Ada kabar gembira buat kalian yang punya minat terhadap inovasi dan riset berkelanjutan. Smesco Indonesia mengembangkan sebuah makerspace yang dinamakan Smesco Labo.
Smesco Labo terletak di Gedung Smesco yang berlokasi di kawasan selatan Jakarta. Ajang makerspace dalam mengembangkan inovasi dan riset berkelanjutan ini ditujukan untuk berbagai kegiatan kreatif dan pengembangan keterampilan bagi para pelaku industri kecil dan menengah.
Di Smesco Labo, ada beberapa fasilitas laboratorium yang mencakup beberapa bidang, termasuk seperti lab mekanik, fotografi, makanan, dan kerajinan tangan. Fasilitas ini menjadi salah satu keunggulan dari Smesco Labo.
Smesco Labo berkolaborasi dengan para maker. Salah satunya, Playo, yang didirikan oleh Adil Alba. Playo dikembangkan sebagai sebuah ruang bermain bagi para penemu dan peneliti untuk menghasilkan solusi berkelanjutan lewat kolaborasi.
Bicara soal Smesco Labo, Adil melihat bahwa kehadiran ajang makerspace ini bermula dari dua kekhawatiran yang ada saat ini, yakni pemetaan ekosistem untuk para makers dan keterbatasan dalam sumber daya.
Karena itulah, Smesco yang memiliki misi utama untuk mendorong para pelaku UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) dan meningkatkan kultur riset, membangun Smesco Labo sebagai sebuah makerspace.
“Tempat tersebut (Smesco Labo) saat ini masih dalam proses renovasi dan membutuhkan pihak yang bisa mengaktivasi,” ujar Adil. Dari situlah terbuka dialog antara Playo dan Smesco Labo hingga menghasilkan kerja sama antara keduanya.
Smesco Labo telah menggelar ekshibisi hasil inovasi dari UMKM yang menawarkan inovasi dan unsur kebaruan, yang juga merupakan program tahunan dari Kementerian Koperasi dan UKM. Tahun ini, tema ekshibisi yang diangkat berkaitan dengan material alternatif, sehingga Smesco Labo akhirnya berkolaborasi dengan Playo.
Pameran kolaborasi keduanya merupakan on-going project yang bertujuan untuk membentuk perpustakaan material fisik.
“Saat ini dimulai dengan tujuh material dari makers yang berbeda, tapi ke depannya terbuka peluang agar makers lainnya bisa turut berpartisipasi,” ujar Adil.
Menurutnya, ekshibisi ini tidak melihat latar belakang para makers, karena fokus utamanya adalah UMKM. Namun yang pasti, produk dari para makers tersebut harus dapat dikembangkan dan diproduksi dengan layak, karena ada kecenderungan produk yang baru dikembangkan kualitasnya belum stabil.
“Saya berharap kehadiran ekshibisi ini bisa mendukung kultur riset dan menunjukkan bahwa untuk memulai riset tidak memerlukan perlengkapan canggih. Bahkan riset bisa dimulai dari skala yang kecil,” pungkasnya. (E04)