Titik Temu
Adaptasi Pandemi, Media Art Globale 2021 Hadir Lewat Hybrid Exhibition 
cast | 09.09.2021

Media Art Globale (MAG) kembali hadir. Beradaptasi dengan situasi pandemi, tahun ini, festival seni berbasis sains dan teknologi tersebut disajikan lewat hybrid exhibition

“Adaptasi adalah pilihan untuk bertahan hidup. Kita memperluas hal ini ke budaya, lingkungan, proses kehidupan, warisan, sistem, dan prioritas kita,” kata Mona Liem selaku Direktur Program dan Artistik MAG21 dalam konferensi pers virtual, Rabu (8/9/2021). 

Bertajuk “Infinity: an Adaptation Movement of Garden Indonesia“, pameran yang digelar oleh Connected Art Platform (CAP) bekerja sama dengan M Bloc Group ini berangkat dari fakta bahwa geliat seni di masa pandemi tetap menggelora. Karena alasan itu, MAG21 hadir dalam format hybrid yang menggabungkan ekshibisi offline dan online

Adapun pameran MAG21 kali ini juga merupakan sebuah wujud kolaborasi internasional dengan Ars Electronica Festival yang berpusat di Austria sejak 1979, sebuah proyek dengan fokus kemunculan revolusi digital melalui hubungan seni, teknologi, dan masyarakat.

Head of Festival Ars Electronica, Austria, Christl Baur, mengaku antusias dengan gelaran pameran seni, sains, dan teknologi ini, yang diadakan secara serentak bersama 80 kota lainnya di dunia, selama 5 hari berturut-turut.

“Bersama-sama kita menganalisa, menginvestigasi mengenai bagaimana teknologi baru membentuk kehidupan kita dan bagaimana kinerja dari dunia digital. Bagaimana terciptanya koneksi dengan komunitas internasional dan mengambil bagian dalam Culture-Action ini,” ajaknya dalam sambutannya khusus untuk Media Art Globale.

Gandeng 6 seniman

Mona menyebutkan, pengusungan tema “Infinity” dan gerakan adaptasi ini merupakan respons pada tajuk Ars Electronica “A New Digital Deal” dengan menampilkan sekaligus memroses sebuah peristiwa di mana seni, sains, dan teknologi saling bersinggungan dalam kehidupan komunitas dan gerakan masyarakat di Indonesia.

“Melalui pameran hybrid ini, MAG21 mempersembahkan sebuah pameran di mana khalayak dapat belajar, interaksi, bereksperimen maupun membuat suatu karya, produk atau jasa, ataupun berinovasi yang merupakan sebuah bentuk adaptasi. Sementara infinity menandakan sebuah gerakan bertahan orang-orang pada bidangnya masing-masing,” kata Mona. 

Dia pun memberikan sedikit bocoran mengenai enam seniman yang akan terlibat dalam pameran ini. Mereka adalah: 

  • Ady Setyawan dan Ratna Djuwita dengan kepeduliannya terhadap isu lingkungan dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari
  • Kolektif Nantlab yang menjawab tantangan perkotaan di Jakarta
  • URB-SENSE memperkenalkan produksi partisipatif dari peta mental virtual kota pada jarak sosial mereka
  • Widi Pangestu menggunakan proses dalam karyanya: air dan oksigen sebagai simbol ketidakkekalan dalam hidup dan bagaimana manusia takut akan ketiadaan internet sebagai O2 atau air
  • Utami A. Ishii mengangkat sambal yang biasanya sebagai lauk pauk di Indonesia menjadi media eksperimen ilmiah di bawah mikroskop, dan akan menjadi karya seni interaktif di antara penonton di lokasi pameran
  • Despora dengan Collective Concession merefleksikan bagaimana manusia di era ini memaknai permainan tradisional menjadi instalasi interaktif. 

Karena digelar secara hybrid, penyelenggaraan acara yang juga menghadirkan simposium, workshop, hingga video screening ini dibagi menjadi dua. Acara online berlangsung pada tanggal 8-12 September 2021, bisa disaksikan di www.mediaartglobale.com dan www.arselectronica.art. Sementara acara offline digelar pada 10-24 September 2021 di M Bloc Space (Jakarta Selatan), Pos Bloc Jakarta (Jakarta Pusat), dan JNM Bloc (Yogyakarta).