Titik Temu
Apa Itu Web3, Era Baru Internet Masa Kini 
Editorial Cast | 10.03.2022

Internet yang kita gunakan terus berevolusi di setiap zamannya. Kini, internet telah memasuki generasi ketiga yang disebut Web3. Apa itu Web3? 

Diciptakan pada tahun 1990-an, internet yang saat itu disebut Web1.0, bersifat terbuka. Dalam perkembangannya, sejak 2000-an hingga sekarang, internet yang kita gunakan adalah Web2.0. Para raksasa teknologi seperti Google dan Facebook (kini bernama Meta) memiliki pengaruh besar. Mereka juga membangun infrastruktur dalam sebuah situs.

Dalam perkembangannya, internet kini telah berkembang menjadi media baru yang mencakup hampir semua format konten, mulai dari audio, foto, video, dan game–semua menjadi terintegrasi ke dalam web. Jumlah pengguna internet pun terus bertambah. Saat ini ada lebih dari 5 miliar pengguna internet atau sekitar 63% dari populasi dunia.

Namun, para kritikus mulai mempertanyakan dominasi web saat ini oleh sejumlah perusahaan “teknologi besar” yang dengan kedok menyediakan layanan gratis, sebenarnya mengumpulkan data pribadi pengguna dan memanfaatkannya untuk keuntungan besar. Atas alasan itu salah satunya, evolusi internet menawarkan Web3. 

Web3 adalah internet generasi penerus Web2.0 yang menerapkan sistem desentralisasi dan demokrasi. Desentralisasi adalah  suatu bentuk pemberian kewenangan kepada unit-unit atau pengelola-pengelola dengan tingkat kewenangan lebih rendah di dalam suatu struktur organisasi. Tujuannya untuk membentuk delegasi yang mampu mengadakan pengambilan keputusan secara mandiri. 

Dengan desentralisasi, para pemain besar di dunia maya seperti Google, Meta, Microsoft, dan Amazon misalnya, tidak lagi mendominasi. Web3 juga diklaim menawarkan web yang lebih aman dan terdesentralisasi dengan memanfaatkan blockchain, cryptocurrency, dan NFT. Beberapa kalangan berharap Web3 akan lebih memberikan privasi, skalabilitas, dan keamanan yang saat ini hilang.

Perbedaan Web3, Web2.0, dan Web1.0

Konsep Web3 mungkin membingungkan sebagian orang dan sulit dipahami. Mari kita lihat perbedaannya dengan Web2.0, dan Web1.0.  

Web1.0

Versi pertama internet kadang-kadang disebut “web statis” atau “read only“. Sebutan ini muncul karena internet generasi pertama terdiri dari halaman web yang hanya bisa dibaca dan tidak memiliki banyak fitur interaktif.

Saat itu, Web 1.0 punya tampilan yang sangat sederhana, tidak banyak yang bisa dijelajahi. Adapun kontennya dibuat oleh beberapa orang tertentu saja, dan informasi di internet saat itu masih sulit ditemukan.

Situs web pertama diciptakan Tim Berners-Lee. Situs tersebut online untuk pertama kalinya pada 6 Agustus 1991.

Web2.0

Web2.0 yang kita pakai sekarang, disebut sebagai internet yang lebih dinamis. Pada Oktober 2004, O’Reilly Media dan MediaLive menyelenggarakan konferensi Web 2.0 pertama untuk menyoroti sejumlah aplikasi perangkat lunak baru yang dibangun di web.

Akhir 2005, YouTube diluncurkan. Situs berbagi video ini menjadi bagian besar dari revolusi Web 2.0 sekaligus menandai era baru internet dengan konten yang dinamis. 

Pengguna internet dapat berinteraksi dengan halaman web, berkomunikasi satu sama lain, dan membuat konten sendiri. Fungsi ini disebut “read and write“. 

Bagi banyak orang, perubahan terbesar era ini adalah kemunculan media sosial, menyusul kemudian smartphone dengan dirilisnya iPhone pertama di tahun 2007.

