Titik Temu
Building with Nature: Menilik Masa Depan Arsitektur Berkelanjutan
Editorial Cast | 08.03.2022

Saat ini, prinsip ramah lingkungan perlu diterapkan di segala bidang dan industri, termasuk konstruksi bangunan. Konsep bangunan hijau atau green building menjadi hal yang amat penting dalam pembangunan, baik pembangunan perumahan, gedung apartemen, perkantoran, ataupun bangunan lainnya. Konsep ini meliputi desain, konstruksi struktur bangunan, pemilihan tempat operasi, perawatan, hingga renovasi–harus ramah lingkungan, ramah sosial, dan hemat energi.

Green building telah menjadi  kebutuhan bagi manusia, dan dibutuhkan untuk menjaga Bumi serta lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya. Jika tidak, anak cucu kita di masa depan akan diwarisi banyak kekhawatiran, seperti kurang tersedianya lapangan terbuka, lingkungan yang tidak asri bahkan tak layak huni, polusi dan berbagai masalah lainnya.

Berangkat dari kekhawatiran ini, Erasmus Huis, Company New Heroes dan Playo berkolaborasi menggelar pameran bertajuk “Building with Nature“. Secara khusus, pameran yang digelar sejak 5 Juli – 27 Agustus 2022 ini menyorot potensi penggunaan material bangunan ramah lingkungan untuk memfasilitasi kebutuhan papan yang berkelanjutan di masa depan. 

Building with Nature menampilkan karya berbentuk dua rumah yang merepresentasikan rumah Belanda dan rumah Indonesia, yang disusun dari 50 material berbasis hayati dalam skala ukuran 1:10. Karya tersebut terinspirasi dari proyek ternama Erasmus Huis dan Company New Heroes, “The Exploded View“, yakni satu rumah dengan 100 material bangunan berbahan dasar alami berskala 1:1.

Lewat gelaran ini, desainer Pascal Leboucq dan Lucas De Man dari Company New Heroes dan Playo yang berbasis di Jakarta mengajak desainer dari Indonesia dan Belanda untuk ikut ambil andil dalam pameran ini. 

(ikj.ac.id)

Danny Yuwanda dan material kayu 

Danny Yuwanda, S.Sn., dosen program studi Kriya Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Kesenian Jakarta (FSRD IKJ) adalah salah satu dari 50 desainer Indonesia dan Belanda yang terpilih untuk bergabung dalam Building with Nature. Ia dikenal sebagai seorang pekerja kayu dan desainer dengan pengalaman menangani semua aspek desain dan pengembangan produk.

“Dengan karya dan penelitian saya, saya ingin membuktikan bahwa pengolahan kayu dengan teknik laminasi dan ukir dapat menginspirasi masyarakat untuk mengurangi limbah kayu dalam lingkungan,” ujarnya dalam profilnya yang terpampang di dinding ruang pameran Building with Nature di Erasmus Huis Jakarta. 

Sarjana Kriya Kayu jebolan FSRD IKJ (2007–2012) ini mendirikan Gazewanny.lab pada 2007. Sejak itu, ia bersama rekan-rekannya getol dalam melakukan kreasi dengan memperhatikan kebutuhan pasar. Keahlian Danny meliputi woodworking, wood carving, engineered wood products, dan product design. Ia pun sekaligus artis perupa yang menguasai 3D modeling, sketch-up, Adobe Illustrator, 3D rendering, dan autoCAD plant 3D. 

Konstruksi berbahan kayu

Untuk diketahui, di dunia konstruksi, material kayu sudah banyak dilirik. Banyak arsitek di berbagai belahan dunia berinovasi membuat bangunan dengan material kayu. Material ini dinilai jauh lebih ramah lingkungan dan diprediksi menjadi material yang akan digunakan untuk pembangunan di masa depan, terutama untuk bangunan seperti rumah dan gedung-gedung tinggi pencakar langit. 

Mengutip Archdaily, hingga saat ini tercatat sebanyak 44 bangunan gedung tinggi pencakar langit bermaterialkan kayu telah berdiri di seluruh dunia. 

Sebuah penelitian menyebutkan, energi yang terkandung dalam baja dan tingkat emisi gas rumah kaca sangatlah buruk. Bahkan hanya satu meter persegi ruang lantai yang didukung oleh balok baja dapat memancarkan 40 kilogram CO2 dan membutuhkan 516 megajoule (MJ) energi. Begitu pula material beton yang dapat menghasilkan 27 kilogram CO2 dan 290 megajoule (MJ) energi. 

Sebaliknya, satu meter persegi luas lantai yang ditopang oleh balok kayu hanya mengeluarkan 4 kilogram CO2, dan hanya membutuhkan energi 80 megajoule (MJ). Dengan kata lain, membangun ruang seluas satu meter persegi dengan kayu akan mengurangi emisi karbon hingga sepersepuluh dari hasil aslinya.

“Building with Nature”

Building with Nature mengajak kita untuk melihat berbagai kemungkinan yang ditawarkan alam kepada kita, khususnya dalam mengembangkan bahan bangunan dan menciptakan lingkungan hidup yang benar-benar berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Uniknya, pameran ini juga menghadirkan beragam material berbasis hayati yang menarik, bahkan ada pula yang memberikan aroma menarik. Misalnya atap, furnitur, lantai, lapisan dinding rumah yang terbuat dari rumput laut, pelepah pisang, ampas kopi, serbuk kayu, kulit udang, jagung kering, dan kayu olahan.

Tertarik untuk melihat pameran ini? Pameran Building with Nature akan berlangsung hingga 27 Agustus 2022 di ruang eksibisi Erasmus Huis Jakarta. Dalam ruang terbuka pameran, pengunjung bisa mengeksplorasi lebih dalam tentang beragam inovasi material alternatif berbasis hayati yang dikembangkan oleh para desainer terpilih, sekaligus mengetahui proses kreasi di balik karya-karya tersebut dengan berbincang langsung bersama seniman yang terlibat. (E03)