Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terdengar seperti sebuah teknologi dari masa depan yang akan mentransformasi kehidupan manusia. Namun sadar atau tidak, AI bukan lagi merupakan teknologi masa depan. Bersiaplah dengan kedatangan augmented intelligence.
Meski sama-sama disingkat AI, augmented intelligence berbeda dengan artificial intelligence. Jika artificial intelligence saja sudah cukup pintar untuk ukuran perkembangan teknologi zaman sekarang, augmented intelligence akan membuat kecerdasan buatan lebih pintar lagi.
Augmented intelligence adalah pola desain yang berpusat pada manusia dan artificial intelligence yang bekerja bersama untuk meningkatkan kinerja kognitif, termasuk pembelajaran, pengambilan keputusan, dan pengalaman baru.
Pada intinya, augmented intelligence adalah tingkatan baru teknologi kecerdasan buatan. Istilah ini pertama kali hadir dalam acara World Economic Forum oleh QuantumBlack di Davos tahun 2017.
Kecerdasan buatan tak dapat dipungkiri telah memberikan perkembangan signifikan. Namun di balik itu, ada beberapa hal yang mengkhawatirkan, bahkan menakutkan.
Bagi sebagian orang, kecerdasan buatan identik dengan bayangan akan terjadinya pengangguran massal, di mana pekerjaan manusia banyak digantikan oleh robot atau mesin yang makin pintar.
Nah, berbeda dengan augmented intelligence yang dikembangkan untuk melengkapi kecerdasan buatan. Augmented intelligence menekankan fakta bahwa kecerdasan ini dirancang untuk meningkatkan kecerdasan manusia, bukan menggantikannya. Artinya, augmented intelligence membantu manusia menjadi lebih cepat dan lebih pintar dalam mengerjakan tugas yang mereka lakukan.
Beberapa pakar industri percaya bahwa istilah kecerdasan buatan terlalu terkait erat dengan budaya populer. Ini menyebabkan masyarakat umum memiliki ketakutan yang tidak realistis tentang kecerdasan buatan.
Para peneliti dan industri berharap istilah augmented intelligence memiliki konotasi yang lebih netral dan pengertian yang tidak menakutkan. Mereka ingin augmented intelligence dipahami sebagai teknologi yang akan meningkatkan produk dan layanan, bukan menggantikan manusia yang menggunakannya.
Augmented intelligence mencerminkan dampak berkelanjutan kecerdasan buatan dalam memperkuat inovasi manusia. Ketika melihat augmented intelligence dari perspektif yang luas, ada banyak peluang menarik muncul.
Berkat kemajuan di bidang cloud computing dan mobilitas, manusia zaman sekarang menghasilkan dan menyimpan sejumlah besar data, mulai dari data kesehatan, cuaca, hingga lalu lintas. Data-data ini bisa menjadi informasi yang lebih berguna dan penting.
Teknologi sensor pintar, internet of things (IoT) dan konektivitas yang kini ada di mana-mana, memungkinkan untuk mengumpulkan dan menyimpan informasi dari dunia fisik dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin.
Terdengar canggih dan futuristik, penerapan augmented intelligence sejatinya akan kita temui dengan mudah di kehidupan sehari-hari. Sebenarnya, tanpa disadari kita pun sudah bersentuhan dengan kecerdasan buatan.
Ketika kemampuan kecerdasan buatan ditingkatkan dengan kehadiran augmented intelligence, mungkin kita akan semakin tidak menyadarinya. Augmented intelligence dan pembelajaran mesin (machine learning) nantinya dapat membantu para ahli manusia.
Augmented intelligence sangat pandai menganalisis rim data yang sangat besar dan menemukan pola serta korelasi yang tidak diketahui analis manusia, atau memakan waktu yang sangat lama.
Misalnya, dalam perawatan kesehatan, algoritma augmented intelligence dapat menganalisis gejala penyakit dan tanda-tanda vital pasien, membandingkannya dengan riwayat kesehatan pasien, riwayat kesehatan keluarganya dan jutaan pasien lain, dan membantu dokter dengan memberikan perkiraan tentang apa penyebabnya timbulnya gejala.
Semua itu bisa dilakukan dalam hitungan detik atau bahkan kurang. Algoritma augmented intelligence juga dapat memeriksa gambar radiologi ratusan kali lebih cepat daripada manusia, dan mereka dapat membantu para ahli manusia dalam membantu lebih banyak pasien.
Dalam pendidikan, augmented intelligence dapat membantu guru dan peserta didik. Misalnya, memonitor reaksi dan interaksi siswa selama pelajaran dan membandingkan data dengan data historis yang telah mereka kumpulkan dari ribuan siswa lainnya. Kemudian, mereka bisa mengetahui mana para siswa yang berpotensi tertinggal dan yang berkinerja baik.
Untuk guru, augmented intelligence akan memberikan umpan balik pada setiap siswa mereka yang sebelumnya akan membutuhkan bimbingan pribadi. Ini berarti, para guru akan dapat menggunakan waktu mereka secara optimal dan menghabiskannya untuk hal yang paling bisa memberi dampak pada siswa.
Untuk para siswa, asisten augmented intelligence dapat membantu mereka meningkatkan keterampilan belajar mereka dengan memberikan materi dan latihan pelengkap yang akan membantu mereka mengisi kesenjangan di daerah-daerah tertinggal atau berpotensi menghadapi tantangan di masa depan.
Seperti yang ditunjukkan oleh contoh-contoh tersebut dan masih banyak lagi, augmented intelligence menekankan bahwa teknologi ini bukan tentang mengganti kecerdasan manusia, tetapi lebih pada memperkuat atau menambahnya dengan memungkinkan manusia untuk memanfaatkan data yang dihasilkan.
Seperti yang dipikirkan Erik Brynjolfsson dan Andrew McAfee, dalam Harvard Business Review, keduanya mengatakan, “Selama dekade berikutnya, augmented intelligence tidak akan menggantikan seorang manajer. Tetapi manajer yang menggunakan augmented intelligence akan menggantikan manajer yang tidak menggunakan augmented intelligence.” (E03)