Titik Temu
Bali Fab Fest Dimulai! Kolaborasi Jaringan Global Fabrikasi Digital untuk Mendorong Lahirnya Tukang 4.0 dan Bengkel 4.0 di Indonesia
Editorial Cast | 10.12.2022

Bali Fab Fest, sebuah perhelatan global yang mempertemukan para makers dan pegiat fabrikasi digital, dibuka hari ini di Jimbaran Hub, Jimbaran, Bali! Kegiatan berskala internasional ini akan diadakan selama 10 hari, hingga tanggal 22 Oktober 2022.

Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif Fab City, sebuah inisiatif fabrikasi digital global yang telah berjalan di 41 kota di dunia dan telah melahirkan 2.000 fab lab (laboratorium fabrikasi) di berbagai negara. Ekosistem-ekosistem fabrikasi lokal di berbagai negara ini terhubung pada sebuah jaringan global yang memungkinkan kolaborasi dan pertukaran pengetahuan.

Bali Fab Fest merupakan ajang Fab City pertama di kawasan Asia Tenggara. Dengan adanya perhelatan ini, Bali akan bergabung dengan jaringan Fab City global bersama 41 kota lainnya di berbagai negara di dunia.

Mendorong lahirnya Tukang 4.0 dan Bengkel 4.0

Salah satu misi dari Bali Fab Fest adalah mendorong pertumbuhan sumber daya manusia (SDM) ekonomi kreatif di Indonesia, khususnya di bidang fabrikasi digital, sekaligus mendukung pertumbuhan ekosistem inovasi lokal dengan menghubungkan mereka ke jaringan global.

Dengan terhubung ke ekosistem inovasi global, sektor ekonomi kreatif di Indonesia dapat meningkatkan daya saing dalam menghadapi perkembangan yang terjadi di tingkat global. Kemampuan di bidang fabrikasi yang memanfaatkan teknologi terkini serta jaringan global–atau yang dikenal dengan istilah fabrikasi digital–diharapkan akan melahirkan “Tukang 4.0”, yakni SDM fabrikasi dengan kapasitas dan wawasan yang lebih luas dan terlepas dari stereotip “tukang” yang ada sekarang. 

Keberadaan para Tukang 4.0 ini dimungkinkan dengan hadirnya Bengkel 4.0, yaitu makerspace dan fab lab (fabrication laboratory) dengan kemampuan fabrikasi hyperlocal yang terhubung dengan ekosistem global, yang mengutamakan kearifan lokal untuk memenuhi kebutuhan spesifik di lokasi tersebut, meskipun dengan rancangan yang bisa berasal dari manapun di seluruh dunia.

Think global, fabricate local

Ilham Habibie, Steering Committee of Bali Fab Fest, mengatakan, “Saat ini tidaklah cukup jika kita hanya menghubungkan SDM lokal ke jaringan global. Kita juga harus menjadi bagian dari jaringan tersebut dan membangun simpul-simpul fabrikasi di berbagai daerah. Bali Fab Fest membuka akses bagi Bengkel 4.0 dan setiap Tukang 4.0 di setiap daerah untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan orang dari berbagai disiplin, membuat prototipe untuk kebutuhan lokal, sambil terhubung ke jaringan global.” 

Selain itu, Tomas Diez, Executive Director of Fab Foundation dan Founding Partner of Meaningful Design Group, menyampaikan bahwa Bali Fab Fest juga bertujuan untuk melahirkan solusi berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan lokal, sekaligus tantangan global yang dihadapi di Indonesia, dan di Bali secara khusus. 

“Saat ini ada banyak tantangan global yang sedang dihadapi berbagai negara, termasuk tantangan lingkungan dan iklim, serta ekonomi dan sosial. Pemanfaatan fabrikasi digital dan inisiatif lokal berperan penting untuk menemukan solusi berkelanjutan atas tantangan-tantangan tersebut,” ujar Tomas. 

Ia menyampaikan bahwa ide fundamental di balik fabrikasi digital adalah ‘think global, fabricate local‘, yaitu berpikir global dan melokalisasi produksi kebutuhan di daerah kita.

“Saya rasa Indonesia adalah contoh yang bagus untuk dunia karena memiliki kapasitas manufaktur lokal yang kuat. Banyak negara di dunia, produksinya di berbagai tempat yang jauh jaraknya, barang-barang tersebut kemudian diimpor ribuan kilometer, mengkonsumsi bahan bakar fosil dan hal itu menyebabkan sebuah wilayah ketergantungan dengan wilayah lain,” papar Tomas.

Menurutnya, rantai pasokan yang saling bergantung bisa terganggu oleh bermacam masalah, mulai dari konflik antar negara hingga perubahan iklim. Maka, semakin kuat kapasitas produksi lokal, semakin tangguh sebuah wilayah bisa memproduksi untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan teknologi bisa membantu mewujudkan hal itu.

“Kemampuan (memproduksi secara lokal) ini tak hanya berguna di masa pandemi atau pascapandemi, tapi menjadi kekuatan untuk menghadapi situasi krisis di masa depan,” kata Tomas.

Di fab lab, ia menambahkan, semua yang dibuat akan bersifat open source sehingga akan tersedia bagi siapapun untuk mereplikasi, menggunakan, dan mengaplikasikannya. Dengan begitu, sebuah inovasi diharapkan bisa berguna bagi wilayah mana saja yang membutuhkannya, meski berangkat dari solusi untuk masalah lokal.

Dukungan Pemerintah

Perhelatan Bali Fab Fest sejalan dengan program pemerintah, khususnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), untuk meningkatkan daya saing SDM di Tanah Air. 

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengatakan bahwa pelaku industri kreatif di Indonesia, termasuk tukang dan perajin, saat ini sudah banyak yang diakui keahliannya di tingkat dunia. “Bayangkan jika mereka dapat mengakses peranti yang lebih beragam seperti 3D printer atau virtual reality untuk kebutuhan prototyping maupun visualisasi sebelum membuat karyanya.”

“Kita berada di era Industri 4.0, sebuah masa di mana SDM dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi digital. Istilah ‘tukang’ di masa ini pun dapat dikembangkan menjadi Tukang 4.0, yakni pekerja kreatif di sektor fabrikasi yang mampu memanfaatkan teknologi digital dan terhubung dengan jaringan global,” kata Sandiaga.

Ia berharap kehadiran Bali Fab Fest dapat mendorong lahirnya Bengkel 4.0 dan Tukang 4.0 di banyak daerah di Indonesia. Dengan adanya akses ke jaringan global, mereka dapat memanfaatkan rancangan dari berbagai wilayah di seluruh dunia untuk melahirkan solusi bagi permasalahan di daerah mereka masing-masing sambil tetap mengutamakan kearifan lokal. (E02)