah mulai berkembang di masyarakat, terutama jika melihat 5-10 tahun ke belakang,” kata mereka.
Menyebarkan kesadaran mengenai isu sampah plastik dan memperkenalkan produk Growing Plastic, menjadi agenda penting mereka saat ini. Growing Plastic ingin membuat orang lebih sadar dan fokus terhadap keberlanjutan dalam keseharian mereka.
“Dari yang kami lihat, masyarakat telah mengalami peningkatan dalam pemahaman terhadap penggunaan plastik. Namun saat ini, masyarakat juga masih dalam proses mencari material apa yang bisa menggantikan plastik itu sendiri, begitu pula dengan akses untuk mendapatkan produk,” ujar mereka. (E03)