Titik Temu
Bahan Bangunan di Masa Depan, Daur Ulang Beton hingga Sampah Kartu ATM 
Editorial Cast | 03.08.2022

Para peneliti dan ilmuwan telah menciptakan ragam bahan bangunan inovatif untuk masa depan, tentunya yang lebih ramah lingkungan. Bahan bangunan ini ada yang dibuat dari daur ulang sampah yang mungkin tidak terpikirkan oleh kita. 

Industri konstruksi memang membutuhkan bahan bangunan inovatif dan solusi berkelanjutan untuk memenuhi persyaratan ekologis dan ekonomi yang kompleks di masa depan. Berikut ini adalah tiga bahan bangunan inovatif untuk masa depan, yang dapat merevolusi sektor konstruksi. 

Daur ulang beton 

Bisakah kita mendaur ulang beton? Jawabannya, bisa! Beton dapat didaur ulang dengan menggilingnya, kemudian menggunakan saringan untuk memisahkan bahan halus dan kasar, magnet untuk menghilangkan baja, dan pengapungan air untuk menghilangkan bahan lain yang tidak diinginkan. 

Beton yang sudah melalui proses daur ulang ini kemudian dapat digunakan untuk membentuk sub-base hardcore di bawah struktur baru, kerikil untuk jalan setapak atau jalan masuk, atau bahkan dijadikan sebagai agregat untuk beton baru.

Dengan mendaur ulang beton, kita bisa sedikit mengurangi kerusakan lingkungan. Melihat dari bahan-bahan campurannya, bahan pembuatan beton diambil dari alam secara langsung. Karenanya, jika pengambilan ini dilakukan secara terus-menerus, akan berpotensi merusak keseimbangan lingkungan. Jika kerusakan lingkungan ini terjadi, yang dirugikan adalah warga atau penduduk sekitar tempat pengambilan bahan-bahan tersebut.

Di Indonesia, tiga mahasiswa Universitas Muhamadiyah Malang, Jawa Timur, terpikir menerapkan ide ini untuk bahan bangunan alternatif. Ketiga mahasiswa tersebut, Nurman Handitya, Irfan Maulana, dan Oval Mufarid, mengolah beton melalui tiga tahap. 

Pertama, bongkahan-bongkahan beton yang telah tidak digunakan ini dihancurkan secara manual sampai berukuran cukup kecil. Kedua, setelah bongkahan-bongkahan beton dihancurkan, kemudian dimasukan ke dalam mesin penghancur sehingga menjadi ukuran yang lebih kecil lagi.

Ketiga, setelah dari mesin penghancur, beton yang telah hancur tersebut kemudian disaring hingga mendapatkan beton dengan beragam ukuran mulai dari yang kasar hingga paling halus. Dan materi tersebutlah yang kemudian akan diolah menjadi beton daur ulang tanpa ada yang terbuang.

Mengolah sampah plastik kemasan

Di tangan Ovy Sabrina dan Novita Tan pendiri Rebricks, sampah plastik kemasan bisa diubah menjadi bahan bangunan. Berawal dari keresahan melihat sampah plastik yang mencemari laut Indonesia, dua orang sahabat ini punya ide mengubah kantong kresek dan kemasan sampo menjadi paving block.

Mereka memulai usaha tersebut sekitar tahun 2018, dengan mendatangi warung-warung makanan di Jakarta untuk berburu sampah kemasan dari kopi instan, bungkus mi instan, dan kantong kresek bekas.

Berkat media sosial, aksi mereka mendapat perhatian. Kini, mereka malah mendapat kiriman sampah kemasan dari para donor di seluruh Indonesia. Setiap hari, mereka menerima kiriman sampah tanpa henti dan memenuhi pabrik kecil Rebricks di Jakarta.

Sampah kemasan yang terkumpul di pabrik, kemudian dicacah oleh para pekerja Rebricks menjadi serpihan kecil. Cacahan plastik ini kemudian dicampur dengan semen dan pasir, lalu dicetak menjadi bahan bangunan seperti paving block

Kelihatannya memang seperti bata beton biasa. Namun jika sudah dilepas dari cetakannya, maka terlihat cacahan plastik yang tercampur. Dua pengusaha perempuan ini mengaku metode yang mereka tempuh sebenarnya adalah untuk mengalihfungsikan limbah yang seharusnya berakhir di tempat pembuangan sampah atau lautan. Sejauh ini, mereka sudah mengolah sekitar empat ton sampah, dan jumlah ini akan terus bertambah. 

Paving block dari kartu ATM

Pergantian chip untuk seluruh kartu, kartu yang tertelan mesin ATM, dan kartu rusak atau hilang, memunculkan masalah timbunan sampah kartu bekas. BCA punya ide untuk mengolahnya menjadi paving block dan bata beton. 

Gebrakan ini dilakukan BCA pada 2021. Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim mengatakan, inisiatif daur ulang kartu ini terkumpul sebanyak 938 kilogram. Limbah kartu tersebut didaur ulang menjadi paving block yang digunakan di gedung BCA. Menariknya, tak ada satu pun komponen yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).

Limbah yang didaur ulang bukan hanya kartu debit, melainkan juga kartu kredit. Soal keamanan, BCA mengatakan nasabah tak perlu khawatir, karena pihaknya selalu memperhatikan keamanan data privasi nasabah dengan melakukan penyegelan. 

Setelah melewati proses insinerator, limbah kartu didaur ulang menjadi fly ash sebagai bahan campuran pencetakan paving block. Selanjutnya, dilakukan proses pencetakan paving block dengan bahan campuran dari fly ash

Setelah itu, paving block hasil daur ulang limbah kartu BCA digunakan di area parkir gedung cabang BCA. Selain limbah kartu yang didaur ulang, BCA juga mendaur ulang mesin EDC (Electronic Data Capture) dengan berat 4,4 ton yang sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Dari 4,4 ton sampah mesin tersebut, BCA mengklaim hanya tersisa 5% komponen yang berakhir di TPA. (E03)