Titik Temu
Bagaimana Metaverse Mengubah Masa Depan Kehidupan Manusia 
Editorial Cast | 10.07.2022

Dalam setahun terakhir, pembahasan soal metaverse terus mengemuka. Teknologi masa depan ini berhasil menarik perhatian banyak pihak, tidak hanya mereka yang berkecimpung di industri digital, pelaku bisnis, tapi juga para pemangku kebijakan. 

Di Indonesia sendiri, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mendorong pengembangan metaverse yang kolaboratif dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Terlebih, metaverse diprediksi berpeluang untuk diterapkan di banyak hal. 

Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di Muktamar PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) ke-34 pada Desember 2021 bahkan menyebut metaverse bisa digunakan untuk kebutuhan dakwah dan pengajian di masa depan. Karenanya, ia meminta seluruh warga NU bisa mengantisipasi kemajuan teknologi ini. 

Selain itu, dalam Presidensi G20 Indonesia akan memanfaatkan metaverse untuk memvisualisasikan perjalanan digital di Tanah Air. Lewat program Digital Economy Working Group (DEWG), Kementerian Kominfo akan menghadirkan Digital Transformation Expo (DTE) sebagai etalase pencapaian dan usaha Indonesia dalam melakukan akselerasi transformasi digital. 

Langkah ini juga diambil sekaligus untuk menarik investasi di sektor digital dalam ajang Presidensi G20 Indonesia. Nantinya, DTE akan menjadi acara sampingan pamungkas DEWG dan digelar bersamaan dengan G20 Leader’s Summit pada 15 dan 16 November 2022.

Dampak ekonomi metaverse

Meski metaverse sudah banyak dibicarakan, tapi istilah ini belum terlalu awam bagi sebagian orang. Secara garis besar, metaverse merujuk pada ruang digital sebagai ekspansi dunia nyata yang bisa diakses lewat perangkat, baik VR (Virtual Reality) headset, AR (Augmented Reality) headset, hingga desktop

Kendati masih baru, proyeksi terhadap perkembangannya sangat menjanjikan. Dalam acara Indonesia Data and Economic Conference 2022 bertajuk “How will Metaverse Change the World yang diadakan oleh Katadata, Direktur Pemberdayaan Informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Bonifasius Wahyu Pudjianto menuturkan, riset menunjukkan bahwa metaverse memiliki dampak ekonomi yang besar yang di masa depan. 

Menurutnya, berdasarkan riset yang dilakukan PwC, teknologi VR dan AR bisa meningkatkan PDB (Produk Domestik Bruto) sebesar USD 1,4 triliun pada 2030. Tidak hanya itu, teknologi VR dan AR juga memberikan dampak pada penciptaan pekerjaan baru yang belum ada sebelumnya. 

“Data juga menunjukkan ada peningkatan tenaga kerja di 2019, sejumlah 824 ribu pekerjaan yang dikaitkan dengan VR dan AR. Namun dari proyeksi yang dilakukan pada 2030, ada 23,3 juta pekerjaan baru terkait VR dan AR. Itu kalau dihitung ada peningkatan 29 kali,” tutur Bonifasius.

Yang menarik, ia juga menuturkan berdasarkan riset dari JP Morgan, metaverse akan menyusup ke semua lini ekonomi dan diperkirakan akan mencapai nilai USD 1 triliun per tahun. Riset itu juga memperkirakan, 25 persen masyarakat akan menghabiskan 1 jam sehari di metaverse pada 2026. 

“Itu untuk berbagai macam ya, mulai bekerja atau berbelanja, tapi lebih banyak untuk belajar atau pendidikan. Lalu untuk kebutuhan sosial, masyarakat juga akan menikmati hiburan lewat metaverse. 30 persen dari organisasi di dunia juga akan memiliki layanan atau produk yang bisa diakses di metaverse,” lanjutnya. 

Makin populer di masa depan

Sementara itu, Co-Founder sekaligus CEO WIR Group Michael Budi menuturkan, metaverse–terutama AR dan VR–akan semakin siap hadir untuk mass market. Alasannya, kini banyak perusahaan besar yang ingin menghadirkan perangkat metaverse dengan harga lebih terjangkau, seperti Meta, termasuk perusahaan teknologi lain. 

“Terminologi metaverse dalam hal teknologi AR dan VR sebenarnya sudah dimulai sejak cukup lama, tapi memang untuk kebutuhan korporat, bukan mass market. Nah, ini perubahannya. Perubahan besar semakin mencoba menyiapkan pondasinya, karena pengguna paling banyak Gen-Z dengan entry-level gamification,” tutur Michael. 

Ia menambahkan, ke depannya metaverse akan terbuka untuk lebih banyak pihak, tidak hanya korporat. Jadi, perseorangan juga bisa menciptakan sesuatu untuk melengkapi ekosistem metaverse di masa depan. Apalagi dengan kehadiran 5G, konten yang dihasilkan bisa lebih imersif. (E04)