Titik Temu
5 Ide Material Alternatif untuk Kurangi Jejak Karbon 
Editorial Cast | 06.03.2022

Dalam beberapa tahun belakangan, banyak orang yang sadar akan masalah lingkungan sehingga mereka mulai memikirkan jejak karbon mereka. Salah satunya dengan beralih ke material alternatif yang lebih ramah lingkungan dibanding material konvensional. 

Bermacam material alternatif hasil penemuan para inovator ini, diterapkan untuk bermacam keperluan, mulai dari bahan bangunan untuk rumah, hingga pakaian. Meski material alternatif belum cukup populer di Indonesia, berikut ini beberapa material alternatif yang bisa jadi pertimbangan untuk digunakan. 

1. Bungkus lilin yang bisa dipakai berulang

Produk utama dari koleksi berkelanjutan Rainbow Bee Design yang ditawarkannya di Etsy adalah reusable beeswax wrap atau bungkus lilin yang dapat digunakan kembali. 

Berbasis di Surrey, British Columbia, toko ini menawarkan solusi penyimpanan portabel yang mudah, ramah lingkungan, bahkan tetap terlihat modis, mulai dari tas makan siang tanpa limbah yang dapat digunakan berulang kali, hingga tas jinjing ramah lingkungan buatan tangan. 

Kemasan yang dapat digunakan kembali sangat ideal untuk menyimpan makanan, karena bungkus lilin yang dapat digunakan kembali menjaga makanan agar tetap segar dan kering.

2. Karpet dari kulit palem

Tjeerd Veenhoven adalah seorang desainer asal Belanda yang telah lama bereksperimen dengan kulit palem untuk memberikan alternatif yang layak untuk penggunaan kulit hewan yang marak di pasaran. Meskipun daunnya cenderung rapuh, Veenhoven secara kreatif mengolahnya dengan gliserin dan air untuk membuat bahan ini bagus dan lembut.

Tjeerd Veenhoven memproduksi karpet yang elegan dan menarik dengan tampilan minimalisnya. Untuk membuat permadani kulit palem ini, Veenhoven meletakkan potongan-potongan kain di atas alas anyaman. Pola unik dari setiap bagian tercipta dari ketidakkonsistenan dan lipatan pada bahan itu sendiri. Oh ya, karpetnya dibuat secara handmade sehingga setiap karpet unik dan tidak ada yang sama. 

3. Lampu dari jamur 

Lampu meja jamur buatan desainer asal London, Inggris, Nir Meiri, punya arti kiasan maupun literal. Dilihat dari bentuknya, lampu ini memang didesain dalam bentuk yang mirip cendawan. Selain itu, jamur memang digunakan sebagai salah satu bahan pembuatnya. 

Dalam mencari alternatif bahan sintetis yang berkelanjutan, Meiri memanfaatkan miselium yang merupakan bagian vegetatif dari jamur. Meiri kemudian memadukannya dengan sampah kertas.

Uniknya, pembentukan lampu meja yang terbuat dari jamur ini sepenuhnya dibiarkan dan terbentuk dengan sendirinya melalui proses alami perkembangan jamur. 

4. Wadah yang bisa terurai

Dirancang oleh Emma Sicher, “From Peel to Peel” adalah solusi eco-packaging baru yang berfokus pada pembuatan tas dan wadah sekali pakai yang terbuat dari bakteri dan ragi. 

Setiap kantong dibuat dengan memfermentasi selulosa mikroba dan menciptakan kultur simbiosis bakteri dan ragi atau scoby, organisme yang sama juga digunakan dalam produksi kombucha. Bahannya dibuat dengan berbagai potongan buah dan sayuran, sehingga menghasilkan bermacam warna pada produk akhir.

Sicher berharap karyanya dalam “From Peel to Peel” pada akhirnya akan terwujud sepenuhnya dan diharapkan akan menggantikan kemasan plastik dan kertas tradisional.

Ia mengembangkan proyek ini setelah terinspirasi Bruno Munari yang mengatakan. “Alam adalah produsen kemasan pertama di dunia. Setiap kulit, cangkang atau kulit bertujuan untuk melindungi isinya.”

5. Bahan bangunan dari puntung rokok

Studio desain asal Bandung, Conture Concrete Lab, mengumpulkan sampah puntung rokok untuk diolah menjadi beragam produk perlengkapan rumah tangga dan material untuk membuat bahan konstruksi bangunan. 

Menurut Febryan Tricahyo, desainer Conture Concrete Lab, keputusan untuk memanfaatkan sampah puntung rokok merupakan upaya mereka untuk menjadi desainer yang bertanggung jawab. 

Saat ini, produk Conture Concrete Lab sudah tersedia di sejumlah toko di Bali dan Bandung, termasuk e-commerce lokal. Menurut Febryan, target pasar mereka adalah para arsitek dan orang-orang yang antusias terhadap desain.

Beberapa produk yang sudah dihasilkan studio ini mulai dari kursi dan bangku untuk kebutuhan luar ruangan, asbak, vas tanaman, pot, dok telepon, hingga ubin. Tidak hanya di Indonesia, produk studio ini juga sudah dikenal di luar negeri. (E03)