Sejak saat itu, internet bisa diakses kapan saja, di mana saja lewat smartphone. Siapa saja bisa membuat, berbagi, dan mengomentari konten secara langsung dalam genggaman tangan, seperti yang kita alami sekarang. 

Web3

Dikutip dari CNBC Internasional, Web3 diciptakan oleh co-founder Ethereum, Gavin Wood, pada 2014. Web2.0 yang saat ini mendominasi, memungkinkan adanya monopoli di layanan internet. 

Wood menilai bila terjadi suatu kesalahan, akan berdampak ke banyak orang. Masalah privasi dan kepercayaan pengguna internet terhadap pihak yang berada di balik layanan juga menjadi sorotan. 

Maka, Web3 hadir dengan ide memastikan setiap sumber daya di internet dapat diidentifikasi, dilacak, dan dibaca oleh komputer dalam satu web yang disebut Web Semantik

Teknologi tersebut menghubungkan jaringan terdesentralisasi yang sudah dikembangkan sebelumnya. Karenanya, transaksi di Web3 kebanyakan menggunakan mata uang kripto.

Sebagai gambaran, di generasi Web2, pengguna internet bisa membeli item digital apapun dalam suatu situs. Namun item tersebut bisa hilang jika pembuat situs menutup layanannya atau bahkan menghapus data pengguna. 

Sedangkan di Web3, kepemilikan item bersifat langsung melalui non-fungible token atau NFT. Jadi, ketika pengguna ingin berhenti menggunakan layanan atau item di dalamnya, mereka bisa menjual item miliknya di pasar open source

Fitur utama Web3 

Berikut ini adalah beberapa teknologi atau fitur utama Web3 yang sudah mulai kita gunakan. 

1. DeFi 

DeFi bertujuan untuk merevolusi sektor keuangan, menghilangkan kebutuhan akan otoritas pusat seperti bank, pemroses pembayaran, dan perantara lainnya. Sistem keuangan peer-to-peer sepenuhnya bergerak di blockchain.

Para pendukung teknologi ini berpendapat, pendekatan ini akan mengurangi biaya, meningkatkan kecepatan transaksi, dan mengalokasikan modal secara lebih efisien. Seperti kebanyakan aplikasi Web3, transparansi juga ditingkatkan, mengingat semua jumlah pinjaman, jaminan, dan data lainnya tersedia bagi siapa saja untuk dilihat di blockchain yang dapat diakses publik.

2. NFT

Non-fungible token (NFT) alias token yang tidak dapat dipertukarkan adalah kelas aset digital yang hidup di blockchain. Setiap NFT unik, karenanya tidak dapat dipertukarkan. 

Mereka yang mendukung teknologi ini melihat berbagai macam aplikasi penggunaan yang potensial untuk NFT. Sejauh ini, penggunaan NFT yang meluas adalah untuk karya seni digital. Banyak jenis cryptocurrency yang diperdagangkan mendukung NFT di blockchain mereka. Beberapa contohnya termasuk Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan Avalanche (AVAX). 

3. DAO

Decentralized autonomous organizations (DAO) mungkin terdengar rumit, tetapi sebenarnya konsep dasarnya sederhana. DAO adalah grup yang dibentuk untuk tujuan bersama, dengan aturan, rencana, dan tujuannya, semuanya dikodekan di blockchain.

DAO dikendalikan oleh anggotanya. Pendukung teknologi ini mengklaim DAO tidak memiliki hierarki dan tidak ada birokrasi. Yang paling umum, mereka beroperasi berdasarkan struktur demokratis.  Para futuris mengatakan Web3 akan menjadi bagian penting dari evolusi internet yang terus berkembang. 

Saat ini, Web3 memang sedang dalam tahap baru lahir. Namun ke depannya, Web3 diprediksi akan umum digunakan seperti kita memakai internet saat ini, karena menjanjikan potensi bagi banyak hal. (E03)