Berbagai cara dilakukan masyarakat peduli lingkungan di dalam maupun luar negeri untuk mengolah sampah agar bisa dimanfaatkan. Selain bisa mengurangi jumlah sampah, upaya ini sekaligus menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomis.
Berbagai negara di dunia berlomba mewujudkan inovasi dan beragam cara pengolahan sampah yang efisien. Berikut ini beberapa contoh mengupayakan sampah menjadi material terbarukan demi lingkungan yang lebih sehat di masa depan.
Jepang adalah negara yang jadi panutan dalam hal klasifikasi sampah. Di Negeri Matahari Terbit ini, sampah diklasifikasikan menjadi delapan jenis berdasarkan komponen penyusunnya. Bahkan, satu botol plastik saja dibagi menjadi tiga jenis sampah yaitu sampah tutup botol, sampah label kemasan, dan sampah botol. Masyarakat harus memilah sampah plastik secara mandiri kemudian membuangnya pada tempat sampah yang tepat.
Selanjutnya, sampah-sampah tersebut akan diangkut ke bank sampah untuk diolah. Misalnya, sampah plastik yang sudah dipadatkan bisa diolah menjadi benang fiber untuk bahan baku pakaian. Sedangkan sampah botol kaca diolah menjadi bahan paving jalan atau botol kaca baru. Proses pemilahan dan pengolahan sampah tersebut efektif membuat jumlah sampah di Jepang berkurang drastis.
Swedia termasuk salah satu negara yang sukses menerapkan konsep pengelolaan sampah secara efektif. Masyarakat Swedia diajak aktif memilah jenis sampah sebelum membuangnya ke tempat sampah. Selain itu, Swedia juga menerapkan pant system berupa penghargaan dalam bentuk uang untuk setiap masyarakat yang menyerahkan botol atau kaleng bekas ke bank sampah yang sekaligus berfungsi sebagai pusat daur ulang.
Lebih dari 50% sampah di Swedia dibakar dengan temperatur tinggi untuk menghasilkan energi listrik dan panas. Abu hasil pembakaran sampah tersebut dimanfaatkan untuk bahan konstruksi jalan. Saat ini, Swedia bahkan harus mengimpor sampah dari negara tetangga terdekatnya untuk dijadikan sumber energi, karena jumlah sampah di Swedia berkurang drastis.
Hong Kong termasuk negara yang kreatif mengolah sampah. Negara ini dulunya memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bernama Sai Tso Wan yang kapasitasnya mencapai 1,6 juta ton.
Pada tahun 1981, TPA Sai Tso Wan ditutup dan ditimbun dengan tanah. Selanjutnya, lahan TPA tersebut dialihfungsikan menjadi taman bermain yang resmi dibuka tahun 2004. Taman bermain tersebut memiliki turbin angin, sel surya, dan sumber energi berbahan metana dari residu sampah-sampah yang membusuk.
Selain Hong Kong, ada juga Uganda. Seorang seniman dan aktivis lingkungan Uganda bernama Ruganzu Bruno memprakarsai pendirian taman bermain dari bahan dasar sampah. Hampir semua wahana dan dekorasi di taman bermain tersebut terbuat dari sampah.
Kehadiran taman bermain ini tidak hanya efektif memanfaatkan sampah, tapi juga dapat digunakan sebagai sarana edukasi bagi anak-anak agar peduli terhadap isu lingkungan dan manfaat bank sampah sejak usia dini.
Korea Selatan memaksimalkan bank sampah untuk mengumpulkan sumber energi penghasil listrik. Di Seoul, terdapat lima pabrik pembangkit tenaga listrik berbahan sampah. Teknologi yang mampu mengubah sampah menjadi listrik ini disebut direct combustion.
Sejumlah sampah plastik dikumpulkan dan dibakar dengan suhu tertentu hingga menghasilkan energi panas yang sangat besar. Energi yang dihasilkan sampah kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan uap air yang memutar turbin untuk menghasilkan listrik.
Di Indonesia, ada cara kreatif pengolahan sampah yang diinisiasi oleh Playo lewat proyek Material Labrary. Para pendiri Playo yang terdiri dari Adil Alba, Genie Anggita, dan Ilhamia Nuantika menggagas Material Labrary sebagai proyek pengarsipan hingga pertukaran pengetahuan tentang material alternatif dan terbarukan sebagai bagian dari peningkatan inovasi produk interdisipliner.
Material Labrary tak hanya mengkurasi material yang berkelanjutan dari limbah, tapi juga dari komoditas material yang tersedia secara lokal di sekitar kita.
Dalam misinya menjaga ekosistem yang sehat, Matrial Labrary selain melakukan pengarsipan juga berfungsi sebagai laboratorium yang ke depannya akan berkolaborasi dengan para desainer produk dalam menghasilkan produk-produk baru yang berkelanjutan baik secara material, fungsional, juga perlindungan intelektual. (E03)