Saat ini makin banyak kelompok atau komunitas yang peduli dengan lingkungan dan ikut berperan aktif mengampanyekan gaya hidup ramah lingkungan, antara lain dengan mengganti material-material yang tidak ramah lingkungan ke material organik.
Perhatian akan material ramah lingkungan itu salah satunya diangkat oleh CAST Foundation bersama British Council Indonesia, Playo, dan Applied Arts Scotland, yang berkolaborasi dalam suatu program bernama Altermatter.
Altermatter adalah program workshop Material-Centered Design yang diadakan secara online pada 3 Februari – 10 Maret 2022. Para partisipan workshop ini adalah orang-orang berpengalaman di bidang pengembangan material dan desain produk dari Indonesia dan Inggris.
Country Director British Council Indonesia Hugh Moffatt menyebutkan, British Council memiliki tugas membangun hubungan antara Indonesia dengan Inggris antara lain melalui pendidikan dan budaya. Altermatter tentu saja menjadi sangat menarik karena mereka bisa melakukan keduanya, yakni pendidikan dan kebudayaan sekaligus.
“Ini jadi salah satu program utama kami yang menghubungkan Indonesia dan Inggris terkait kerajinan. Kami punya banyak program global yang membahas seni kerajinan, namun seni kerajinan yang berkelanjutan menjadi tema utama dari program Altermatter ini,” ujarnya,
Dia mengaku tak sabar melihat hasil akhir dari karya-karya yang dipresentasikan di Altermatter, terutama karena banyak delegasi dari Indonesia yang menghubungkan karyanya dengan konsep ekonomi sirkular.
Moffatt juga sempat menyinggung bahwa pada tahun 2022, Indonesia secara resmi memegang Presidensi G20 selama setahun penuh dan ini terkait dengan berbagai upaya mewujudkan pertumbuhan global yang kuat dan berkelanjutan.
“Tentu saja ini adalah bidang yang menarik bagi ekonomi kreatif. Ide-ide yang dipresentasikan di sini saya harapkan bisa menarik minat banyak kalangan terutama komunitas bisnis dan dari sisi politik juga bisa melihat nilai seni dan budaya yang disampaikan,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu pendiri CAST Foundation, Ilham Akbar Habibie, menyampaikan bahwa dengan melihat Altermatter kita bisa belajar banyak mengenai bagaimana merancang dan pada dasarnya membentuk masa depan Bumi yang berkelanjutan.
“Material alternatif menurut saya adalah sesuatu yang belum cukup mendapat perhatian, meskipun jelas bahwa masalah atau tantangan itu kita hadapi dengan melihat konsep-konsep seperti ekonomi sirkular atau ekonomi regeneratif. Ini akan secara otomatis mendorong kita bagaimana menggunakan atau menggunakan kembali apapun yang kita konsumsi dan gunakan untuk proses produksi,” ujarnya.
Menurut Ilham, salah satu aspek penting dari workshop Altermatter adalah melihat potensi material yang berasal dari limbah yang tidak digunakan lagi, atau bahan yang tersedia di alam. Bahan ini tak hanya bisa dimodifikasi tetapi juga memiliki makna secara budaya dan penggunaannya akan sangat berguna dalam menunjang kehidupan kita sehari-hari.
“Yang kita lakukan di CAST adalah penciptaan atau kolaborasi kreatif. Sangat menarik melihat partisipan di sini berasal dari dua negara. Kita bisa berkolaborasi secara intensif dan kreatif, dan saya harap hasil dari proyek tersebut lebih berkembang dan menjadi hal-hal yang membentuk masa depan kita, serta membuatnya berkelanjutan, sejalan dengan isu G20 tahun ini–bagaimana ini akan membantu kita menghadapi krisis iklim,” imbuhnya.
Partisipan yang terseleksi mengikuti program ini, dipasangkan untuk bekerja sama mencari solusi dari tantangan mengembangkan produk keseharian menggunakan material alternatif. Mereka memperlihatkan sebuah konsep model 3D dari produk yang mereka rancang sebagai hasil akhirnya.
Ada lima kelompok dari hasil seleksi program ini:
The Dimple. Proyek ini merupakan respons terhadap puntung rokok sebagai salah satu limbah konsumsi terbesar di dunia. Limbah ini kemudian direinterpretasi menjadi material dan produk alternatif yang dapat digunakan untuk kebutuhan arsitektur dan interior.
WeaveWave. Bagaimana jika teknik menenun menggunakan serat alam seperti tanaman Mokuna? Inilah yang coba dijawab oleh proyek WeaveWave, yang juga berpotensi untuk digunakan dalam produk sehari-hari.
Soft Edges. Jika ada satu bahan dari alam yang dapat mempengaruhi lingkungan, itu adalah mycelium. Melalui eksperimen yang dilakukan proyek ini, mycelium dan kayu berpadu menjadi produk baru yang unik.
Seazzle. Produk ini bisa jadi puzzle, bisa juga mainan building block. Seazzle adalah proyek yang menjawab masalah lokal limbah kerang dengan mengolahnya menjadi mainan yang interaktif, menyenangkan, dan edukatif untuk anak-anak.
Bonding Bamboo. Sebagai salah satu sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan sebagai produk kerajinan, bambu juga menghasilkan limbah mikro. Melalui proyek ini, limbah tersebut dikembangkan menjadi bentuk dan produk alternatif lain yang potensial.
Dalam rangkaian Altermatter Project juga diadakan Altermatter Webinar, sebuah program kolaboratif yang mendorong munculnya diskusi dan kolaborasi antara makers dan desainer dalam memproduksi produk berkelanjutan dalam fungsi dan material yang digunakan.
Webinar ini mengundang empat pembicara dari Indonesia dan Inggris, yang membahas mengenai titik temu dari desain produk, material alternatif, keberlanjutan, dan storytelling. (E03)
Adam Davies, Alistair Byars, altermatter, Applied Arts Scotland, Bonding Bamboo, British Council Indonesia, CAST Foundation, Diaz Adisastomo, Febryan Tricahyo, Hannah Jones, Hugh Moffatt, Ilham Akbar Habibie, Jennifer Stewart, Material-Centered Design, Mega Puspita, Mohamad Taufaniari, Olivia Aspinall, Playo, Seazzle, Soft Edges, The Dimple, Verra Febrianti Musriana, WeaveWave,